Hari terus berganti,akhirnya Ayah memutuskan untuk kembali ke Lampung agar bisa berkumpul dengan Adik-adiknya,dan Ibu berkeinginan ingin bisa merawat Kakek,akan tetapi tanpa kami ketahui ternyata Kakek di Lampung juga sudah meninggal.Kak Indra yang selama ini menolak bertemu dengan keluarganya sendiri mendadak datang ke rumah dengan air mata yang berlinangan dia mengaku menyesali semua perbuatannnya.Sebagaimana orang tua pada umumnya yang selalu memaafkan setiap kesalahan anaknya,seperti itu jugalah Ayah dan Ibu yang dengan begitu mudahnya memaafkan kesalahan Kak Indra,segudang cerita yang dibawa olehnya demi meyakinkan Ayah dan Ibu,lalu Ayah berkata padanya “kau adalah anak kami,setiap anak boleh saja berbuat kesalahan sebesar apa pun tapi kami sebagai orang tua akan selalu memaafkan sebesar apa pun itu kesalahanmu,Ayah berharap ini bisa menjadi pelajaran bagi kamu,bahwa sejauh apa pun kamu pergi,ke mana pun kamu melangkh maka tetap saja orang tuamu adalah pelabuhan yang menjadi tujuanmu”Entah kenapa aku merasa bahwa Kak Indra tidak benar-benar menyesali kesalahannya,aku berusaha menjelaskan semua ini pada Ayah dan Ibu,aku yakin feelingku benar,tapi seperti yang dikatakan Ayah sebelumnya mereka hanya melakukan tugasnya sebagai orang tua yaitu memaafkan setiap kesalahan anaknya meski sebesar apa pun kesalahan itu,”Anni Ayah tahu kekhawatiranmu,tapi setiap orang layak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki dirinya begitu juga dengan kakakmu,maka kita beri dia kesempatan,dan jika ternyata dia mengulangi kesalahannya maka Ayah akan mendukung apa pun keputusanmu,kamu anak yang bijaksana nak,meskipun kamu masih begitu muda tapi Ayah yakin kamu akan melakukan yang terbaik untuk keluarga kita”.Aku hanya bisa menuruti apa yang Ayah dan Ibu harapkan,tapi perasaanku masih saja tidak tenang aku sangat yakin ada niat tidak baik di balik kembalinya Kak Indra ke rumah,aku bertekad dalam hatiku jika sampai dia berani macam-macam apa lagi menyangkut Ayah dan Ibu maka dia akan tahu siapa aku,selama ini dia hanya tahu aku yang cengeng dan lemah,tapi dia akan melihat bagaimana seseorang yang lemah ini tidak bisa lagi dia tindas seperti saat kecil dulu.
Ayah yang sebelumnya sudah memutuskan kembali ke Lampung meminta Kak Indra untuk menjaga kami adik-adiknya karena Kak Indra yang paling tua,Ayah dan Ibu hanya membawa Vita,Wina,dan Yudha,sedangkan aku masih tetap tinggal karena tanggung jika aku ikut karena sebentar lagi semester genap dan aku akan naik kelas tiga SMA,aku harus menunggu setahun lagi sampai sekolahku selesai baru menyusul ke Lampung.Malam terakhir kami berkumpul sebelum besok pagi Ayah,Ibu dan adik-adik berangkat ke Lampung,kami berbincang ringan Ayah berencana berdagang jika nanti di Lampung,dan Yudha dan Wina akan kembali bersekolah di sana,mendadak si Vita mengutarakan ncita-citanya setelah sampai di Lampung,dengan polosnya Vita yang selama ini selalu membuat kami selalu tertawa kembali mengatakanhal yang kami anggap itu lelucon”Yuk kamu santai saja di sini selesaikan sekolahmu,akun pasti akan menjaga Ibu dan Ayah kamu jangan khawatir,karena setelah sampai di Lampung saya bercita-cita ingin menjadi pengemis”
Mendengar penuturan Vita yang begitu yakin akan cita-citanya kami tertawa serentak,”Pengemis,kamu serius mau jadi pengemis?”Tanyaku pada Vita heran.”Iya dong Yuk,kenapa kerenkan?”Kata Vita begitu bangganya,”Kamu tahu apa itu pengemis?”Dengan santai dia kembali menjawab “Tentu saja aku tahu,Ayuk ini ketinggalan zaman masak pengemis saja tidak tahu”.
Aku mengernyitkan alisku mendengar penuturan Vita,ku pikir dia memang tahu apa yang dia ucapkan,lalu kami semua akhirnya segera tidur karena pagi hari Ayah dan yang lain harus berangkat ke Lampung.
Pagi hari setelah sarapan kami melepas kepergian Ayah dan yang lain,Ayah berpesan agar aku tetap fokus pada sekolahku dan tidak terlalu mengkhawatirkan mereka.Dua hari kemudian Ayah menghubungiku melalui telepon rumah Haji Arpan mengabarkan bahwa Ayah sudah sampai di Lampung akan tetapi Kakek ternyata telah meninggal dunia sejak dua minggu yang lalu,Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun,kenapa musibah tiada henti menghampiri,lirihku.Bunda Fatimah adik bungsu Ayah sebenarnya telah mengirim surat seminggu setelah Kakek meninggal,tapi sampai saat ini Surat itu belum juga kami terima sehingga kami tidak tahu sama sekali tentang meninggalnya Kakek.Akan tetapi hatiku merasa lega karena Ayah dan yang lain sampai dengan selmat.
Satu bulan berselang aku menghadapi semester genap,Paman Narus orang tua Muji sekaligus mertua Kak Agus menyuruhku tinggal bersamanya saja dari pada aku harus tinggal bersama Kak Agus di kebun yang digarap oleh Kak Agus,karena jaraknya dari sekolah akan semakin jauh,Kak Agus juga menyetujuinya,akhirnya aku tinggal bersama Paman Narus dan istrinya serta dua orang adiknya Muji,setelah pembagian Raport aku mengunjungi Kak agus di kebunnya dan menghabiskan masa libur sekolah di sana,aku bertanya tentang sikap Kak Indra selama ini,menurut Kak Agus dan juga Kak Firman”untuk saat ini dia masih bersikap normal,hanya saja terkadang dia suka mengatakan bahwa selama ini dia sakit hati pada Ayah,karena kebun yang terjual itu adalah hak dia selaku anak paling tua tapi kenapa hasil penjualannya dia sama sekali tidak mendapatkan bagian”.Ucap Kak Firman menerangkan.”Dasar tidak punya otak,berani-beraninya dia masih bicara soal hak setelah dia membuat orang tuanya sengsara,kebun itu dijual karena hutang-hutangnya tapi mulut dia masih berani bicara soal hak,dan kau Kak Firman sekarang kamu tahu seperti apa orang yang sudah kamu percaya dan bela itu,kamu sampai berprasangka buruk pada Ayah dan Ibu,sekarang bagaimana menurutmu,siapa iblisnya di sini”.aku bicara sambil mengepalkan tanganku menahan emosi,rasanya ingin sekali saat itu juga aku memberikan pelajaran pada anak durhaka itu,tapi aku mencoba untuk sabar.
“Kakak kalau dia sampai berani lagi bicara yang bukan-bukan soal Ibu dan Ayah kalian beritahu aku,kau juga Yuk Muji kalau sampai terdengar olehmu anak durhaka itu atau istrinya bicara buruk jangan sembunyikan apa pun dariku,biar dia tahu siapa Annusa ini”.Dua hari sebelum masa libur sekolah berakhir aku kembali lagi ke rumah mertua Kak Agus dengan diantar oleh Kak Firman.Kini aku sudah duduk di kelas tiga SMA,seperti biasa di awal tahunpembelajaran akan diadakan kembali pemilihan ketua kelas baru dan juga kepengurusan OSIS,aku meminta kepada teman-teman untuk tidak memilihku menjadi ketua kelas lagi,aku lelah jika harus terus bertanggung jawab ini dan itu di kelas,aku juga meminta kepada Pembina OSIS utuk tidak lagi dilibatkan dalam kepengurusan anggota OSIS,akantetapi aku bersedia membantu sekiranya dibutuhkan,tapi tetap saja Pak Wahyudi memintaku terjun ke dalam kepengurusan dan menunjukku sebagai sekretaris,aku tidak bisa menolak,aku menerima keputusan tersebut,di kelaspun sama saja,meskipun aku sudah memberitahu teman-teman untuk tidak memilihku tapi tetap saja masih ada yang bersikeras memilihku dan lagi-lagi mau tidak mau aku menjadi bendahara kelas.
Aku menolak terlibat dalam kepengurusan OSIS dan juga kelas bukan tanpa alasan,karena sejak beberapa minggu terakhir perasaanku benar-benar tidak enak,setiap malam aku selalu bermimpi Ibu datang dan mengatakan kepadaku bahwa dia sedang sakit,firasatku berkata ada sesuatau yang buruk yang terjadi,tapi setiap ku telepon Ayah selalu mengatakan segalanya baik-baik saja,aku tidak ingin jika mendadak aku harus menyusul ke Lampung aku meninggalkan tugas-tugasku di kelas dan juga di organisasi,tapi aku tidak bisa mengatakan ini pada semua orang karena mereka akan menganggap semua yang ku rasakan hanya karena aku terlalu merindukan Ibuku dan terlalu mengkhawatirkannya.
Sementara itu di Lampung Ibu benar-benar menghadapi dilema,jika pulang kembali ke mari adik-adik sudah terlanjur bersekolah di sana,dan jika bertahan perpecahan akan terjadi dalam keluarga adik beradik Ayah.Kedatangan Ayah dan Ibu ke Lampung setelah meninggalnya Kakek dan Nenek dianggap negatif oleh adik Ayah,itu yang Ayah dengar dari seseorang yang diajak bicara oleh Bunda Fatimah,Bunda Fatimah mengatakan pada orang tersebut bahwa kedatangan Ayah pasti ingin menguasai rumah peninggalan almarhumah Nenek,karena setelah sekian lama tidak pulang kenapa kini mendadak Ayah muncul setelah Nenek dan Kakek meninggal,Bunda juga mengatakan pada orang tersebut dia memilih menyewa rumah saja dari pada harus serumah dngan ayah,satu minggu setelah Bunda pindah Ayah baru mendengar berita tersebut,itulah yang membuat Ibu dilema dan akhirnya sakitnya sering kambuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN YANG TAK PERNAH PUDAR
JugendliteraturNamaku Annisa, aku anak tengah dari tujuh bersaudara. Seorang gadis kutu buku lagi kuper, tapi aku adalah putri kesayangan ayah. Akan tetapi, hal itu tidak membuat ku lantas menjadi gadis manja. Saat waktunya aku masuk SMA ayah harus membayar h...