Libur Semester Genap telah usai, kini aku telah memulai kegiatan sekolah seperti biasa lagi. Berhubung sekolah masuk jam satu siang, maka aku belajar di Pondok mulai jam sepuluh pagi sampai waktu dzuhur. Selesai shalat dzuhur, aku langsung menuju ke sekolah, hanya butuh waktu lima menit, dari Pondok ke sekolah.
Berhubung sudah dua minggu tidak saling bertemu dengan teman-teman, hari ini kami melepas rindu, kami terus bercerita satu sama lain tentang kegiatan selama libur semester satu sama lain, seperti biasa aku selalu menjadi pendengar setia.
Tanpa terasa, bel berbunyi, bkami semua dikumpulkan di lapangan sehubungan dengan dimulainya masa orientasi siswa.
Selama satu minggu penuh, aku dan seluruh anggota OSIS disibukkan dengan kegiatan orientasi siswa. Belum lagi ada siswa yang mengalami musibah, rumahnya terbakar habis. Aku dan pengurus OSIS yang lain segera ambil bagian dalam acara penggalangan dana. Kami mengumpulkan segala bentuk bantuan dari mulai uang tunai, bahan makanan, hingga pakaian, untuk meringankan beben yang sedang dialami olehnya.
Masa orientasi siswa berakhir, kini waktunya pemilihan Kepengurusan OSIS yang baru. Aku sebenarnya sama sekali tidak berminat untuk ambil bagian. Akan tetapi teman-teman, Ketua OSIS yang sebelumnya, dan juga Pembina OSIS, mencalonkan ku.
Saat hampir 80% suara ternyata memilih ku menjadi Ketua OSIS, mau tidak mau aku menerima tanggung jawab tersebut. Tiga hari setelah pemilihan diadakan acara pelantikan. Aku harus benar-benar pandai memanage waktu, sehubung padatnya kegiatanku, di rumah, Pondok, mengajar di Pal Tujuh, ditambah lagi di sekolah.
Ayah dan juga teman-teman, selalu memberikan support, jadi terkadang seberat apa pun tugas-tugasku, aku bisa sedikit relax. Peringatan hari kemerdekaan sudah semakin dekat, aku, dan seluruh anggota OSIS, sibuk merancang berbagai acara untuk menyambut Hari Kemerdekaan.
Otomatis aku harus sering menyusul pelajaran-pelajaran yang ku tinggal untuk kepentingan Organisasi. Walau bagaimanapun, aku tidak bisa mengabaikan pelajaran karena itu sangat penting bagiku.
Malam hari, setiap pulang dari mengajar aku langsung sibuk dengan pelajaran yang sempat ku tinggal karena kesibukan di Organisasi.
Aku mengerjakan tugas-tugas sekolah hingga larut malam, seperti itu setiap hari sampai Peringatan Hari Kemerdekaan diselenggarakan.
Akhirnya aku bisa bernapas lega dan bisa lebih fokus pada pelajaran setelah Peringatan Hari Kemerdekaan.
Dua bulan kemudian, tepatnya tanggal 26 Oktober sekolah menerima Surat dari Diknas. Sehubungan dengan Peringatan Hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober, Pemerintah Provinsi mengadakan perlombaan Pidato. Pihak sekolah menunjukku sebagai wakil sekolah, dan besok pagi tanggal 27 Oktober 2004 aku harus berangkat ke Kabupaten untuk mengikuti lomba.
Tentu saja aku terkejut, karena pemberitahuannya begitu mendadak. Akan tetapi, pihak Kabupaten beralasan bahwa sebenarnya memang pemberitahuan dari Provinsi yang terlambat. Berhubung tidak ada lagi kandidat lain dari sekolah, selain itu para guru juga menganggap aku yang layak mengikuti perlombaan ini, maka untuk itu aku bersedia diberangkatkan mewakili sekolah.
Sesampainya di rumah, aku memberitahukan kabar ini pada semua anggota keluargaku. Alhamdulillah baik ayah, ibu, atau kakak ku semua mendukung, tapi sama halnya seperti ku, mereka terkejut karena waktunya
sangat mendadak. Aku tidak memiliki persiapan apa pun, tidak tahu materi apa yang akan ku bawakan, dan seperti apa konsep pelaksanaannya. Namun, dengan do’a kedua orang tuaku, guru, dan juga teman, Bismillah, aku melangkah penuh keyakinan.
Malam hari usai mengajar masyarakat Pal Tujuh, aku memberitahukan kepada mereka bahwa besok aku tidak bisa datang, karena aku harus pergi ke Kabupaten mengikuti perlombaan Pidato. Tepat jam sepuluh malam aku sampai di rumah, dengan segera kupersiapkan segala sesuatu nyang diperlukan. Aku pikir hanya satu hari saja di Kabupaten jadi aku hanya membawa satu stel baju ganti.
Begitu banyak kejutan,penuh ketegangan dan air mata,tapi Allah selalu memberikan jalan keluar yang tepat. Saat ilmu pengetahuan, kebahagiaan orang tua,dan dedikasi terhadap agama adalah tujuan utama dalam hidup, maka Allah membuka pintu dari jalan yang berbeda agar aku mengembangkan potensi yang kumiliki dan menunjukkan identitasku tanpa mendompleng nama besar orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG TAK PERNAH PUDAR
Teen FictionNamaku Annisa, aku anak tengah dari tujuh bersaudara. Seorang gadis kutu buku lagi kuper, tapi aku adalah putri kesayangan ayah. Akan tetapi, hal itu tidak membuat ku lantas menjadi gadis manja. Saat waktunya aku masuk SMA ayah harus membayar h...