Sebelum membaca chapter ini disarankan untuk membaca chapter sebelumnya, karena aku udah lama ga update takutnya kalian lupa alurnya.
So, tanpa berlama-lama lagi.
Happy reading!
...
Ketika Diza membuka matanya ia sudah berada pada tempat asing. Lebih tepatnya kamar seseorang, mata Diza mulai menyusuri ruangan.
"Lo udah sadar?" Tanya Dylan.
Diza hanya menatap malas kearah Dylan, sekilas ia mulai mengingat kejadian tadi malam. Helaan nafas keluar dari bibir pucat itu, beruntung saja ada yang menyelamatkannya. Jika telat sedikit saja, Diza tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Selain Dylan, Diza juga melihat Laura disana. Ia masih berekspresi sama dengan tadi malam. Menatapnya dengan tatapan penuh luka.
"Kamu melanggar perjanjian kita, Diza." Ujar Laura yang hanya bisa di dengar oleh Diza. Suara Laura benar-benar menyiratkan kekecewaan yang mendalam.
"Jika aku terlambat datang, kamu mungkin.." Ujar Laura lagi.
Sementara Dylan menatap bingung kearah Diza, dimana tatapan gadis itu malah terpaku disatu titik—yang mana tak ada apapun disana.
"Maaf." Ucap Diza yang begitu lirih.
Keanehan-keanehan yang membuat Dylan merasa tertarik sekaligus penasaran dengan Diza. Sudah lama ia mengawasi Diza. Dimulai dari penerimaan murid baru lebih tepatnya, sejak saat itu Dylan terus mengamati gerak-gerik Diza disekolah.
Ia juga tahu, Diza selalu menjadi sasaran bullying disekolah. Namun, Dylan masih merasa itu bukan urusannya.
Tak tahu sampai kapan Dylan akan terus melanjutkan kegiatan ini. Yang jelas, ia semakin terjebak dengan rasa penasarannya akan sosok Diza.
"Terimakasih." Ucap pelan Diza pada Dylan.
"Aku harus pulang." Lanjutnya lagi seraya bergegas untuk keluar dari ruangan itu.
"Gue anter lo." Ucap Dylan tanpa mau dibantah.
***
Sesampainya dirumah Diza mendapatkan sambutan yang kurang baik dari orangtuanya. Diza ditampar sangat keras oleh Bundanya.
"Darimana kamu?!" Teriak Bundanya yang meledak-ledak.
Diza tak menjawab, ia lebih memilih menatap mata Bundanya yang terlihat sekali marah padanya. Wajar saja, anak gadisnya tak pulang semalaman. Tak hanya Bundanya, Papahnya pun ikut marah pada Diza.
"Jawab Bunda Diza! Darimana kamu tadi malam?"
Meski demikian, Diza masih bungkam. Ia hanya menampilkan raut wajah datar pada mereka. Orangtuanya dan April.
"Kamu nggak tahu, Bunda khawatir banget sama kamu. Bunda hampir gila gara-gara Papah nemuin sepatu kamu di danau. Kamu ngapain di danau?"
"Sepatu itu ku buang disana. Aku nggak suka." Jawab Diza.
"Tapi kenapa handphone kamu nggak aktif Diza? Kamu kemana aja semalem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Yang Tak Terlihat
HorrorFollow dulu baru baca bisa ya? Jika berkenan silahkan tambah ke library :) --- Banyak sekali yang tidak bisa dijelaskan di dunia ini, percayakah kamu? Bahwa didunia yang kita tempati ini ada dunia lain yang tidak bisa hanya di lihat oleh mata telan...