Halo, apa kabar semua? Hehe, iya maaf saya baru up cerita ini sekarang. Karena satu dan lain hal cerita ini jadi tertunda lama. Terimakasih sudah mau menunggu, sekarang hutang ku sudah lunas ya!Ku sarankan buat baca chapter sebelumnya dulu, supaya ga lupa alurnya. Dan untuk chapter kali ini tolong bacanya pelan-pelan aja ya.
Happy reading!
•
•
•
Selama perjalanan pulang Diza hanya melamun, ia memikirkan perkataan Dylan tadi. Entah kenapa terus terngiang-ngiang di kepalanya.
Leo juga terus mencuri pandang pada Diza, menyadari ada yang salah dengan gadis itu. Hendak bertanya namun ada rasa aneh yang dipancarkan Diza padanya. Seakan-akan melarang siapa saja mengganggunya sekarang.
Ting
Suara notifikasi ponsel berhasil memecahkan suasana hening dalam mobil itu, membuat Leo tanpa sadar menarik nafas lega. Diza melirik kearah ponselnya, disana tertera pesan dari Papahnya yang memberitahu besok adalah pertandingan April.
Tak berniat membalas, Ia langsung mematikan ponselnya. Hari ini Diza sudah sangat kacau. Ia tak mau diganggu oleh siapapun.
Tolong aku!
Ini dia biang masalah lagi, Diza menghela nafas panjang. Ia muak dengan suara permintaan tolong dari mereka. Rasanya ia ingin memecahkan gendang telinganya saja agar tak perlu mendengar suara-suara yang ia benci itu.
"Bisa tidak sehari saja jangan menggangguku?" Ucap Diza secara tiba-tiba. Membuat Leo kebingungan. Pasalnya gadis itu sedang memejamkan matanya.
"Ya?" Tanyanya.
"Kau sudah mati, jadi jangan merepotkan yang masih hidup bisa tidak?" Lanjut Diza yang masih memejamkan matanya.
Sekarang mobil berhenti, Leo fokus memperhatikan wajah Diza yang masih memejamkan matanya itu. Ia bertanya secara hati-hati pada Diza, "Diza? Are you okay? Saya perhatikan dari tadi kamu kelihatan nggak baik, apa ada masalah di sekolahmu? Mungkin mengenai pelajaran?"
"Ternyata yang hidup juga mengganggu." Jawabnya seraya menatap dalam mata Leo. Leo tersentak ditatap seperti itu oleh Diza, ia merasa seperti dihipnotis olehnya.
"Bisa diam?"
Entah itu bertanya atau penyataan. Yang jelas Leo tak bisa bersuara sekarang. Seakan-akan ada sebuah batu besar yang ia telan.
"Sekarang, bisa jalankan kembali mobilnya? Aku ingin cepat sampai kerumah."
Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Leo langsung langsung tancam gas. Tak mau membuat Diza menunggu lebih lama lagi. Leo juga sampai tak berani melihat kebelakang, seluruh tubuhnya bergetar. Hingga keringat di dahinya juga mengucur deras. Ia baru tahu gadis berwajah manis seperti Diza ternyata mempunyai sisi semenyeramkan itu.
***
Hari ini Diza dan keluarganya pergi ke Bali, untuk menghadiri acara pertandingan April. Mereka terlihat begitu semangat kala melihat April yang tengah berada pada ring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Yang Tak Terlihat
HorrorFollow dulu baru baca bisa ya? Jika berkenan silahkan tambah ke library :) --- Banyak sekali yang tidak bisa dijelaskan di dunia ini, percayakah kamu? Bahwa didunia yang kita tempati ini ada dunia lain yang tidak bisa hanya di lihat oleh mata telan...