Jujur

51 48 2
                                    

Setelah cerita panjang lebar dari Fitri, aku masih bingung apa alasan kami bisa kembali ke masa lalu. Dan sejak kapan Fitri suka gue?

"Fit, lo suka gue sejak kapan?" tanyaku ke Fitri.

"Eh~ sejak kapan ya a~ku gak tau kapan." Fitri gelagapan mendengar pertanyaan ku. Pipinya menjadi merah karena malu, saking malunya dia sampai menutupi mukanya dengan telapak tangan nya.

"Fitri, cerita sejak kapan lo suka gue?" tanyaku pelan.

Fitri terdiam sebentar sebelum akhirnya dia menghela nafas yang sangat panjang. "Aku suka kamu sejak kelas satu."

"Terus."

"Kamu ingat saat upacara murid baru?"

"Ingat, kenapa?"

"Saat itu aku kan lupa bawa perlengkapan buat Mos dan yang lupa cuma aku doang."

"Ohhhh." Aku sekarang ingat itu adalah pertemuan pertama ku dengan Fitri.

"Saat aku mau dihukum karena lupa tiba-tiba kamu datang dan ngasih barang yang kamu bawa biar aku nggak dihukum." ujar Fitri.

"Cuman itu yang buat lo suka gue?"

Fitri menganggukkan kepalanya yang berarti benar. Bahwa Fitri jatuh cinta pada gue pas Mos.

"Hahaha." Setelah tahu cerita dari Fitri aku tertawa terbahak-bahak. Fitri memandangiku keheranan. Tapi aku sudah tidak peduli.

Kenapa aku tidak sadar kalau Fitri juga suka dia, kenapa aku baru sadar sekarang. Aku pun memegang puncak kepala Fitri mengusap rambutnya lembut.

"Gue juga sebenarnya suka lo dari dulu," bisik ku lembut ke telinganya. Mendengar bisikan ku telinga Fitri menjadi merah, seperti nya dia malu. Matanya tidak berani menatap wajahku.

"Sejak kapan Ipung suka aku?" tanya Fitri malu-malu.

"Sejak kapan ya? Mungkin aku cinta pada pandangan pertama," jawab ku dengan mengulas senyum ke Fitri.

Fitri yang mendengar jawaban ku sepertinya semakin malu, kalau tadi telinganya sekarang wajahnya yang memerah. Apa nanti satu badan warna merah?

"Ipung beneran, suka sama aku?" tanya Fitri kembali. Karena gemas aku mengacak-acak rambutnya.

"Terserah kamu percaya apa nggak, seenggaknya aku udah jujur dan nggak ada lagi penyesalan lagi dimasa depan." Aku langsung melengos pergi dari UKS.

"Ipung, kamu mau kemana?"

"Mau ke ruang ujian, masih ada waktu buat ngerjain soal ujian," ujar ku.

"Ipung," panggil Fitri kembali.

"Iya."

"Aku suka kamu, kamu mau jadi pacar aku atau nggak itu terserah kamu seenggaknya aku udah nggak ada penyesalan dimasa depan."

Aku pun berbalik badan. Aku bisa melihat senyum Fitri terpancar dari wajahnya sepertinya beban dihatinya sudah terlepas.

"Iya, gue mau jadi pacar lo," jawabku setengah berbisik.

"Apa? Kamu bilang apa tadi?"

"Nggak, aku nggak bilang apa-apa."

"Ihh ulang lagi dong, aku nggak dengar," pinta Fitri dengan raut wajah gembira.

Aku mendekati Fitri dan membisikkan sesuatu. "Iya gue mau jadi pacar lo." Mendengar itu telinga Fitri menjadi merah lagi. Karena gemas aku reflek memeluk erat Fitri, karena kaget dengan pelukan ku Fitri terperanjat dan mendorong ku.

"Ipung, jangan asal peluk dong ntar di lihat orang," gerundel Fitri. Aku yang mendapat respon Fitri membuat ku semakin ingin menggodanya. "Kamu nggak mau jadi pacarku?" tanyaku memelas.

"Bukan begitu maksud aku, aku mau jadi pacar kamu," jawab Fitri kikuk.

"Apa aku nggak dengar disini berisik banget."

"Aku mau jadi pacar kamu!" teriak Fitri. Untungnya tidak ada orang yang mendengar teriakan Fitri.

"Bener mau?"

"Iya," angguk Fitri pelan.

"Yaudah mulai sekarang kita pacaran."

"Beneran kita pacaran?"

Aku mencoba tetap tenang, kalau ini bukan di sekolah aku pasti sudah teriak kencang.

"Iya sekarang kita pacaran, kenapa nggak mau?" goda ku. Fitri menggeleng pelan yang membuatku gemas.

"Udah, aku mau masuk ke ruangan ujian dulu, ntar pulang kamu bareng aku aja."

"Maksudnya pulang bareng?" tanya Fitri.

"Kamu mau pulang bareng nggak sama aku?"

"Mau banget, tapi Lisa gimana?" Aku menepuk jidat ku, kenapa aku bisa lupa dengan dia. Tadi pagi aku kan nebeng dengannya.

"Udah gak papa, itu urusan gampang," ujar ku santai.

"Oke deh kalau gitu, cepetan sana kamu ke ruang ujian," pinta Fitri.

Aku tidak langsung pergi melainkan berdiam diri.

"Nungguin apa kamu?"

Aku hanya diam tidak menjawabnya, tetapi sebelum pergi aku mencium keningnya.

"Ipung!" teriak Fitri. Yang terkejut dengan tindakan ku.

Aku langsung melengos pergi mengabaikan ocehan Fitri.

Aku masuk kelas dengan senyum lebar yang belum hilang. Mungkin gigi ku sudah kering karena sudah terlalu lama tersenyum tapi aku tidak peduli.

"Maaf Pak saya dari UKS."

"Iya cepat duduk kerjakan ujian nya, tidak ada tambahan waktu buat kamu," tegas Pengawas ujian.

"Siap 86!" Semua murid di ruangan menatap ku keheranan, mungkin mereka pikir, kenapa aku yang masuk terlambat bisa sesantai ini.

"Pung lo tadi ditembak Fitri, jawaban lo apa?" tanya Nada yang ternyata satu ruangan denganku.

"Dari senyum gue harusnya udah kelihatan kan jawabannya apa?"

"Ohhhh," angguk Nada paham. "Terus Lisa lo kemanain?"

"Gue nggak ada hubungan apapun dengan Lisa, dia itu udah kayak adik  buat gue."

"Hmm, padahal kalian kelihatan serasi lo."

"Semua orang yang belum kenal gue juga bilang nya gitu, gue aja pernah dapet diskon pasangan ama dia."

Mendengar cerita gue dapet diskon pasangan, membuat Nada tertawa terbahak-bahak sampai dia disemprot oleh pengawas Ujian.

"YANG DI SANA DIAM, JANGAN BERISIK!" teriak pengawas.

"Lo, sih Da dimarahin kan kita jadinya." gerutu ku kesal.

"Habisnya cerita lo lucu sih, masa lo dapet diskon pasangan," ledek Nada yang berusaha menahan untuk tidak tertawa.

Kembali Sekolah (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang