20 | Keras kepala

552 85 2
                                    

Y'all I'm back 🤕
Sorry for keeping u all wait for long
there have been a lot of problems lately.
so without lingering

happy reading!

***


Matahari sudah terbit seperti biasa, burung-burung mulai pergi meninggalkan sarangnya pun manusia yang beraktivitas seperti biasanya. Ada yang berkerja, bersekolah dan masih banyak lagi. Seperti sekarang jalanan yang begitu ramai, sampai-sampai angkot yang ditunggu Diza sedari tadi tak kunjung datang.

Hingga berakhirlah Diza dijemur di lapangan sekolah, karena angkot yang datang terlambat membuat Diza juga terlambat datang ke sekolah, tepat sebelum gerbang sekolahnya yang hendak di kunci.

Namun, hukuman guru dikelas tak mampu di hindari olehnya. Setelah itu, membersihkan toilet sekolah sampai ruang kesenian—yang berada tepat disebelah toilet tersebut.

"Diza, kau yakin akan membersihkan ruangan itu juga?" Tanya Citra padanya.

"Dia tak ada lagi disana, kan?" Sahut Nek Mawar.

"Kau jadi anak nakal saja sehari, nak. Jangan turuti kata gurumu kali ini, lebih baik menghindarinya daripada bertemu dengannya." Timpal Bu Ririn.

Mendapat masukan-masukan seperti itu membuat Diza merasa sedikit goyah, tangannya yang sedang memegang erat alat pembersih pun mulai mengendur.

Jangankan bertemu, mendekati ruangan keramat itu pun tak pernah. Diza selalu punya seribu alasan agar tak memasuki ruangan itu. Tapi hari ini? Mau tak mau Diza harus membersihkannya.

Berkali-kali Diza memaki jalanan yang sangat ramai tadi pagi dan tak lupa pula angkot yang terlambat datang. Yang membuatnya bisa berakhir diruangan keramat ini.

Dengan gemetar Diza membuka pintu ruangan itu.

Kreaakkk

Pintu terbuka lebar, ruangan yang bernuansa seni itu langsung menampilkan beberapa benda antik didalamnya pun alat-alat musik seperti angklung, gong, gamelan, dll.

Diza memberanikan diri untuk segera membersihkan ruangan itu, meski ia saat ini benar-benar sendirian. Ya, mereka—teman-temannya sudah menghilang entah kemana. Meninggalkannya seorang diri, benar-benar tak setia kawan!

Beberapa menit pertama tak ada apapun yang terjadi, hingga Diza berada tepat didepan alat musik angklung mulai terjadi hal-hal diluar nalar.

Salah satu angklung itu tiba-tiba berbunyi sendiri, lalu disusul oleh beberapa angklung berjatuhan.

Brakkk

Pintu ruangan juga ikut tertutup dengan sendirinya, tanpa adanya angin yang membuatnya tertutup. Yang bisa dilakukan Diza hanya menghela nafas panjang, lalu mulai melihat sekitarnya.

Gelap.

Hanya itu yang bisa dilihat Diza saat ini, namun sebisa mungkin Diza bersikap tenang agar tak membuat suasana semakin mencengkam.

Di hidupkan senter dari ponselnya, "Keluarlah." Ujar santai Diza.

Cahaya ponsel Diza menangkap sosok gadis yang sedang duduk menatap dingin Diza, ia duduk diantara tumpukan-tumpukan kain diatas rak diseberang sana.

Mereka Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang