Senyuman

57 59 3
                                    

"Pung bangun, masih banyak yang harus lu selesaikan," kata wanita misterius dalam mimpiku. "Kamu siapa?" tanyaku.
"Kamu sudah mengenal ku tapi kamu tidak ingat," jawabnya.

"Aku pasti akan menyelesaikan semua masalah ku dimasa lalu!"

"Aku menunggu mu. Untuk sekarang lebih baik kamu kembali, ada orang yang menunggumu di sana."

"Lewat mana?" tanyaku sambil celingak celinguk.

"Lewat situ tu," ujarnya sambil Memanyunkan bibir.

"Lewat ma--NAA!" Kalimat ku terpotong, karena ada lubang tepat bawah kaki ku yang membuat jatuh kedalam. "JANCOK!" umpat ku kesal yang dibalas dengan senyum sinis dari Cewek Misterius tadi.

"Tolong!" Teriak ku tersadar dari pingsan. Apa ini terbangun dimana aku, pikirku, sepertinya aku berada di rumah sakit yang cukup elit terlihat dari interior mahalnya, bukan seperti rumah sakit yang aku kenal.

"Clakk." Ada yang membuka pintu. "Ipung? Kamu udah bangun?" Ternyata yang membuka pintu adalah Lisa.

"Menurut lo? Gue habis di Edo Tensei?" tanyaku kesal. Tanpa ada angin dan hujan Lisa langsung memeluk ku erat, aku tahu dia pasti khawatir aku akan membiarkan nya meluapkan kesedihan nya.

"Udah tenang aja, gue ada disini kok, puasin tangis lo jangan ditahan, gue gak akan pergi dari lo," ucap ku lirih.

"Janji gak akan ninggalin?"

"Janji! Gue akan ada di sisi lo setiap saat susah maupun senang," sahutku tegas.

Tanpa aku sadari ternyata ada yang melihat kami dengan seksama, yaitu Fitri. "Akhirnya kamu siuman juga Pung, aku khawatir kalau kamu nggak bangun lagi," ungkap nya lega. Karena ada Fitri aku pun bertanya siapa yang membawaku kesini. "Fit, yang bawa gue kesini siapa?"

"Yang bawa kamu kesini itu Nada dan sekarang kamu ada di rumah sakit milik keluargaku." "Buset! Gila juga keluarga lo Fit punya Rumah Sakit," decak ku kagum. Aku tahu bahwa keluarga Fitri memang orang kaya tapi aku tidak tahu bahwa keluarganya sekaya ini dan punya rumah sakit pribadi. Aku menjadi tidak pede lagi untuk mendekatinya mengingat status dimasa depan.

"Terus ini siapa yang bayar? Bisa kasbon dulu nggak?" tanyaku khawatir tidak bisa bayar. "Udah kamu tenang aja soal biaya gratis kok..." ucapnya menggantung.

"Kok berhenti?"
"Karena ada syaratnya!" ucapnya sambil memegang tangan ku.
"Apa syaratnya?" tanyaku dengan gugup.

"Kamu harus jadi pacar aku selama satu semester!"

"Nandatto!" teriak ku kaget. Aku melepas tangan Fitri dari tanganku. Bagaimana aku tidak kaget walaupun aku memang suka dengan Fitri, aku tidak menyangka dia menyuruh ku menjadi pacarnya.

"Bagaimana kalau aku nolak?" tanyaku takut.
"Kalau kamu nolak kamu harus bayar tagihan rumah sakit sebesar 500.000.Rp!" jelas Fitri sambil menunjukkan struk tagihan. Mataku terbelalak melihat banyak sekali angka 0.

"Buset Lo Fit! ngancem temen gue?" bentak Lisa tidak terima. "Udah tenang aja Pung, kalau lo nggak bisa bayar biar gue aja yang bayar!" serunya lantang.

"Lis, emang lo punya uang segitu buat bayar?" sindir ku. Aku tahu Lisa anak orang kaya, bahkan uang saku ku saja dari Ayah Lisa, tapi aku tidak yakin Lisa punya uang sebanyak itu. "Udah lo tenang aja, gue pegang kartu kredit bokap, lo Terima beres aja deh," bisik nya ke telinga ku. "Lagi pula nih anak agak gila kayaknya tiba-tiba nyuruh lo jadi pacarnya."

Aku hanya bisa pasrah dan menuruti Lisa, aku tidak tahu keputusan ku ini benar atau salah? Tapi aku tidak ingin berpacaran dengan Fitri dengan cara seperti ini.

"Ayok Pulang Pung aku udah pesen Grab," rengek Lisa sambil menarik lenganku.

"Iyaa Lis, kita pulang kamu kenapa sih kayak gini? Bukan nya lo tahu gue suka Fitri?" tanyaku menatap Lisa. "Nggak pokonya lo gak boleh pacaran sama dia!"

"Napa gak boleh?" Aku masih bingung apa alasan Lisa melarang ku? "Lisa!" seru ku. Akhirnya Lisa mau menghentikan langkahnya dan menoleh kearah ku. "Kan tagihannya belum lo bayar!"

"Ehh, iya lupa tehe," kelak Lisa dengan gaya ku. "Dasar, terus gue gimana ganti uangnya?"

"Udah nggak usah lo pikirin yang begitu! Yang penting sekarang kita pulang." Aku hanya bisa mengangguk dan menuruti kemauannya. Setidaknya senyum manisnya masih merekah dari bibirnya yang mungil.

Aku masih bingung siapa gadis di mimpi ku tadi dan apa maksudnya menyelesaikan semua masalah? Apakah gadis itu yang mengirimku ke masa lalu? Entahlah?

"Ipung! Bangun!" teriak wanita. Aku yang masih setengah sadar berusaha melihat siapa yang membangun kan ku. "Apa sih? Pagi buta udah bangunin orang," gerutu ku kesal. "Pagi buta mata lo meledak! Ini udah mau jam 7 lo kagak sekolah?" Aku tersadar dari tidur ku sepenuhnya aku menoleh ke arah Jam ku, benar sekarang sudah jam 6:45. 15 menit lagi Sekolah akan dimulai. "Cepetan ayok bangun! Hari ini ada Ujian!" seru Lisa. Kenapa aku bisa Lupa kalau hari ini ujian? Dasar pria pelupa. "Yaudah gue mandi dulu tungguin gue!"

"Gak usah mandi, cuci muka aja sama gosok gigi," saran Lisa. "Ntar gak keburu!" imbuhnya.

"Iya-iya aku cuci muka dulu, kalau lo takut telat berangkat aja dulu nggak usah nungguin gue!" seru ku agar dia tidak terlambat.

"Nggak mau! Kita harus berangkat bareng! Ntar kalau nggak bareng kamu diculik Fitri," dengus Lisa kesal.

"Iya udah kalau mau nungguin gue, sekarang lo tunggu aja di luar ntar gue susul.

" Okyu," angguk Lisa pahan.

Setelah mencuci muka, gosok gigi, dan memakai parfum. Aku dan Lisa langsung tancap gas,karena takut telat aku memacu motor dengan kecepatan tinggi.

"Pung! Jangan kencang banget naik motornya aku takut!" teriak Lisa ketakutan.

Aku pun meraih tangannya dan melingkarkan ke pinggang ku, "udah pegangan aja ke pinggang gue, gak usah takut, insyaAllah kita selamat."

Kulihat dari spion motor sepertinya dia salting dengan tindakan ku tadi. Bibirnya membentuk sudut, Lisa tersenyum tipis dan pipinya menjadi merah merona karena malu

Untungnya kami datang tepat waktu, setibanya di sana aku dan Lisa mendapatkan banyak tatapan sinis dari para siswa mungkin karena kejadian kemarin yang bikin heboh satu sekolah apalagi dengan kondisi hidung ku yang masih diperban.

"Pung semuanya ngelihat kita ya?" tanya Lisa.

"Iyaa kayaknya Lis, muka gue kayaknya tambah ganteng deh kayak nya," jawabku pede.

"Idih!" gidik Lisa geli.

Tentu saja bukan itu alasannya. Mereka memandang sinis ke aku mungkin karena kejadian kemarin dimana Lisa dipermalukan dan dihina oleh pacarnya sendiri.

Mengingat pacar Lisa membuat ku kesal dan ingin membalas pukulannya, tetapi nggak jadi deh mana mungkin aku menang lawan manusia berbadan Godzilla.

"Yaudah sana masuk ruangan ujian! Udah bawa kartu ujian kan lo?" tanyaku ke Lisa.

"Udah dong Lisa gitoloh," jawab Lisa imut.

Aku menahan tawaku bagaimana bisa dia selucu itu dan dulu aku tidak menyadari. Karena gemas aku mengacak-acak rambutnya, "udah sana lo masuk keburu telat!"

"Iya-iya jangan Pegang-pegang ntar kusut," sungut Lisa kesal. Sekali lagi pipinya memerah untuk sekian kalinya, entah karena apa aku pun juga nggak tahu.

***

Kembali Sekolah (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang