Hidden Code

899 170 15
                                    

Play mulmed dulu, yuk.

Enjoy, sorry typo.

***

14 March

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14 March

"Dia koma."

Itu yang mereka dengar terakhir kali. Semenjak dokter mengeluarkan kalimat itu, tidak ada satu pun yang mau membuka obrolan.

Memilih diam dengan sejuta penyesalan. Haruskah kita salahkan Jaemin di sini? Tidak. Konteksnya bukan tentang Jaemin yang salah karena membiarkan Jongho tertabrak. Tapi, pelaku yang mengincar seseorang itu yang harus disalahkan.

"Ini sudah terjadi. Pelakunya mungkin mengincar salah satu dari kita. Entah siapa, tapi... Gak mungkin semua ini terjadi gitu aja 'kan?"

Itu adalah kalimat yang Haechan ucapkan beberapa saat lalu. Jika memang pelakunya mengincar salah satu dari mereka, siapa yang dimaksud? Dan kenapa pelakunya membuat semua ini menjadi rumit dengan menambahkan korban baru.

Bomin juga pernah bilang, "Kejadian ini, semakin janggal."

Itu benar. Bukankah apa yang Haechan katakan itu memang menjurus pada kenyataan yang terjadi?

Korbannya bukan satu atau dua orang, melainkan empat orang dan mungkin akan terus bertambah sampai apa yang pelaku inginkan sudah berada di depan matanya.

Masih pukul dua dini hari. Lorong rumah sakit juga sudah sepi. Hanya beberapa dari mereka yang masih berada di sini.

"Lix, mau ngopi?" tawar Sanha.

"Mau. Ngajak Eric sekalian, habis jumscare dia."

"Ric, mau ngopi?"

"Iya."

Mendengar persetujuan dari Eric, Sanha langsung bangkit diikuti oleh Felix. Berjalan menyelusuri lorong gelap rumah sakit menuju kantin.

"Ada yang mau gue omongin," Eric bersuara. Nadanya terdengar tidak yakin dengan apa yang ingin ia sampaikan.

"Ngomong aja."

Hanya percakapan dua orang yang terdengar. Jangan tanya Felix sedang apa. Karena dia menyumpal telinganya dengan airpod yang tersambung oleh musik di ponselnya.

Seolah sudah hafal rute menuju kantin, mereka dengan cepat sampai dan duduk di bangku yang sudah tersedia.

Felix mendengus kesal ketika Eric menyuruhnya untuk memesan. "Kopi tiga, mas." hanya menunggu beberapa menit saja, Felix membawa nampan yang berisi tiga kopi panas yang baru saja diseduh.

"Mau ngomong apa, Ric?" Felix bertanya. Jangan di kira ia tidak mendengarkan apa yang Eric sampaikan ketika mereka di lorong, ya. Ia jelas mendengarkannya.

[END] REVEAL - 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang