❞Karena patah hati terbesar orang tua adalah kehilangan anaknya.❞
Di antara malam, kehilangan, dan di sudut jatuhnya sembilu, isakannya menggema menjadi nestapa yang mencumbui sukma hingga terasa sesak. Gema-gema nestapa yang tak pernah terbungkam...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sang fajar telah menyapa garis khatulistiwa, namun Harsa masih tertidur dengan pulas. Bahkan, suara ngoroknya terdengar di ambang pintu. "Harsa, bangun!" pekik Zoey yang berdiri dengan punggung bersandar pada pintu.
Tak kunjung bangun, Zoey menghampiri anaknya dan mencubit pipinya dengan kekuatan agar Harsa dapat terbangun dari alam mimpinya. "HARSAAAAA AYO BANGUN!"
Seraya meringis, Harsa mencibir. "Aduh, Ma, ini kan hari Sabtu. Waktunya jadi kebo."
"Badan kamu nanti jadi kayak kebo mulu kalau kerjaannya cuma makan sama tidur mulu!"
Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, Harsa mendelik ke jam yang menunjukan enam lewat sebelas menit. "Masih jam segini , Ma."
"Justru karena masih jam segini kamu harus bangun! Kita lari pagi," ajak Zoey.
"Aduh mager ah," tampik Harsa yang kembali menutup mata.
"Abis lari pagi sekalian makan bubur taman komplek. Udah lama nih nggak makan bubur," bujuk Zoey. "Abis itu kita ke supermarket buat belanja bulanan. Shampoo kamu habis kan?"
Harsa masih bergeming. Zoey gemas sendiri. "Uang jajannya Mama potong kalau kamu nggak mau nurut."
Seketika, Harsa beranjak. "IYA-IYA!"
Zoey tersenyum puas. "Nah, sana ganti baju. Mama tunggu di teras."
Zoey meninggalkan Harsa dan berlalu menuju teras. Tak perlu waktu lama, Harsa sudah menghampiri mamanya. "Buset, kamu brand ambassador Adidas ya? Head to toe semuanya adidas."
"Kan ini semua Mama yang beliin," cibir Harsa.
"Oh iya ya." Zoey menyengir. "Yuk. Kita jogging di komplek aja."
Harsa mengangguk lalu merangkul mamanya. "Let's goooooo!"
"Kamu belum cuci muka ya?" Zoey menjauhkan wajah anaknya.
Harsa mengangguk polos sedangkan Zoey mengernyit jijik. "ITU ILER KAMU MASIH ADA!"
"Biarin, yang penting tetep ganteng!"
۰˚☽ The Weight of Our Days ۰˚☽
Baru dua puluh menit, Zoey sudah mengistirahatkan bokongnya di bawah pohon. "Aduh, Mama capek!"
Harsa mencibir. "Mama yang ngajak kok Mama yang capek."
"Mama kan udah tua," desis Zoey. "Sana, kamu aja yang lanjut. Mama tunggu di sini."
"IDIH, NGGAK ACI!"
"Aci apaan? Bakso aci?"
"Nggak adil," jawab Harsa memutar kedua bola matanya malas. "Ya udah deh. Kita makan bubur aja. Harsa udah laper."