2 | Kecelakaan

1.3K 168 5
                                    

Happy reading
.
.
.

Sore hari saat pulang sekolah aku menunggu di halte depan sekolahku. Aku menunggu jemputan yang di janjikan Papah. Biasanya agar tak bosan saat menunggu aku mendengarkan siaran radio favoritku.

Kali ini tema siarannya membahas tentang kematian seorang perempuan yang katanya banyak ke janggalan. Pembahasan mereka sama seperti yang dibahas oleh adikku tadi pagi.

Awalnya aku enggan mendengarkan, tapi berhubung ini siaran radio favoritku jadi aku dengarkan saja.

Saat fokus mendengarkan, tak sengaja aku menangkap sosok perempuan yang tadi pagi mengganggu ku, kini tengah menatapku dan perlahan menjulurkan tangannya ke arah salah satu angkot disebelahnya.

Ekspresi wajahnya masih sama, dia penuh amarah. Kemudian dia membuka mulutnya seperti ingin mengucapkan sesuatu, ku perhatikan dia berbicara.

"Tolong aku,"

"Jika tidak, mereka semua akan aku bunuh." Lanjutnya.

Bagaimana ini? Tidak mungkin dia bisa kan. Tak lama kemudian angkot tersebut melaju dengan kecepatan sedang, namun belum jauh dari tempatnya melaju. Sebuah truk dengan sangat cepat langsung menabrak angkot hingga ringsek. Tepat didepan mataku.

Dan orang-orang sekitar langsung berbondong-bondong datang berusaha menolong korban kecelakaan tersebut. Aku? Aku masih diam membeku, kejadian itu terjadi begitu cepat dan aku tak sempat berbuat apapun.

Ditengah keramaian sosok perempuan itu menyeringai seraya menatapku.

***

Saat sampai dirumah Diza langsung bergegas menuju kamarnya, wajahnya berubah pucat. Dia menjadi saksi kecelakaan mengerikan beberapa jam yang lalu.

Bahkan saat malam tiba pun, kecelakaan itu masih terngiang-ngiang dikepalanya. Dan ekspresi wajah perempuan itu.

Dia lebih memilih mengurung dirinya dikamar seraya menenangkan dirinya sendiri. Berbeda dengan keluarganya, April—selaku adiknya Diza begitu antusias menonton siaran televisi yang menampilkan kecelakaan tersebut.

"Wah, Bun. Loba pisan korbannya, euy."  Ucapnya dengan mata berbinar.

"Eh tapi Bun. Lokasi kecelakaannya deket sekolahannya si teteh ya?" Lanjutnya lagi seraya memakan buah mangga.

"Iya, tapi syukur si teteh masih di lindungin gusti Allah. Bunda teh udah khawatir pisan atuh pas denger beritanya."

"Kakak temen aku salah satu korbannya loh, Bun."

"Inalillahi. Ih Bunda jadi sieun kiye atuh."

"Besok sekolah aku ada kunjungan ke rumah korban Bun. Eh tapi si teteh teh kemana? Dari tadi nggak keliatan."

"Ada di kamarnya."

"April mau tanya ah tentang kecelakaan ini, siapa tahu ada hal-hal yang kita nggak tahu tapi si teteh tahu."

Tapi belum sempat bangkit, April sudah kena jeweran maut dari Bundanya.

"Jangan baong kamu teh. "

Mereka Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang