22 | Orang berbahaya

572 173 8
                                    

Disclaimer, chapter ini sedikit mengandung beberapa hal yang membuat tidak nyaman.

Happy reading!

***

Dan semuanya gelap.

Saat membuka mata hal yang pertama kali ku lihat adalah tatapan penuh luka dari gadis pirang itu, ia tak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya suara tangis tertahan yang ku dengar dari bibirnya .

Kilasan ingatan kejadian beberapa saat lalu masih membuat jantungku berdebar, sungguh tadi itu aku benar-benar takut. Aku bahkan tak bisa bernafas dengan benar ketika mengingatnya, lalu semua perasaan takut ku sirna kala memikirkan kondisi Bila.

"Apa dia baik-baik saja?" Tanyaku seorang diri.

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka menampilkan sosok Niki yang terlihat sama kacaunya dengan Laura, noda darah serta wajah sembab yang diperlihatkannya padaku.

"Diza?" Ujarnya tak percaya yang reflek langsung memeluk tubuhku.

"Gue pikir gue gaakan bisa lihat muka lo lagi, hiks."

"Bagaimana kondisi Bila?" Tanyaku.

Bukannya menjawab Niki malah mencubit pipiku dengan keras hingga membuatku memekik kesakitan.

"LO SAMA SEKALI NGGAK MIKIRIN DIRI LO YA?!" Teriak Niki yang terlihat sekali marahnya.

"Lo nggak tahu aja sekacau apa kejadian setelah lo bakar tuh gambar, lo mimisan parah bahkan darah dari kaki lo aja nggak berhenti. Belum lagi fakta bahwa suara detak jantung lo hampir ga kedenger lagi, lo hampir mati, Diza!"

"Tapi setelah lo sadar lo malah nanyain keadaan orang lain?"

Helaan nafas berat pun terdengar dari bibirku, "Orang tua ku tahu tentang hal ini?"

"Hah?"

"Mereka tahu?"

"Ah, itu belum gue kasih tahu. Kita terlalu panik sama keadaan lo jad—"

"Berapa lama?" Potongku.

"Berapa lama aku nggak sadarkan diri, Niki." Lanjut ku lagi.

"Lima jam."

Ternyata cukup lama aku tak sadarkan diri, terbukti dengan langit yang sudah gelap. Sekarang yang ada dalam benak ku adalah, bagaimana cara menjelaskan semua luka ini pada orang tua ku?

Segera ku aktifkan ponsel ku dan benar saja banyak sekali notifikasi chat serta panggilan tak terjawab dari Bunda.

Namun ada satu pesan yang menarik perhatian ku, sebuah pesan aneh dari nomor yang tak ku kenal.

| Kamu cukup hebat ternyata.

Siapa ini? Hebat?

Kemudian satu pesan lagi muncul.

| Aku menikmati pertunjukkan mu.

Lalu panggilan telepon pun masuk, tertera jelas bahwa yang sedang menelpon adalah Bundaku. Segera ku angkat dan yah, aku kena omel darinya. Tapi bukan karena aku masuk rumah sakit ini, melainkan aku tidak kunjung pulang padahal hari sudah gelap.

Mereka Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang