Part-18. AMARAHKU

2 1 0
                                    


    Aku terus berusaha meyakinkan hatiku bahwa segalanya baik-baik saja,tapi setiap malam mimpi yang sama selalu datang.Di saat kekalutan yang terus melanda hatiku,tetangga sebelah rumah Paman Narus bercerita tentang Kak Indra yang beberapa hari lalu berbincang dengannya,orang tersebut menceritakan segalanya padaku tentang semua ucapan buruk Kak Indra,aku benar-benar tidak bisa lagi menahan segalanya,kebetulan ini adalah hari sabtu,aku meminta idzin kepada Paman Narus untuk mengunjungi Kak Agus ke kebun,karena hari sudah hampir maghrib Paman Narus memintaku agar pergi besok pagi saja dengan diantarkan oleh Hendri adik laki-laki yuk Muji istri Kak Agus.Pagi-pagi sekali setelah semua pekerjaan rumah selesai aku meminta Hendri mengantarku ke tempat Kak Agus dengan segera karena amarahku sudah benar-benar tidak bisa lagi ku bendung.Setibanya di sana ternyata Kak Indra belum pulang katanya sedang menginap di rumah mertuanya,Kak Agus bertanya padaku ada masalah apa sebenarnya,aku menceritakan segalanya.”Memang keterlaluan Kak Indra itu kapan dia akan berubah apa menunggu mulutnya disambar petir”.Kata Kak Agus dengan spontan.

“Dik Kakak harus pergi menyadap,jika terjadi sesuatu susul aku”.Kata Kak Agus dan Kak Firman.Selang beberapa menit Kak Indra dan istrinya pulang ke kediaman Kak Agus,setelah dia duduk aku berusa bicara baik-baik,aku bertanya padanya “Apa saja yang sudah dia lakukan dan dia katakan kepada semua orang dan mencoreng nama Ayah,kurang apa selama ini Ayah dan Ibu,mereka terus saja memaafkan setiap kesalahanmu,bahkan setelah Kakak membuat Ayah ditekan oleh rentenir dan juga menghasud Kak Firman,apa yang ada dalam pikiranmu Kak,jika tidak bisa membalas jasa orang tua setidaknya jangan menyakiti mereka,apa kau ingin jadi anak durhaka?”.                  

    Bukannya menyadari akan kesalahannya Kak Indra malah membentakku dan mengatakan kamu tidak usah ceramah pagi-pagi buta begini,kamu anak kecil tahu apa,apa kamu tidak ingat siapa yang dulu sering menggendongmu saat masih sangat kecil”.Katanya padaku.      

 “Aku tahu Kak Ibu menceritakan semuanya kau yang sering mengasuhku,bagaimana kau merasa tersinggung karena orang yang sering kau gendong berani menceramahimu.Lalu ke mana otakmu selama ini,kau lawan orang tuamu,kau coreng nama baiknya,kau sakiti hatinya,apa sebutan yang layak untukmu selain ANAK DURHAKA”.

    Tidak terima ku sebut anak durhaka Kak Indra begitu emosi,dia mengambil parang ingin menebasku,sementara itu Yuk Muji sudah sejak awal tewrjadi perdebatan dia pergi menyusul Kak Agus dan Kak Firman karena khawatir terjadi hal buruk padaku.Melihat Kak Indra mendekatiku dengan memegang sebilah parang dan ingin menebasku,aku yang melihat sepotong kayu sebesar lenganku secepatnya aku meraih kayu tersebut dan tanpa membuang kesempatan sebelum parang di tangan Kak Indra lebih dulu mengenaiku aku dengan sekuat tenaga menghantam kaki Kak Indra dengan kayu di tanganku.Tak ampun Kak Indra menjerit karena dia merasa tulang kakinya seperti akan patah akibat pukulanku,dia terduduk dan parang yang dia pegang terlepas dari tangannya,istrinya yang sebelumnya berteriak-teriak memakiku kini panik melihat Kak Indra yang amat kesakitan,tanpa pikir panjang aku segera mengambil parang yang sudah terlepas dari tangan Kak Indra.Di saat yang bersamaan Kak Agus,Kak Firman,dan Kak Lubis tiba secara bersamaan,sedang Yuk Muji mencoba meredam amarahku,Kak Firman merampas parang dintanganku secara paksa karena dia khawatir aku hilang kendali.

