11 | Arwah Jahat

701 105 8
                                    

Pencet bintangnya yah! Sudah? Terimakasih ❤️

Happy Reading!

.
.
.

Akhirnya setelah hampir satu minggu terkurung dikamar ku, aku bisa bebas juga. Aku menerimanya memang aku melakukan kesalahan yang fatal dan pantas dihukum.

"Jangan ngomong apa-apa tentang kasus ini kesembarang orang ya, teh?" Ujar Papah padaku.

"Iya."

"Papah udah konsultasi sama pengacara kamu, dan itu katanya. Janji ya sama papah?"

"Iya Pah."

Setelah percakapan itu aku berjalan masuk kedalam sekolah, ada perasaan gugup ketika menginjakkan kakiku disana. Rumor aku pembunuh sudah ku dengar dari lama. Teman-teman hantuku yang memberitahunya.

Menurutku rumor kali ini sudah kelewat batas. Apa mereka tak punya pikiran yang logis? Hanya karena aku dijuluki si pembawa sial bukan berarti aku yang membunuh Kevin.

Ekspresi wajah yang mereka tunjukkan saat melihatku sungguh lucu, seperti melihat hantu saja. Ada rasa takut pun benci disana. Tapi aku tak boleh terpengaruh oleh mereka, "Abaikan saja Diza!" Gumamku.

Dor!

Jantungku hampir berpindah dari tempatnya, siapa yang berani melakukan hal ini padaku?! Ku lirik seseorang itu ternyata Haikal. Ku pandang dengan wajah malas, mau apa lagi dia mengganggu ku?

"Lo kenapa nggak ngabarin gue?" Ujarnya seraya mengikuti langkahku menuju kelas.

"Aku belum buka handphone." Jawabku seadaanya.

"Diza." Ujarnya lagi kemudian menarik tanganku untuk berhenti sejenak dan menatap dirinya.

Aku tak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya menatapnya meminta penjelasan. Maksud apa yang ingin dia lakukan setelah ini.

"Kalo ada apa-apa bilang ke gue ya? Jangan ngilang kayak kemarin." Ujarnya seraya tersenyum padaku.

Sebenarnya ada apa dengan pemuda ini? Kenapa bersikap aneh seperti ini padaku? Lalu aku mengangguk sebagai jawaban. Dan yang lebih aneh lagi dari sikap pemuda ini, ia menggenggam tanganku seraya terus berjalan menuju kelas. Karena hal ini kami jadi sorotan murid-murid yang lain.

Aku tentu tidak diam begitu saja, ku coba lepaskan genggam tangannya. "Please, lo nurut aja sama rencana gue." Gumamnya tanpa menatap kearahku.

Rencana? Rencana apa yang dimaksudnya?

"Wah, ada couple baru nih?" Ujar sarkas Rian pada kami, ku lirik Haikal pemuda itu hanya mengeluarkan senyuman sebagai jawaban.

"Ck, kemarin sama Dylan sekarang Haikal? Murah banget." Sahut Rina.

Tangan Haikal mengepal, bisa ku rasakan karena genggaman tangannya mengencang.

"Murah?" Ulang Haikal seraya terkekeh.

"Lo lupa pernah dengan suka rela nawarin tubuh lo ke gue? Untungnya waktu itu gue masih waras. Mending lo ngaca sana, biar lo tahu yang murah disini tuh siapa." Lanjut Haikal lagi dengan santai, tak lupa memberikan senyumannya.

Mereka Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang