18 | Kecemburuan

607 125 13
                                    


Happy reading!

...

Haruskah ku coba?  Gumam Diza.

Perlahan tanganku merangkak naik menyentuh wajahnya, Leo terlihat kebingungan dengan tingkah Diza sekarang. Tangan pucat itu para akhirnya mendarat di pipinya—lebih tepatnya disebelah bibir.

"Ini apa?" Tanya Diza seraya terus memperhatikan satu titik di wajah Leo.

"Apa?" Tanya balik Leo yang langsung menyingkirkan tangan Diza dari wajahnya. Leo juga langsung bercermin di kaca spion dan tak menemukan yang aneh disana.

"Nggak ada apapun diwajah saya. Memangnya tadi ada apa?" Tanyanya lagi.

"Binatang. Ku pikir dia hinggap disana." Jawabku dengan tenang dan kembali memusatkan perhatian ku pada jalanan yang macet saat ini.

Tak ada jawaban lagi yang kudengar dari bibir Leo setelahnya. Ia juga kembali fokus pada jalanan yang sekarang sudah kembali lancar.

Aku berhasil!

Karena tadi tangan Leo bersentuhan dengan tanganku, aku jadi tahu apa yang sedang dipikirkannya saat ini. .

"Aroma ini benar-benar membuat gila!"

Bukannya semakin mudah mengetahui maksudnya aku malah semakin kesulitan untuk mengerti maksud dari laki-laki ini.

***

Kaki Diza melangkah menyusuri jalanan komplek perumahan, ia masih memikirkan apa arti dari suara yang dia dengar dari kepala Leo.

Setelah sampai pada minimarket Diza malah melupakan semua barang yang harus dibeli. Dirogohnya saku celana namun Diza tak menemukan apa yang dicarinya. Ponsel miliknya tertinggal diranjang, sebut saja Diza bodoh hari ini. Tambahkan juga, ceroboh!

"Laura benar aku ini bodoh dan juga ceroboh." Gumam Diza yang langsung ingin meninggalkan minimarket, berniat pulang lagi menanyakan barang apa saja yang harus dibelinya.

Namun langkahnya berhenti kala mendengar namanya disebut. Saat berbalik Diza melihat Niki serta keranjang yang penuh disalah satu tangannya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Niki.

Benar-benar pertanyaan bodoh memang, apa yang akan dilakukan orang jika berada di minimarket selain berbelanja? Meski demikian Diza tetap menjawabnya.

"Belanja bulanan." Jawab singkat Diza perlahan membalikan tubuh mendekati pintu keluar. Niki mengerutkan keningnya dan langsung berteriak menghentikan langkah Diza.

"Loh nggak jadi belanja?"

"Aku nggak tahu ternyata suaramu nyaring juga."

Niki meringis mendengar penuturan Diza, mendadak ia merasa tak enak pada Diza karena telah membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Berakhirlah mereka pada restoran cepat saji terdekat, hasil pemaksaan Niki terhadap Diza. Beberapa makanan sudah tersaji dimeja, namun belum ada yang disentuh oleh Diza.

Berbeda dengan Niki, ia terlihat sangat menikmati makan-makan itu.

"Lo nggak mau makan? Mubazir. Makan!" Ujarnya.

Mereka Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang