Mendekati AREA +18! jadi lah manusia bijak, saya tidak ingin kalian tertawa seperti orang gila saat membaca dan cari tempat sepi.
*****
Hazel bertepuk tangan sambil tersenyum mengejek.
"Wah, lihatlah.. apakah buaya darat kita sudah insaf?" Hans yang mendengar perkataan hazel menjadi geram.
"Menurutmu, kenapa aku melakukan itu? itu semua karena mu!"
"Aku?" Hazel heran. Bagaimana bisa hans putus hubungan dengan patricia itu di sebabkan oleh dirinya.
Hans berjalan mendekati hazel. Mereka berdua saling berhadapan.
"Kau berhutang penjelasan padaku."
"Penjelasan apalagi?"
"Jangan berpura-pura tidak tahu hazel! kenapa kau mengikutiku?! katakan." Hans meninggikan suara dan menatap hazel dengan mata tajam elangnya. Hazel kembali gugup dan ketakutan.
"A-aku.. aku mengikutimu karena tidak ada teman untuk di ajak berbelanja. Toh, aku disini juga liburan dan masalah mengikuti mu atau tidak itu bukan urusan mu."
Hazel berbohong. Hans menyipitkan matanya dan menatap lebih dalam, mencoba mencari kebenaran di sana. Hazel semakin grogi dibuatnya.
"Kau berbohong."
"Bohong? apa maksudmu aku berbohong. Aku mengatakan yang sebenarnya!"
Hazel mengalihkan pandangan untuk menghidari tatapan mata hans.
Hans memegang kedua bahu hazel.
"Lihat aku."
Hazel kembali memandangi mata tajam itu yang sekaligus menghanyutkan.
"Katakan dengan jujur. Kau mencintaiku, bukan?"
Jantung hazel serasa berhenti berdetak. Apa benar yang di katakan hans jika ia mencintainya.
"A..ku aku.. ak-"
Ucapan hazel terbata-bata. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya.
"Katakan, kau mencintaiku kan?"
"Tidak, aku tak cinta padamu."
"Jika tidak, kenapa kau mengikutiku? alasanmu benar-benar tak masuk akal."
Hazel terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Baiklah, jika masih diam seperti ini. Akan ku buktikan kalau kau memang mencintaiku."
Hans mendekatkan wajahnya dan memiringkan kepala. Dalam sekejab, dia mencium bibir hazel. Tangan kirinya memeluk pinggang, sedangkan yang kanan memegang kepala hazel agar tak memberontak.
Hazel yang mendapat serangan mendadak, terkejut dan membelalakkan matanya. Dia mencoba lepas dari hans tapi pria itu mempererat pelukannya.
Karena tak bisa melawan, runtuh juga pertahanannya. Otak menolak keras, tapi hatinya menikmati setiap sentuhan bibir hans.
Hans melumat bibir hazel dengan lembut dan menuntut. Kakinya lemas, dia melingkarkan tangannya di leher hans. Kedua tangan kekar itu beralih memeluk pinggang hazel agar keduanya semakin dekat.
Untuk sesaat mereka terbuai dalam ciuman hangat di tengah udara dingin di kota amsterdam. Seketika kesadaran hazel mulai muncul kembali, ia melepaskan pagutan dan menggigit bibir bawah hans dengan keras.
"Aw.."
Hans mengaduh kesakitan dan memundurkan sedikit badan. Hazel mendorongnya, dia melihat wanita di depannya terengah-engah di barengi raut wajah kesal.
"Kau jahat, hans. Kenapa kau lakukan ini padaku? ini tidak benar!"
Hazel menangis, dia berlari masuk ke hotel. Hans sontak mengejarnya.
"Hey! tunggu."
Hazel terus berlari sambil menangis. Dia tak memperdulikan panggilan hans, setelah sampai di lift ia cepat-cepat memencet tombol. Lift pun terbuka. Hans tetap mengejar, sayangnya pintu sudah tertutup.
Hans berlari kencang menuju tangga darurat. Dia tidak perduli pada orang-orang yang melihatnya dengan tatapan heran. Tangga demi tangga di lalui seperti atlit yang berlomba lari marathon.
Begitu sampai di lantai empat hazel tinggal, ia melihat gadis itu sampai di kamarnya.
Saat akan menutup pintu, kaki hans menahannya. Hazel mendorong kuat, tapi nihil kekuatannya tak sebanding dengan pria itu.
"Hazel, tolong dengarkan aku."
"Tidak! aku tak mau mendengarkan apapun lagi dan bertemu denganmu. Pergi!" hazel berteriak dengan air mata yang bercucuran.
Hazel tidak kuat menahan pintu saat hans mendorong secara paksa.
Ia sontak mundur ke belakang. Hans mendekati hazel yang membuatnya ketakutan.
Otak lagi bisa di ajak kerja sama, jadi ya sudah sebagai bonus update 3 bab. Enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
ℳ o n s i e u r . [SLOW UPDATE]
RomancePetinggi mafia terkenal dan pemilik perusahaan ternama dikalangan masyarakat bukanlah hal baru untuk seorang bernama Hans Gruber. Hidup lebih dari berkecukupan, menjadi incaran kaum hawa diluar sana adalah makanan sehari-harinya. Bagaimana tidak? Pi...