BAGIAN (16)

125 19 10
                                    

Naraya mendengar suara lembut wanita yang memanggilnya tadi.

"Eh, iya? aku tidak apa-apa."

Wanita itu merasa lega karena naraya baik-baik saja. Dia mengambil troli dan menyerahkan kembali.

"Syukurlah. Ini trolinya, bu."

"Terima kasih, nak. Sudah menyelamatkanku."

Marissa datang sambil berlari dengan nafas tersengal. "Mam, gaat het?"

"Ja, mama is in orde.. untung ada dia yang
menolong mama." Naraya sembari menunjuk si wanita.

Terima kasih sudah menolong ibu ku," ucap marissa.

"Sama-sama. Maaf saya harus pergi, permisi." Ia berbalik dan meninggalkan anak dan ibu itu.

Naraya masih menatapnya dari kejauhan hingga wanita tersebut tak nampak batang hidungnya. Ada perasaan yang sulit untuk dijelaskan, yang pasti dia ingin melihat wanita itu lagi untuk kesekian kalinya.

"Ya ampun.. aku lupa untuk menanyakan namanya, dasar pelupa!" naraya menepuk jidat.

*****

3 bulan terlewati, besok tanggal 14 februari. Dimana hans dan hazel berjanji untuk saling bertemu di London Eye.

Pria itu sudah mempersiapkan segalanya untuk besok. Rumahnya dihias untuk menyambut kedatangan hazel. Ini semua adalah ide naraya. Menurut hans terlalu berlebihan,tapi ia bersikeras untuk menyiapkan semuanya demi menyambut calon menantunya. Bahkan memasak
sendiri masakan untuk hazel dibantu oleh
marissa. Hans hanya pasrah melihat tingkah
ibunya yang sangat bahagia menyambut hazel.

"Seperti akan menikah saja," gumam hans
seraya tersenyum.

Sedangkan hazel juga sudah mempersiapkan lahir dan batinnya untuk bertemu hans. Akhirnya penantian selama 6 bulan akan terbayarkan. Saverio juga ikut berpartisipasi dalam persiapan hazel untuk bertemu hans ditambah lagi dia yang menghias mobil. Perempuan itu terharu dengan segala perhatiannya. Hazel beruntung mempunyai sahabat seperti saver. Setiap hari selalu berdoa agar pria itu mendapatkan gadis yang baik dan mencintainya lebih dari apapun.

- - - - -

Malam hari sebelum acara pertemuan.
Ketika semua orang akan terlelap, tiba-tiba
ada suara jeritan. Hazel sigap bangun dan
mencari asal sumber suara. Begitupun
dengan linn.

"Tolong.. tolong..." suara itu semakin jelas.

Hazel dan linn keluar dari rumah dan betapa terkejutnya melihat kamar yang dihuni oleh anak-anak panti dilalap api. Rumah hazel yang tepat bersebelahan kejadian itu dengan jelas dia bisa mendengar semua teriakan minta pertolongan.

Anak-anak diruangan itu berlarian tanpa arah.
Hazel panik. Ia berlari ke tempat itu dan
mencoba memadamkan api dengan air yang semakin lama kian membara.

Para tetangga tanpa disuruh ikut serta menjinakkan elemen merah panas itu. Namun, api membesar dan tidak bisa dikendalikan. Anak-anak panti menangis histeris.

"Pak amil, apa kau sudah menelepon
pemadam kebakaran?"

"Ya, saver juga telah ku hubungi nyonya."

Tak lama saverio datang dengan masih
memakai kaos oblong dan celana jeans
pendek. Saking terburu-buru, pria itu sampai
tidak memperdulikan penampilannya.

"Apa pemadam kebakaran sudah
dihubungi?" saverio menepuk pundak hazel
yang masih panik.

"Sudah, tapi sampai sekarang belum juga
datang." Hazel setengah berteriak karena
suara anak-anak yang histeris membuat
suasana gaduh.

ℳ o n s i e u r . [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang