Namaku Annisa, aku lahir sebagai anak tengah dari tujuh bersaudara, dengan empat saudara laki-laki dan dua perempuan.Kakak pertamaku bernama Indra, kedua Asfar, lalu ada Fir, baru diriku. Kemudian ada adik perempuan pertamaku bernama Adis, Ditha, dan adik bungsu lelaki bernama Yudha.
Aku memiliki sikap yang sangat berbeda dibanding saudaraku yang lainnya, aku seorang yang pendiam lagi pemalu, namun merupakan putri kesayangan Ayah. Teman-teman sering menyebutku sebagai gadis kuper alias kurang pergaulan, itu disebabkan karena aku tidak pernah pergi kemana pun tanpa dikawal oleh Ayah.
Aku adalah seorang gadis kutu buku, tidak seperti para remaja pada umumnya yang sangat suka pergi ke sana ke mari dan menghabiskan waktu untuk bersenda gurau. Aku justru memilih menghabiskan waktuku seorang diri.
Ku isi waktu luangku untuk membaca buku atau Kitab Al-Qur’an, Hadits dan berbagai kisah Tauladan. Apa lagi mengingat saat ini begitu banyak ketegangan dan kesulitan yang tengah menimpa keluargaku, yang mana waktu pendaftaran sekolah SMA tinggal tersisa satu
minggu lagi, begitu juga tanggal jatuh tempo yang diberikan oleh rentenir kepada Ayah.
Ayah harus membayar 13 gram emas yang dipinjam oleh kak indra. Hal ini merupakan guncangan yang sangat berat bagi kami, kak indra sendiri melarikan diri entah ke mana bersama istrinya dengan hutang yang dibebankan kepada ayah dan ibu. Sedangkan, tidak ada harta yang kami punya, selain sebidang kebun karet seluas 3 hektar yang saat ini menjadi satu-satunya sumber mata pencaharian keluarga kami.
Orang tuaku benar-benar merasa semakin tertekan, mereka merasa sangat terhimpit mengingat saat ini adalah tahun ajaran baru, di mana kedua adikku Ditha dan Yudha sudah waktunya masuk SD, aku sendiri harus masuk SMA, dan sesuai kesepakatan setelah kelulusan, aku akan melanjutkan ke Pondok Pesantren.
Kekhawatiran, kegelisahan, dan putus asa terlihat di wajah ayah dan ibu. Ibu merasa dirinya telah gagal, semua yang dilakukan kak indra telah sangat membuatnya kecewa. Aku sendiri tidak bisa berbuat banyak, kecuali berdoa agar Allah menangguhkan keimanan kami, agar kami semua tidak kehilangan kesabaran dan harapan.
Tidak ada lagi keceriaan di rumah kami sejak saat itu.
***
Ayah merasa begitu bangga dan juga bahagia, hingga tanpa disadari dia meneteskan air mata untuk prestasi yang telah ku capai. Sejak SD aku selalu menoreh prestasi yang cemerlang begitu juga hari ini, saat kelulusan SLTP.
Saat acara pelepasan siswa-siswi kelas tiga aku berdiri di atas podium mewakili seluruh siswa kelas tiga untuk memberikan sambutan, saat acara inti aku juga tampil membacakan Ayat Suci Al-Qur'an dan membawakan Puisi tentang ungkapan hati seorang siswa
kepada gurunya, serta pesan untuk seluruh adik kelasnya yang ku tulis sendiri.
Ketika pertengahan Puisi, seluruh dewan guru berdiri sambil terus menyeka air mata mereka karena sangat terharu dengan isi puisiku. Lalu, satu persatu para guru menghampiri dan memelukku.
Kini tibalah saat yang sangat dinantikan oleh seluruh siswa dan juga para wali murid, yaitu pengumuman hasil Ujian Akhir Nasional. Kepala Sekolah mengumumkan hasil ujian para siswa. Ayah merasa semakin bangga dan terharu karena putrinya kembali memperoleh nilai terbaik.
Setibanya di rumah ayah tidak ada hentinya bercerita pada ibu, akan apa yang telah dia saksikan di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG TAK PERNAH PUDAR
Teen FictionNamaku Annisa, aku anak tengah dari tujuh bersaudara. Seorang gadis kutu buku lagi kuper, tapi aku adalah putri kesayangan ayah. Akan tetapi, hal itu tidak membuat ku lantas menjadi gadis manja. Saat waktunya aku masuk SMA ayah harus membayar h...