    Kak Lubis tetangga kami melerai kami dia mengatakan padaku untuk tidak berbuat seperti ini,aku lebih muda jadi tidak boleh bertingkah seperti itu,karena emosiku yang masih meledak-ledak aku langsung menatap tajam pada Kak Lubis dan berkata padanya dengan amarah yang masih menguasai diriku “Kak Lubis kau tidak tahu apa-apa,jadi lebih baik diamlah,masih bagus aku hanya memukul kakinya,dia anak durhaka ini,kataku setengah berteriak sambil menuding wajah Kak Indra dan istrinya sangat bagus jika diracun saja,kau tidak tahu kak Lubis apa saja perbuatannya selama ini,jika Ayah dan Ibu bisa memaafkan dia tapi tidak denganku,aku bisa memaafkan dia saat dulu dia membantingku,tapi aku tidak akan diam saat orang tuaku dihina,direndahkan dan dicoreng nama baiknya,coba Kak Lubis ada di posisiku apa Kak Lubis akan diam saja,Kak Firman dan Kak Agus boleh diam dan mengabaikan semua ini tapi aku tidak “.Akhirnya Kak Lubis memilih diam,dia juga faham selama ini aku dikenal sebagai gadis yang tenang dan juga penyabar,jika hari ini sampai aku semarah ini berarti sudah sangat keterlaluan.

“Kau anak durhaka,kemasi barangmu sekarang juga,ke luar kamu dari sini,aku punya hak mengusirmu dari sini karena aku juga ikut bersusah payah saat awal membuka kebun ini,jika Kak Agus dan Kak Firman masih bisa diam tapi tidak denganku,kau jangan lupa anak durhaka suatu saat perbuatanmu pasti mendapat balasan dari Allah”.Aku tidak sudi lagi menyebutnya sebagai Kakak.Aku terus menyebutnya anak durhaka,”Kenapa kau kaget karena orang yang selama ini kau tindas,anak kecil yang selama ini hanya bisa menangis kini berani melawanmu?aku belajar darimu hei anak durhaka,orang sepertimu tidak pantas disebut anak.Selama ini aku diam melihat perilaku burukmu,tapi tidak lagi dan mulai sekarang jangan berani melangkahkan kakimu ke sini lagi”.Teriakku lantang.

    Kak indra menyuruh istrinya mengemasi semua barang-barangnya,lalu dia berteriak tak kalah kerasnya dariku”Dengar aku an****ng mulai hari ini aku tidqk punya adik sepertimu,suatu saat jika ayah sudah mati dan kau membutuhkanku menjadi walimu aku tidak sudi putus persaudaraan kita”.Ucapnya sambil meludah ke tanah dan menghentakkan kakinya ke tanah.                     

  “Maka dengarkan aku juga anak durhaka,aku tidak merasa rugi jika harus kehilangan saudara sepertimu,apa kau pikir aku akan rugi,aku justru bahagia karena terlepas dari saudara yang wujudnya saja manusia sepertimu,aku tidak butuh wali sepertimu”.Tukasku.

    Kak Lubis,Kak Agus,dan yang lainnya hanya bisa tercengang mendengar ucapanku,lalu aku kembali berkata”Kak Firman cepet suruh cepat orang ini pergi aku tidak tahan lagi melihatnya,dan ya jangan ada satu pun barang dari rumah ini yang dia bawa pastikan itu meskipun hanya sebuah sendok,dan pastikan juga tidak ada barang dia yang tertinggal di sini,aku tidak ingin nanti dia kembali dengan alasan mengambil barangnya yang tertinggal”.Ucapku tegas.

     Setelah Kak Indra pergi aku terduduk saat itulah aku menangis untuk melegakan sesak di dalam dadaku akibat emosiku yang terlalu meledak-ledak,Yuk Muji memelukku sambil terus menghapus air mataku.

“Dik kenapa kamu itu nekat sekali melawan Kak Indra,kamu tahu seperti apa perangai dia,setidaknay tunggu aku dan Firman sampai rumah,bagaimana kalau tadi dia menebasmu dengan parang”.Ucap Kak Agus.                          “Tenang saja Kak,aku tidak lagi lemah,kau lihat aku baik-baik saja,aku sudah tidak sanggup lagi mendengar ocehannya yang selalu saja menyudutkan Ayah dan Ibu,aku tidak lagi memikirkan rasa takut,lagi pula kalian anak laki-laki kenapa selama ini hanya terus diam dengan tingkah anak durhaka itu,apa lagi kau Kak Firman kau itu garang masak kau takut sama dia”.Kataku sedikit marah pada kedua Kakakku.

“Kami bukan takut,tapi kau ingat bukan pesan Ayah kita harus rukun dan saling menyayangi satu sama lain,lagi pula bagaimana pun dia Kakak kita”.

    Ternyata firasatku selama ini benar bahwa Kak Indra memang belum berubah,aku terus menangis,aku benar-benar terpukul,bukan karena harus kehilangan seorang Kakak tapi ,aku sedih mengingat betapa kurang beruntungnya kedua orang tuaku karena memiliki putra yang tidak memiliki hati nurani sepertinya.


HARAPAN YANG TAK PERNAH PUDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang