BAGIAN (13)

176 34 6
                                    

Hazel menoleh ke sumber suara panggilan. Orang itu adalah saverio, tunangannya. Laki-laki tampan, kulit sawo matang dan tubuhnya yang tinggi. Dia berjalan menghampiri hazel lalu memeluk erat.

Secara tak langsung mendapat perlakuan seperti itu, hazel kaget dan tak membalas pelukan pria di hadapannya. Hans yang melihat adegan tersebut dari kejauhan, hatinya bagaikan teriris dan ingin cepat-cepat menjauhkan saver dari hazel.

Saking terlalu sibuk memandangi, tanpa ia sadari ada seorang wanita yang memanggilnya seraya memeluk dengan mesra.

"Hans, i miss you." Ucap si wanita.

Hans langsung melepaskan pelukannya dan tersenyum datar.

"Ada apa, hans? Apa kau tak merindukanku?"

"Terserah, Afsheen. Aku lelah dan ingin pulang, karena perjalanan ini menguras banyak energiku." Jawab hans dingin matanya tetap tertuju pada hazel.

Hazel melepaskan pelukan dan tersenyum simpul padanya.

"Aku merindukanmu, padahal kau hanya seminggu di sana." Ucap saver semangat.

Hazel membalas dengan senyuman di sertai anggukan. Saver membawakan koper miliknya dan tangan satu lagi menggandeng hazel. Mereka berjalan menuju pintu keluar.

Sedangkan tangan hans di gandeng mesra oleh afsheen. Seakan menunjukkan kalau hans adalah miliknya.

Hans dan hazel berpapasan di pintu keluar. Mereka saling memandang untuk terakhir kali sebelum bertemu 6 bulan ke depan. Ada perasaan yang menyesakkan dada ketika mereka harus berpisah dan akan saling merindukan satu sama lain.

*****

Naraya dan marissa sudah siap menyambut kedatangan hans dengan gembira. Ia turun dari mobil bersama afsheen yang masih saja bergelayut manja.

Hans yang di buat risih sontak menghempas kasar gandengan tangan afsheen dan memberi salam pada ibunya.

"Selamat datang kembali, anakku."

Naraya mencium kening hans lalu memeluknya.

Setelah kepada naraya, hans menghampiri marissa dan memberikan pelukan hangat seorang kakak yang lama tak berjumpa dengan si adik.

"Kau sudah melakukan tugas yang telah kusuruh kan?"

"Tentu saja kak, aku menjaga mama dengan baik." sambungnya cengengesan.

"Anak pintar." Hans tersenyum dan mengacak gemas rambut marissa.

"Sudah, ayo masuk. Kakakmu baru saja tiba. Pasti kelelahan.."

Naraya juga mengajak afsheen untuk masuk. Sebenarnya marissa tidak suka dengan kehadirannya. Dia berharap semoga kakaknya tak jadi menikah dengan genit itu.

Hans meminta izin untuk mandi dan membersihkan dirinya, sedangkan afsheen menunggu di ruang tamu.

Setelah mandi, dia keluar dari kamar dan menuruni anak tangga menuju ruang tamu tempat mereka semua berkumpul.

"Sebaiknya kita makan siang dulu karena makanan sudah di hidangkan, bagaimana?" saran naraya.

Mereka bertiga mengangguk setuju dan beralih pergi ke meja makan dan menyantap makanan yang tersedia dengan tenang. Afsheen duduk di sebelah hans, ia tak ingin jauh-jauh dari pria itu meskipun ada naraya di hadapannya.

Selama makan, mereka berbicara tentang beberapa hal.

"Bagaimana kabar nenek?" tanya naraya.

"Baik, ma. Nenek sehat dan mengirim salam untuk kalian."

ℳ o n s i e u r . [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang