Chapter 2

6.7K 152 5
                                    

Hai! i'm back!

Sebelumnya makasih ya, buat yang sudah mau meluangkan waktu kalian buat baca cerita author yang masih amatiran ini :)

selamat membaca!

++++++++++

chapter 2

There's no others comfy places like home.

Aku teringat dulu ada seseorang bilang itu padaku. Tiada tempat yang nyaman selain rumah. Dan aku percaya dengan hal itu.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Jakarta. Akhirnya aku sampai juga di kota kelahiranku Bandung.

Memori-memori nostalgia kembali terngiang di benak ku. Aku tersenyum tipis mengingat kembali zaman saat aku masih berada di Sekolah Menengah Atas.

Tak ku sadari aku sudah berhenti di depan  sebuah rumah sederhana minimalis, atau yang lebih suka ku sebut my lovely home.

Semua masih sama, di halaman depan rumah masih ada ayunan yang dulu sering ku mainkan. Di depan teras masih ada kursi goyang yang dulu suka almarhum nenek ku duduki.

aku menghela nafas pendek lalu turun dari mobilku.

"Assalamuallaikum," Ucapku dari depan pintu rumah sambil mengetuknya.

"Wa'alaikumsallam, iya sebentar," Sahut seseorang dari dalam.

Pintu terbuka dan muncul wanita paruh baya yang pernah mengandungku selama sembilan bulan dan mempertaruhkan nyawanya selama 10 jam demi melahirkan ku ke dunia ini.

"BINA???" Teriak heboh dari ibu dan langsung memeluk ku sangat erat.

"Bina yaampun kamu makin gede aja sekarang, kamu tau gak sih ibu nih kangen banget loh sama kamu. Ayah juga kangen sama kamu, Adek kamu ju--" Sebelum ibu bisa nyelesain kalimatnya, adek ku devan memotongnya.

"Jangan percaya sama kata ibu. Mana mungkin gue kangen sama lo. Tapi by the way lo makin pendek aja ya kak." Kata Devan dari belakang ibu dan di susul sama ayah. Aku hanya membalasnya dengan tatapan tajam.

Ibu juga menatap Devan dengan tatapan tajam, yang membuat Devan berlindung di balik tubuh ayah. Dasar cemen mainnya abis ngeledek abis itu cari perlindungan.

"Udah-udah kalian ini berdua selalu setiap ketemu pasti kayak tom and jerry," Ucap ayah sambil tertawa kecil.

"Gak usah di dengerin apa yang adek kamu bilang tadi, Bin. Dia palingan gengsi aja gak mau ngakuin," kata ibu sambil melirik Devan yang lagi senyum cengengesan.

"Ini kita ngapain di luar rumah gini? ayo masuk, Devan kamu bantu itu bawa barang bawaan kakak kamu." perintah ayah ke Devan yang langsung menggrutu.

Rasain lo dek!

+++

Aku sedang membuka kulkas mengambil cemilan dan minuman saat tiba-tiba Devan masuk ke dapur dengan pakaian rapih.

"Mau kemana lo, dek?" Tanyaku seraya mengambil minuman dari kulkas.

Devan yang tadinya sibuk sama gadgetnya, langsung mengalihkan perhatiannya ke aku. Dia melihatku dari atas ke bawah dengan kening berkerut. Baru saja dia membuka mulutnya tapi pekikan dari ibu menghentikannya.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang