Chapter 7

3.9K 94 3
                                    


Chapter 7

Aku masih terngiang - ngiang kejadian siang tadi. Kejadian saat aku menyebut namanya.

~~~

"Ardi..." pamitku balik.

Matanya seketika membulat mendengar aku menyebut namanya.

Kalva ardian pratama, itu namanya. Dari dulu aku pertama mengenalnya aku selalu memanggil dia ardi. Dan bukan hanya aku saja yang memanggilnya itu. Dari dulu jaman SMA orang-orang juga memanggilnya ardi. Maka aku heran saat axel dan yang lain memanggilnya kalva.

Aku ingat dulu dia paling gak suka jika ada orang memanggilnya kalva, karena menurut dia nama kalva itu aneh.

Aku jadi bingung sendiri.

~~~

Suara ketukan membuat ku tersadar dari pikiranku. Tapi siapa yang datang malem gini?

Dengan berat hati aku keluar kamarku dan berjalan ke pintu masuk.

"BINAAAA!!" Teriak karin saat aku buka pintu masuk.

"Karin?" Ngapain karin malem-malem gini ke sini?

Dia hanya nyengir, langsung aku tau maksudnya dia dateng malem-malem gini.

Karin sahabat ku dari SMA, yang sudah ku anggap seperti saudara sendiri. Dia tau dari awal sampai akhir hubungan ku dengan ardi. Dari saat hati ku yang berbunga-bunga sampai waktu aku depresi karena di tinggal dia.

Aku meliriknya tajam, "Pasti lo kesini bela-belain malem-malem gini, karena lo tau gue bawa brownies buatan ibu,kan?"

Senyuman 1000 watt langsung tercetak di wajahnya, "You know me so well," Katanya dan tanpa seizin ku langsung main masuk ke dalam apartemenku.

Aku hanya memutar kedua bola mataku melihat tingkah manusia langka yang satu ini. menutup pintu masuk dan memastikannya terkunci lalu aku pergi menyusulnya ke dapur.

Ibu dari dulu memang sangat suka memasak tapi dari semua masakan ibu, masakan andalan ibu yaitu kuenya atau lebih tepatnya browniesnya.

Dulu setiap karin main ke rumah ku di Bandung, ibu pasti selalu membuat browniesnya spesialnya itu. Dan lihatlah sampai sekarang ini, pasti setiap aku berkunjung ke rumah ibu, beliau pasti selalu menitipkan brownies buatannya untuk karin.

"Jangan lupa sisain buat gue," Pesanku ke karin. Karena kebiasaannya kalau sudah makan brownies buatan ibu. Dia pasti lupa dengan yang lain.

Dia hanya mengacungkan jempolnya, lalu mulai memotong brownies.

"Eh handphone lo kenapa? Kok gue telpon dari tadi gak aktif-aktif?" Tanya karin seraya duduk di salah satu bar stool dapurku.

Aku pun mengikutinya dan duduk di sampingnya. Handphone ku? Astaga.. baru aku ingat, handphoneku low batt dan masih ku simpan di tas. Karena aku asik ngelamunin kejadian tadi siang sampai aku lupa untuk nge-charge handphone ku.

"Low batt, lupa gue charger," jawabku, karin hanya memutar kedua bola matanya lalu lanjut makan browniesnya.

Kami berdua sibuk dengan kesibukan masing-masing. Well, karin sibuk dengan browniesnya sementara aku masih sibuk kepikiran kejadian tadi siang.

Apa aku cerita ke karin kalau dia udah kembali? Tapi aku takut melihat reaksi karin jika dia tau kalau ardi kembali ke Indonesia. Aku ingat dia berjanji kalau dia ketemu dengan ardi lagi dia gak akan segan untuk menggunakan jurus karate yang dia pelajari ke ardi, karena sudah meninggalkan ku tanpa kabar dulu.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang