Happy Reading
..
.
Dering handphone yang sedaritadi berbunyi membuatku sedikit terganggu, gadis itu meninggalkan handphone miliknya. Haruskah ku hampiri dirinya ke kantin?
Pada akhirnya aku pun berjalan menuju kantin—tempat yang tidak pernah aku datangi selama bersekolah disini. Bukan tanpa alasan aku enggan kesana, disana terlalu ramai, dan aku tak suka keramaian.
Saat sampai disana mataku langsung mencari sosok gadis itu, siapa namanya? Ah, Niki. Syukurlah aku langsung menemukannya, dia duduk bersama anak-anak yang berada satu kelas juga denganku. Langsung saja ku hampiri dirinya dan berniat segera pergi dari sini. Mereka tampak serius berbincang. Apa yang mereka bicarakan?
"Itu paling cuma kebetulan kali."
"Yah lo nggak percaya, ini tuh beneran! Orang sesekolah juga tahu kalau Diza tuh pembawa sial."
Ah rupanya aku yang dibicarakan.
"Handphone kamu daritadi bunyi." Ucapku seraya memberikan handphone miliknya.
Wajah mereka pucat, aku yakin mereka semua panik saat ini. Tapi aku tak peduli, aku langsung bergegas pergi darisana. Lagi pula aku sudah terbiasa dengan itu semua, itu semua bukan apa-apa lagi bagiku. Dulu bahkan lebih parah dari ini, jadi ini tak akan jadi apa-apa lagi bagiku.
"Itu cewe yang di foto itu kan?"
"Gila si!"
Aku lupa rumor itu pasti sudah menyebar ke penjuru sekolah saat ini. Aku jadi sedikit menyesal mengembalikan handphone miliknya, harusnya ku biarkan saja disana. Apa lagi aku tak membawa earphone kesayanganku.
Tapi beruntungnya ada Laura diujung koridor sana, menatapku dengan tatapan khas miliknya. Segera ku hampiri dirinya, mau apa dia?
"Apa kejadian dulu terulang lagi?" Ucapnya saat aku sudah tepat dihadapannya.
Aku tak menjawab, keadaan koridor saat ini sangat ramai. "Ikuti aku." Gumamku yang hanya bisa didengar olehnya.
Sampai dibelakang sekolah Laura langsung bertanya lagi, "Kamu pasti sudah paham kenapa saya bisa disini kan?"
"Aku tidak apa-apa, Laura." Jawabku singkat.
"Kamu selalu mengatakan itu, lalu setelahnya menangis seorang diri. Itu yang namanya tidak apa-apa?"
Aku tersenyum mendengarnya, Laura selalu sama. Selalu yang paling mengerti aku, selalu yang paling mengkhawatirkan ku, tapi terkadang caranya menjagaku agak menyebalkan dan bisa menyakiti orang lain.
"Itu dulu Laura, sekarang aku tidak pernah menangis kan?"
"Berhenti berbohong, Diza!"
Aku tahu Laura pasti sangat khawatir saat ini, gadis ini selalu mengkhawatirkan ku.
"Hanya mereka yang menyakitimu? Siapa lagi, katakan padaku!" Tanyanya lagi.
"Tolong jangan sentuh mereka Laura. Jangan hukum mereka, ya?" Bujukku.
"Tidak mau. Mereka harus mendapatkan hukuman!"
Aku tersenyum, "Laura, aku tidak apa-apa. Aku bahkan tidak menangis karena mereka, kejadian itu tidak akan terulang lagi. Aku sudah terbiasa. Lagi pula aku memiliki kamu kan? Jadi itu semua tidak berarti apa-apa lagi bagiku." Jelasku yang berhasil membuat Laura tenang.
"Sekarang berjanjilah padaku bahwa kamu tidak akan menyentuh mereka semua, janji?" Ucapku lagi seraya menjulurkan jari kelingkingku padanya.
"Aku semakin membenci mereka karena kamu mencoba melindunginya dariku, Diza. Kamu menyebalkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Yang Tak Terlihat
HorrorFollow dulu baru baca bisa ya? Jika berkenan silahkan tambah ke library :) --- Banyak sekali yang tidak bisa dijelaskan di dunia ini, percayakah kamu? Bahwa didunia yang kita tempati ini ada dunia lain yang tidak bisa hanya di lihat oleh mata telan...