10 | Dipihak yang sama

764 104 12
                                    


"Diza. Bangunlah!"

Ketika aku membuka mataku aku berada dirumah sakit, penyakitku kambuh. Mungkin karena kepalang syok pasca melihat mayat Kevin tadi. Sebenarnya aku membenci rumah sakit, entah karena bau obat-obatan atau karena banyak hantu yang bergentayangan disana.

Mencoba bangkit dan melihat sekitar, tapi tak ada yang ku kenal. Dimana om Andre?

Telah ditemukan dua mayat di dalam sebuah apertement. Kedua mayat tersebut berusia sekitar 17 hingga 18 tahun. Penyebab kematian belum diketahui, polisi menduga ini kasus bunuh diri.

"Ada dua mayat?" Lirihku.

"Diza, kamu sudah sadar?" Ku ikuti arah suara itu, ternyata om Andre serta seorang perempuan yang tak ku kenal. Dan aku hanya menganggukkan kepala memberi jawaban.

"Kamu pasti kaget banget ya?" Ujar om Andre.

"Diza, om akan minta keterangan kamu sebagai saksi dikasus ini. Seperti yang kamu lihat juga, kasus ini udah terekspos media, mau nggak mau kamu harus ikut membantu memberi keterangan." Jelas om Andre.

"Namun kamu tenang aja, om nggak akan menanyakannya sekarang. Om akan tunggu kondisi kamu stabil dulu." Lanjutnya lagi seraya menepuk bahuku. Berusaha menenangkan.

"Om. Mayat siapa lagi yang ditemukan disana selain Kevin?" Tanyaku pada om Andre-berusaha untuk setenang mungkin.

"Om akan kasih tahu itu nanti, tunggu kondisi kamu stabil dulu ya, Diza." Jawabnya seraya tersenyum.

"Teteh!" Teriak Bundaku seraya berlari ke arah kami.

Bunda terlihat berantakan, bahkan apron masih terpasang di tubuhnya. Aku menatap om Andre meminta penjelasan- "Maaf om ingkar janji." Ujarnya lagi.

"Apa yang luka, teh?" Ucap Bundaku khawatir.

"Siapa yang buat ini ke kamu? Saha?!" Lanjutnya lagi seraya melihat sekujur tubuhku.

"Aku nggak apa-apa, bun." Jawabku tenang.

"Andre naha anak kuring tiasa kieu?"

"Bun-"

Dan om Andre pun langsung menjelaskan semuanya pada bunda. Lalu setelah itu pamit undur diri, sekarang aku harus bersiap menghadapi kemarahan bunda padaku.

Bunda menatapku, "Bunda kecewa sama kamu, teh."

"Maaf." Sahutku seraya menunduk.

"Bunda nggak habis pikir sama kamu, kenapa kamu mau ikut campur dengan kasus pembunuhan?"

"Itu-"

"Kamu sadar nggak itu bahaya buat kamu?"

"Maaf."

"Maaf aja nggak akan ngubah fakta apapun kalau sekarang kamu sebagai saksi teh!" Baru kali ini bunda membentakku. Aku sadar sekarang bunda begitu marah padaku.

"Bunda tahu kamu suka nolong orang, bunda sama sekali nggak masalah tentang itu nggak. Yang bunda permasalahkan adalah, kamu nggak jujur sama bunda. Kamu juga udah berani bolos sekolah. Bunda bener-bener kecewa sama kamu."

Aku tak mengeluarkan sepatah kata apapun lagi, aku sadar aku memang salah. Yang bisa ku lakukan hanya menatap lantai rumah sakit yang terlihat sangat bersih itu.

"Setelah ini jangan harap bunda ijinin kamu keluar kamar."

***

Sudah lebih dari seminggu Diza dikurung di kamarnya, dan selama itu ia juga tak tahu lagi perkembangan tentang kasus Kevin. Meski ia kerap kali di teror oleh arwah yang diduga adalah arwah Kevin serta perempuan yang tak tahu siapa itu-karena wajahnya hancur.

Mereka Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang