Wenhan semakin yakin, jika gadis di depannya adalah orang yang sengaja datang untuk mengambil Xiao Zhan. Li Qin dengan santai menatap kedua pemuda tampan, seperti tatapan memuja. Ralat. Tatapan menyelidik dari seorang wanita.
"Jika aku tetap mendekati dia? Apa kalian akan membunuhku juga?" tanya Li Qin sedikit berbisik.
"Maksudmu apa? Sial---"ucapan Yibo terpotong oleh kehadiran Xiao Zhan.
Yibo dan Wenhan dengan berat hati meninggalkan dua insan itu ke dalam. Yibo berjalan ke sana kemari sembari mengintip dari celah pintu. Pikirannya masih memutar pertanyaan dari Li Qin dengan jelas. Siapa gadis itu sebenarnya. Wenhan menatap Yibo dengan lelah.Kenapa Yibo bertingkah sepanik itu?
"Berhenti mondar-mandir seperti itu, Yibo!" suara Wenhan membuat Yibo menghentikan kakinya.
"Kau tahu maksud dari ucapan perempuan di luar itu?" Wenhan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Beberapa saat kemudian, ia baru teringat dengan suatu kejadian.
"Aku sepertinya pernah melihat wanita itu, sebelum Xiao Ge mengenalkan pada kita. Saat di tempat Xuan Lu, sehari sebelum Xuan Lu mengalami kecelakaan. Bandul itu bukankah pernah dipakai oleh Xuan Lu?"
"Aku tidak terlalu memperhatikan Xuan Lu, tetapi aku ingat pernah bertemu wanita itu di suatu tempat." ujar Yibo.
"Tempat itu di mana?" tanya Wenhan yang sukses membuat Yibo terdiam mencoba mengingat.
"Ya, hanya sekedar merasa pernah bertemu."
Setelah menjawab Yibo duduk dengan tenang di samping Li Wenhan. Mendengar suara wanita itu pergi, Wenhan dan Yibo bersamaan menghampiri Xiao Zhan yang sedang di ruang tamu. Xiao Zhan tersenyum saat melihat kedua adiknya.
"Xiao Ge? Bukankah Li Qin itu teman Xuan Lu?" tanya Wenhan hati-hati. Pasalnya Xuan Lu dulu sahabat baik Xiao Zhan.
"Iya. Sebelum Xuan Lu meninggal dulu pernah dekat dengan Li Qin."
"Zhan Ge, apakah kau menyukai wanita seperti Li Qin?" Giliran Yibo bertanya pada Xiao Zhan dengan hati yang cemas.
Xiao Zhan menatap kedua adiknya yang sedang manatapnya sendu. Kemudian ia tertawa seolah-olah baru saja mendapat candaan yang lucu.
"Itu dulu saat aku masih kuliah. Sekarang ... aku tidak tertarik padanya. Aku lebih mencintai adik-adikku," jelas Xiao Zhan diselingi candaan. Kemudian mereka saling berpelukan. Ada rasa bersyukur di hati Yibo yang terdalam. Ia tidak akan membiarkan siapa pun mengambil Xiao Zhan darinya.
Hari berikutnya, Xiao Zhan pagi-pagi dikejutkan oleh panggilan misterius lagi. Suara tawa seorang wanita terdengar seperti orang gila. Wenhan dan Yibo segera menghampiri sang kakak yang sedang ketakutan. Yibo memberi saran agar bertukar ponsel dengan miliknya. Xiao Zhan menyetujui usul sang adik. Ia sudah cukup dipusingkan dengan teror itu berkali-kali. Entah siapa pun orang itu, sengaja menghubunginya hanya untuk tertawa dengan nomor-nomor baru. Namun, Xiao Zhan sedikit tenang karena ia yakin orang itu tidak mengetahui nomor Yibo.
Sarapan pagi itu sangat manis. Semua berkumpul di meja makan seperti dulu lagi. Salahkan kesibukan mereka masing-masing, sehingga mempersempit waktu bersama. Mereka lalui dengan canda tawa bak anak kecil berumur tujuh tahun. Xiao Zhan tersenyum kala mereka mempermasalahkan kalung pemberiannya.
"Zhan Ge sangat pintar memilihkan batu hijau ini untukku," puji Yibo bangga.
"Yaa, Xiao Gege sangat tahu sifatmu seperti buta ijo. Makanya sangat cocok denganmu," celetuk Wenhan sukses membuat Xiao Zhan tertawa.
"Zhan Ge, benarkah itu?"
Yibo merengek menanyakan kebenaran. Sementara Xiao Zhan tertawa hingga perutnya merasa kram. Wenhan menatap keduanya dengan tatapan memuja."Akankah kebersamaan ini selamanya?" batinnya.Wenhan tersenyum miris.
Senyum Wenhan luntur seketika saat seseorang mengetuk pintu panti berkali-kali. Ia sudah tahu jika paketan setan itu datang lagi untuknya. Ia merasa sangat tertekan. Namun, ia tidak mungkin berbagi dengan siapa pun. Wenhan segera menutup dan menunci pintu kamar setelah membawa benda kubus itu ke dalam.
Entah mengapa, hatinya berdebar secara tidak normal. Seakan-akan ia membuka hadiah berisikan bom. Saat tangannya membuka bingkisan itu. Boneka dengan noda darah menyambutnya. Secarik kertas di bawah boneka kumal itu menarik perhatian mata Wenhan.
'Dekat dengan kematian.'
Matanya terbelalak saat tahu tulisan itu berada dibalik fhoto Han Mubo. Jika hanya kata-kata ancaman tidak akan membuat Li Wenhan merasa takut. Akan tetapi, orang yang mengancam ini tahu segelaanya tentang Han Mubo. Wenhan dengan lesu dan rasa takut turun untuk memeriksa keadaan rumah. Namun, matanya melihat Yibo yang sedang berjalan ke sana kemari membawa ponsel Xiao Zhan. Entah mengapa, ia merasa sangat sayang dengan rival abadinya. Ia lebih rela Xiao Zhan dengan Yibo daripada dengan orang lain yang tak dikenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Death✔
Fanfiction▪︎Story Title : Love and Death ▪︎Genre Story : Fanfiction ▪︎Sub-Genre : BL, Romance, Spiritual & Tragedy ▪︎Written By : ---- ▪︎Revisi : ▪︎Revision Date : - Amaan😊😊 • Wang Yibo • Li Wenhan • Xiao Zhan