Haiii!
Thor balik lagi dengan chapter yang baru!
Semoga kalian suka dengan chapter ini.
Selamat membaca!!!
++++++++++
Chapter 13
"Bina!" Panggil Mbak Titi salah satu rekan kerja ku di kantor.
Aku berhenti mengetik proposal ku, dan menengok ke arah Mbak Titi.
"Kenapa Mbak?" Aku tanya pelan-pelan, dan memerhatikan Mbak Titi dengan seksama. Kalau di perhatiin baik-baik, Mbak Titi ini kelihat seperti orang stress.
"Aku stress," Betul kan dengan apa yang aku pikirkan.
"Dan mereka berdua membuatku pusing. Tiada pertemuan tanpa mereka berdebat hebat, tapi kali ini puncaknya. Sampai-sampai si cewek pergi dari tempat pertemuan. Dan yang parahnya si cowok bukan ngejar ceweknya, malah dia nanyain kamu." Jelas Mbak Titi panjang lebar. Aku mengigit bibir bawahku dan menatap Mbak Titi tidak enak.
Biar ku jelaskan.
Cowok dan cewek yang Mbak Titi maksud adalah dia dan tunangannya itu. Aku tau mengapa bukan aku yang mengurusnya?
Karena aku menghindar dari si calon pria. aku juga tau, seharusnya aku bersikap professional. Bisa membedakan mana urusan kerja dan urusan pribadi. Tapi ntah mengapa jika urusan yang menyangkut dengan dia. Aku tidak bisa.
Tapi untungnya aku mempunyai alasan yang logika, menghindar dari dia. Kebetulan salah satu client ku, akan segera menyelenggarakan pernikahannya dalam waktu dekat ini. Dan kebetulan juga, pernikahan client ku ini cukup menguras waktu ku untuk urusan lain. Sehingga untuk sementara waktu ini untuk urusan pernikahan dia. Aku meminta tolong orang lain, untuk menggantikan ku sementara.
"Kamu tuh sebenernya punya hubungan apa sih sama si calon mempelai ini?" Tanya Mbak Titi heran lalu duduk di kursi kosong depan mejaku.
"Teman?" Kata itu yang keluar dari mulutku. Bukan terdengar seperti jawaban, malah lebih ke pertanyaan. Karena aku tak tau harus menjawab apa selain kata mantan.
Mbak Titi mengangkat salah satu alisnya, seperti berkata masa sih?. Aku hanya mengangkat kedua bahuku dan tersenyum tipis.
Mbak Titi menghela napasnya lelah. Baru saja dia ingin bilang sesuatu, tapi deringan telpon masuk dari handphonenya memotongnya. Dia memberiku isyarat tunggu sebentar dengan jari telunjuknya yang ku jawab dengan sebuah anggukan.
Tak terasa sebulan sudah berlalu semenjak terakhir aku bertemu dengan dia.
Hubungan ku dan Axel juga semakin dekat. Kini aku mulai membiasakan dengan 'aku-kamu' dengan dia. Dan Axel mulai belakangan ini sering memanggil ku dengan nickname yang aneh-aneh. Seperti Sabin yang katanya kependekan dari sayang Bina. Aku menggeleng kemudian tersenyum mengingat nickname yang dia berikan. Walaupun dia sering bilang itu bukan nickname melainkan itu adalah panggilan sayang dari dia untukku.
Jujur, aku sedikit suka saat dia memanggilku dengan panggilan konyol itu. Tapi yah namanya wanita ada mempunyai ego yang tinggi, gengsi. Jadi setiap dia memanggilku dengan panggilannya itu. Aku akan pura-pura tidak suka, memarahinya, atau memutar kedua bola mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah
RomanceBagaimana jika kamu bertemu lagi dengan mantanmu? Tapi ini mantan bukan sembarang mantan, melainkan ini adalah mantan terindahmu. Mau tau kelanjutanya? come follow my journey. copyrights © 2014 by may1710