"Dek, bangun!"
"Apa kak? Enak-enak tidur dibangunin," jawabku menguap.
"Itu dek kamu dicariin ama cewek."
"Siapa kak?" tanyaku yang masih setengah sadar.
"Kakak nggak tahu dek, udah kamu cepetan sana cuci muka terus temuin dia." Perintah Kak Lina.
Dengan rasa kantuk yang masih berat, akhirnya aku memaksakan bangkit dari ranjang, karena kalau nggak cepet bangkit bisa-bisa Kak Lina bakal banting gue.
Tapi siapa yang bertamu kerumah gue pagi-pagi gini? Kalau lisa nggak mungkin Kak Lina nggak kenal dan Lisa udah pasti bakal langsung bangunin gue langsung. Eh tu anak kemana sih kok nggak kelihatan? Gumam ku.
"Cari siapa ya?" tanyaku malas karena masih ngantuk.
"Kamu lupa ya?" tanyanya balik.
Aku berusaha mengingat-ingat siapa dia. Oh ya aku ingat sekarang dia yang kemarin malam di samping Fitri.
"Kamu adiknya Fitri?"
"Iya aku adiknya, kenalin nama aku Ayla Safitri, kamu bisa panggil aku Ayla," ucapnya sambil mengulurkan tangan. Aku menyambut uluran tangan nya tapi sebelum menjabat tanganya dia malah mengacungkan jari tengah.
"Enak aja, najis tangan gue lo pegang, bisa-bisa nya kak Fitri suka ama cowok kayak lo. Lo pasti pelet Kak Fitri kan? Ngaku lo," tukas Ayla
Buset nih anak Frontal banget, main tuduh aja, padahal gue nggak jelek-jelek amat lo.
"Pelet pakan ikan Lele maksud lo? Yakali Fitri gue kasih pakan Lele," cibirku.
"Bukan Pelet itu bego lo!"
"Ya gue juga tahu keleus, gue tadi nge jokes bego," balasku tidak mau kalah. "Lo dateng kesini cuma mau bilang itu doang, niat juga lo sampai nyari alamat rumah gue, dapet dari mana?" Aku bertanya seperti bukan tanpa alasan Fitri saja belum pernah aku ajak kerumah ku, lalu dia dapet dari mana alamat rumah gue?
"Kepo aja lo, terserah gue dapet darimana," jawabnya ketus. Tapi kayaknya nyembunyiin sesuatu karena mukanya nggak berani natap wajah gue pas gue ajak ngobrol.
"Terus, lo maunya gimana? Gue kemarin udah direstui kakek lo."
"Tapi lo belom dapet restu adiknya."
"Terus biar dapet restu lo, gue harus ngapain?" tanyaku langsung ke inti.
"Kalau lo mau gue kasih restu, satu hari ini lo harus jalan sama gue."
"Jalan? Kemana?"
"Terserah gue mau kemana yang pasti lo harus nurutin semua perintah gue, soal uang nggak usah khawatir semua gue yang bayar sendiri," jawabnya pede. Gila nih anak mau manfaatin gue pakai segala dibayarin juga, emang beda kalau lo cucu kakek Susilo, gumam ku dalam hati.
"Yaudah kalau itu mau lo gue turutin, lo mau jalan sekarang?"
"Kagak, ntar kalau matahari terbit dari barat, ya sekarang lah!"
"Iya, gue mandi dulu biar ganteng, adios." pamit ku meninggalkan nya.
Aku masih tidak paham kenapa dia ngajak aku jalan? Apa dia mau ngetes gue sebagai calon kakak ipar. Aku langsung menepis hal itu, ah nggak mungkin tapi apa ya tau lah gelap.Aku sudah beres mandi dan berganti pakaian, karena males ribet, aku akhirnya memutuskan memakai hoodie dan celana training.
"Maaf ya nungguin la... Lo ngapain?" tanyaku heran karena melihat Ayla membuka buku album Foto lama ku.
"Hm nggak ngapa-ngapain kok cuma iseng kok ada bocil mukanya burik gitu hehe," jawabnya gugup sampai bukunya terjatuh dan salah satu fotonya terlepas. Aku mengambil fotonya dan melihatnya, ternyata itu adalah Fotoku bersama tiga perempuan yang aku lupa itu siapa.
"Kita berangkat naik apa? Aku nggak punya mobil lo."
"Kita naik motor kamu aja," jawabnya.
"Nggak papa nih?" tanyaku memastikan. Bukan kenapa-napa nih, kalau dia jadi butek kayak gue kan bisa berabe gue.
"Slow aja gue juga pengen ngerasain naek motor," jawabnya enteng. Gila dia baru pertama kali naik motor bro.
Aku akhirnya mengeluarkan motor kesayangan ku, gila hari minggu pengen rebahan seharian malah disuruh nemenin adik Fitri buat dapet restunya. Tapi harus sabar demi Fitri.
"Nih helm pakai," pintaku menyodorkan helm. Tetapi aku tidak dapat respon darinya. "Minta dipakein?"
"Iya, dasar cowok nggak peka, kok bisa sih kak Fitri suka sama lo?" tanyanya ketus. Aku menggaruk kepala ku yang tidak gatal, aku merasa dejavu.
"Ntah, gue juga nggak tahu kenapa kakak lo mau jadi pacar gue ya? Oh ya gue kan ganteng," saut ku pede.
"Idih pede banget lo," cibir Ayla memanyunkan bibir. Walau ngeselin tapi aku gemas dengan responnya dan membuat ku refleks memukul helmnya.
"Aw! Sakit Pung," gerundelnya memegang kepala yang semakin membuatku gemas.
"Lo bisa imut, makan apa sih lo dulu, Pikachu?" tanyaku gemas.
"Kepo aja lo, udah mau dapet restu apa nggak?"
"Iya maaf yaudah ayok Pik naik," suruhku.
"Kok Pik? Nama gue Ayla."
"Pik dari Pikachu karena lo mirip Pikachu, pika-pika," ledek ku dengan meniru gaya Pikachu.
Karena kesal dia membalas memukul helm ku. "Buset bukan ngeluarin jurus petir, malah mukul."
"Balasan tadi," ujarnya bangga.
Karena sudah malas berdebat dan nggak mau memperpanjang masalah aku langsung tancap gas.
Diperjalanan, aku berusaha mengingat sepertinya aku dulu pernah bertemu Ayla tapi dimana?
Dan ada Foto ku bersama 3 perempuan yang aku lupa siapa mereka semua.
"Pung."
"Apa Pik."
"Ih jangan panggil kayak gitu ah." Protes Ayla tidak Terima.
"Bodo amat sekarang gue bakal manggil lo Pikachu." Jawab ku terkekeh-kekeh.
"Tau ah nggak jadi aku."
"Idih ngambek kan."
"Biarin wek," ejeknya menjulurkan lidah.
Kami berdua akhirnya sampai di mal milik keluarga Susilo.
"Gila, kakek lo Pik mal satu kota punya dia," decak ku kagum.
"Iyalah kakek gue gito lo."
"Yaudah ayok masuk, soalnya siang nanti gue ada janji ama Fitri buat belajar di perpustakaan kota."
"Ok Let's Go."
Aku memberi kode untuk menggandeng tangannya awalnya dia seperti bingung beberapa detik mukanya memerah.
"Apaan ni maksud lo najis gue pegang tangan lo ntar dikira pacaran kita," gidiknya geli.
"Lah, kepedean lo, gue takut ntar lo kesasar terus ditemuin ama petugas terus lo di tempat penitipan anak hilang terus ada pengumuman. 'Telah ditemukan anak imut seperti Pikachu hilang, mohon bagi yang mengenal diharapkan keruang penitipan anak hilang' kan berabe." Godaku yang membuat nya semakin memerah entah karena marah atau malu aku nggak tau.
"Dasar kamu dari kecil sampai sekarang masih ngeselin."
"Ehh? Dari kecil bukanya kita baru bertemu kemarin dan sekarang?" tanyaku keheranan.
"Nggak ap...a apa kok cuma salah omong aja," kilahnya gugup. Aku tau dia sedang menyembunyikan sesuatu apa itu berkaitan dengan Foto tadi yang dia lihat di album.
"Yaudah kalau lo nggak ngasih tahu, ayok cepetan masuk atau gue..." ucapku menggantung.
"Apa?"
"Gue tinggal, sayonara," ujar ku yang langsung ngacir meninggalkan Ayla. Yang langsung dia susul pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Sekolah (Hiatus)
Teen FictionUntuk sekarang Hiatus Nama gue Syaiful Ulum, tetapi nama panggilan gue adalah Ipung, nasib gue setelah lulus SMA sangat apes, susah dapet pekerjaan sekalinya dapet gue punya masalah dengan atasan terus dipecat, pokoknya sial banget deh. Titik teren...