Mereka berdua kini berada di restoran hotel dan memesan makanan. Selagi menunggu keduanya berbicang ringan untuk memecahkan keheningan agar tak terasa canggung.
"Aku benar-benar tak menyangka bisa di kalahkan olehmu."
Hans tersenyum dan mengeluarkan rokok dari saku jasnya. Dia menyalakan korek, membakar ujungnya lalu mulai menghisap dengan santai. Hazel terbatuk-batuk terkena asapnya pun protes.
"Hans, apa bisa kau matikan rokoknya? aku tak tahan.."
"Ya ampun, hazel. Banyak sekali permintaanmu!"
Hans mematikan rokok sambil bergumam, "baru kali ini aku di tolak seorang wanita dan manusianya aneh lagi."
"Apa kau bilang? aku aneh."
"Tidak, mungkin kau salah dengar.."
"Dengar ya mr. gruber! tidak semua wanita mau bertekuk lutut padamu. Mereka bukan barang yang bisa kau dapatkan kapan saja, lalu dibuang seenaknya. Lagipula, apa kau tidak pernah merasa bersalah? maksud ku.. mempermainkan perasaan wanita yang selama ini kau kencani."
Hazel berceramah panjang lebar.
"Salah mereka sendiri, Percaya saja dengan rayuanku." Hans menjawab santai tanpa ada beban.
Hazel menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Apa kau tak pernah merasakan jatuh cinta? sampai melampiaskan rasa tak sukamu pada wanita lain.."
Hans terkejut dengan pertanyaan hazel. Dia hanya diam dan menatap tanpa bicara apapun.
Mereka saling berpandangan cukup lama. Sampai pelayan datang dan menyajikan makanan di meja, membuyarkan lamunan keduanya.
Di sela-sela makan, hazel memberanikan diri untuk bertanya pertanyaan yang belum hans jawab tadi.
"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"
Hans melepas sendok yang di genggamnya dan mulai bicara dengan nada kesal.
"Apakah sangat penting sampai aku harus menjawabnya?"
"Tentu saja, tapi jika keberatan.. lebih baik tak usah."
Hans menghela nafas kasar.
"Aku tidak pernah jatuh cinta dan itu tak akan terjadi dalam hidupku."
Hazel mengernyitkan dahi.
"Kenapa begitu?"
"Cinta itu hanya bisa membuat orang menderita, sedih dan merana. Tak ada tempat untuk cinta dalam kamus seorang 'Hans franklin edelmar gruber' ingat itu baik-baik."
"Jangan sombong. Cinta itu datang tanpa di undang pada siapa saja tanpa peduli dengan status sosial. Kalau kau sudah menemukan cinta sejatimu, kau baru akan merasakan betapa indahnya hal itu tiba."
Hans mendengarkan hazel bicara dengan tatapan intens. Selama hazel mengoceh, hans tidak berkedip sedikit pun melihatnya, entah kenapa dia merasa nyaman bila berdekatan dengannya. Rasa yang jarang dan hampir tak pernah ia alami bersama para wanita yang selama ini di kencani.
"Kau bilang bahwa cinta hanya membuat orang menderita, tapi dengan mudahnya mematahkan hati banyak gadis di luar sana. Dasar pria egois!"
"Ck, sudahlah hazel. Jangan membahas tentang cinta. Ganti topik saja."
Hans mencoba mengalihkan pembicaraan supaya hazel tidak bicara tentang cinta terus-menerus. Hazel mengerucutkan bibirnya.
"Oh iya, besok aku ada waktu kosong.. lebih tepatnya tak sibuk. Maukah kau ikut menemaniku bertemu dengan nenek?"
Hazel yang sedang minum langsung tersedak."Pftt! apa kau bilang? bertemu nenekmu?"
Hazel tertawa kencang seraya memegang perutnya.
"Kenapa tertawa? memangnya ada yang lucu?"
"Hm, bertemu nenek.. nenek muda maksudmu kan?"
"Jangan mengejekku, ini serius! tinggal jawab ya atau tidak."
"Dasar pemarah.., iya-iya aku ikut. Agar aku tak penasaran juga dan ingin tahu siapa nenek mudahmu itu."
Hazel kembali tertawa. Hans berdecak sebal.
- - - - -
Keesokan hari, jam 8 pagi. Hans menunggu di lobi hotel sambil memainkan game di ponselnya. 5 menit berlalu hazel pun datang menghampiri, mereka berangkat menggunakan mobil yang di sewa oleh hans. Rumah nenek hans berada di daerah giethoorn (desa terapung belanda) perahu menjadi kendaraan utama di desa yang di juluki sebagai "the little venice" jaraknya sekitar 1 jam 30 menit dari amsterdam, ibu kota belanda.
Begitu sampai di rumah nenek hans yang bersebelahan dengan danau, hazel langsung terpukau dengan sebuah rumah yang begitu indah. Dipenuhi dengan tampan bunga warna-warni dan hazel mulai menggoda hans lagi.
"Jadi, nenek mudamu ini pecinta bunga mr. Gruber?" ledeknya di barengi tawa.
Hans melirik sekilas dan mengacuhkan ejekan hazel sembari melihat pepohonan di sekeliling rumah yang ada.
Mendengar tak ada jawaban dari manusia es berjalan satu ini, hazel langsung memukul lengan hans.
"Ck, aku berbicara denganmu! kenapa di acuhkan eh?"
"Memangnya kau tadi bicara?"
"Tidak, aku bernyanyi dan menangis."
"Oh." Hans berjalan mendahului hazel dengan wajah jutek.
"Ih, dasar menyebalkan!!!" hazel berteriak geram sembari mengepalkan tangannya dan meninju-ninju udara.
Begitu sampai di depan pintu rumah, hans melihat neneknya dan menyapanya.
"Hello, my sweety."
Hans berlari dan menghambur memeluk neneknya. Hazel yang melihat nenek hans, terkejut. Dia mengerutkan keningnya.
"Nenek?"
NO VOTE + KOMEN = TIDUR DIBARENGIN POCONG :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ℳ o n s i e u r . [SLOW UPDATE]
RomancePetinggi mafia terkenal dan pemilik perusahaan ternama dikalangan masyarakat bukanlah hal baru untuk seorang bernama Hans Gruber. Hidup lebih dari berkecukupan, menjadi incaran kaum hawa diluar sana adalah makanan sehari-harinya. Bagaimana tidak? Pi...