Love and Death : Chapter 6

681 82 4
                                    


"Hunch"


"Yibo, Kau menyukai Zhan Ge, kan? Aku tahu, kau menyimpan banyak fotonya sama sepertiku."

Wenhan tiba-tiba saja menanyakan perasaan Yibo. Ia duduk dengan setelan baju serba putih. Pemuda bermarga Li itu terlihat sangat tampan.

"Kalau sudah tahu, kenapa harus tanya!" jawab Yibo ketus. Terungkap sudah misteri ponsel Yibo. Ya, beberapa tahun lalu mereka berebut ponsel di belakang kampus.

"Jika aku tidak ada, kau harus menjaganya ... untukku."
Yibo terdiam mendengar permintaan Wenhan. Matanya menatap curiga pada pemuda surai hitam yang sedang duduk di sofa. Entah mengapa, nada yang digunakan Wenhan berhasil membuat Yibo merasakan ketulusan hatinya.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba baik padaku?"

Namun, Wenhan tidak menjawab pertanyaan Yibo. Dia memilih bungkam dan menyimpannya sendiri. Suatu hari dia akan mengerti. Mungkin sudah saatnya dia mengalah untuk kebahagian Yibo. Sudah cukup rasanya mendapat sesal hari lalu.
Yibo sekilas mengingat kejadian setelah Mubo meninggal. Dia dan Wenhan saling pukul untuk merebutkan Xiao Zhan. Gara-gara Yibo lebih sering berduaan dengan Xiao Zhan, sedangkan Wenhan merasa dirinya sudah berusaha keras terabaikan. Yibo tidak akan bisa sedekat itu dengan Xiao Zhan jika bukan karena dirinya.

Wenhan merasa sangat tertekan dengan teror-teror yang ia dapat. Ia hanya takut jika nanti Xiao Zhan yang menanggung semuanya. Pasalnya, wanita gila di dalam telepon terus meneror Yibo. Wenhan menduga semua itu berkaitan dengan teror yang ia terima.

Sore harinya, Wenhan tidak seperti biasa. Ia menyiapkan makanan sebisa mungkin. Ada beberapa makanan yang Wenhan beli karena gagal memasak. Beberapa bahan masakan telah gosong karena ulahnya. Ia terpaksa pesan di restoran terdekat untuk beberapa menu yang dianggap sulit. Setelah kedua orang yang ia tunggu datang. Bak pelayan Wenhan persilahkan keduanya untuk duduk menikmati menu.

"Selamat dataang. Mari kita makan!" sambutnya dengan wajah sumringah dan senyum mengembang.

"Wah, terima kasih adikku yang tampan!" puji Xiao Zhan tulus mata berbinar.

"Terima kasih kakakku yang tampan," ucap Yibo dengan nada dibuat-buat kesal.

Mereka menikmati makan malam yang sederhana, tetapi sangat berkesan. Selama mereka bersama, Li Wenhan baru kali ini melakukan hal yang sangat istimewa. Ia terlihat sangat tampan dengan senyum manisnya. Kulitnya bersinar hingga kalung yang ia kenakan seperti menyala.

Wenhan hanya berharap bisa menikmati hari-hari bersama orang yang berharga. Meskipun teror hari ini tidak akan mengakhiri harinya, tetapi ia berhak bahagia. Biarkan teror itu terus berdatangan. Asalkan tidak mengambil Xiao Zhan atau pun Wang Yibo darinya, ia bisa menghadapi semua itu sendirian. Wenhan berharap orang itu merasa lelah dan hidupnya kembali tenang. Meski karma tidak pernah salah menjalankan tugas, tetapi apa yang dari berharap? Wenhan tak menyadari air minum yang berada di bawahnya telah berubah warna menjadi merah.

"Wenhan, kau mimisan!" seru Wang Yibo sembari meraih tissue. Wenhan tersadar dari lamunannya.

"Ah, iya. Tadi hidungku terpentok meja dapur. Ini tidak apa," jelasnya dengan senyum polos. Xiao Zhan ke sana kemari sibuk mencari obat, bahkan saat Wenhan tidur ia sempat tiga kali memeriksa suhu tubuh Wenhan. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan sang adik yang selalu pucat.

Berjalannya waktu, ternyata Li Qin berhasil mendapatkan hati Xiao Zhan. Sekalipun bukan dengan status pacar, tetapi Li Qin bisa membuat Xiao Zhan dekat seperti seorang sahabat. Besok adalah hari ulang tahun Xiao Zhan, hari terspesial bagi Yibo. Entahlah, Wenhan kesurupan apa akhir-akhir ini selalu membiarkan dirinya berdekatan dengan Xiao Zhan.

Love and Death✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang