BAGIAN (9)

150 32 6
                                    

Mereka bertiga jalan bersama. Hans dan patricia duduk di depan sedangkan hazel di belakang. Hazel makin kesal karena seperti obat nyamuk, tak di anggap sama sekali.

Tak berapa lama mereka tiba di tempat wisata kota amsterdam yaitu taman bunga keukenhof. Ia pamit ke hans untuk jalan-jalan sendiri.

"Hans, aku akan berbelanja sendiri. Mungkin sampai sore, jadi nanti pulang sendiri."

Hans menghampiri hazel dan memegang pundaknya.

"Kau jangan pulang sendiri, kita pulang bersama-sama. Tak ada bantahan."

Hans memegang kepala hazel dan mencium keningnya.

"Ini untuk rasa terima kasihku padamu."

Hans tak luput mencium kedua pipi hazel.

"Dan ini untuk pertemanan kita."

Setelah itu, hans meninggalkan hazel yang terdiam seribu bahasa dan menggandeng tangan patricia.

Hazel menyentuh keningnya sendiri sekaligus merasakan jantung berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ada apa dengan ku? kenapa aku seperti ini..?"

Tanpa terasa hazel melangkahkan kakinya mengikuti hans. Di urungkannya untuk belanja. Entah mengapa ia lebih memilih mengikuti pria itu.

Hans dan patricia berjalan-jalan menyusuri setiap area taman, di kelilingi oleh beragam bunga tulip di sisi kanan dan kiri yang indah nan cantik.

Hazel masih mengikuti dengan berjalan di belakang mereka dengan jarak sedikit jauh. Hans dan patricia tersenyum bahagia. Tangannya bergelayut manja di lengan pria berbadan kekar itu.

Cukup letih menyusuri taman yang lumayan besar, mereka berdua duduk di kursi panjang. Keduanya berbicara begitu mesra, hans mulai mendekati patricia dan mencoba untuk menciumnya.

Di seberang mereka, tepatnya di tengah jalan. Hazel berdiri melihat kedua insan yang sedang bercumbu mesra. Tak lain tak bukan adalah hans dan patricia. Dari kejauhan sebuah mobil melaju dengan kencangnya. Si supir membunyikan klakson untuk memperingatkan hazel untuk minggir tapi ia tetap tak sadar.

Hazel masih sibuk dengan khayalannya tentang hans. Dia sama sekali tidak mendengar suara klakson. Hans yang mendengar suara bising yang begitu keras langsung menghentikan aksinya untuk mencium patricia. Dia melihat hazel berdiri diam di tengah jalan menatap ke arahnya.

Hans bangkit dan berlari menghampiri hazel di barengi teriakan.

"HAZEL, AWAS!"

Suara klakson semakin terdengar jelas membuyarkan lamunan hazel. Dia panik karena mobil itu sudah sangat dekat dengan dirinya. Kakinya terasa lemas dan ia memejamkan mata. Dengan sigap hans menarik tubuh hazel menuju ke tepi jalan.

Hazel masih menutup kedua matanya karena takut. Tubuhnya bergetar, hans memegang bahu hazel dan mengguncangkannya. Hazel membuka mata lalu melihat hans ada di hadapannya dengan sorot mata tajam penuh amarah.

"Apa yang kau lakukan, hazel! apa kau tak mendengar suara klakson, huh?! kau bisa mati tertabrak bila aku tak langsung menolongmu." Bentaknya pada hazel.

Hazel masih shock dan panik. Dia tidak mampu berkata, bibirnya bergetar.

"Hazel, kau mendengarku?!" hans kembali membentak.

"I...i-iya hans. Aku mendengarkan mu."

"Kau kenapa? bukannya kau bilang akan berbelanja. Kenapa masih disini?"

"A-aku mengikutimu."

"Untuk apa kau mengikuti ku? katakan."

Hazel semakin gugup. Dia tidak tahu harus menjawab apa, belum pernah ia melihat hans marah seperti ini. Matanya berkaca-kaca.

"Hans, tolong antarkan aku ke hotel. Aku merasa tak enak badan. Please.."

"Baiklah. Ku antar kau pulang ke hotel sekarang, ayo."

Hans membawa hazel ke mobil diiringi dengan patricia yang masih kebingungan.

Di dalam mobil, mereka bertiga diam. Hazel menundukkan wajahnya, tak berani menatap hans. Sedangkan hans sesekali melirik dari kaca depan. Dia masih marah dengan tindakan hazel yang teledor.

Begitu sampai di hotel, hazel langsung keluar dari mobil tanpa menoleh. Hans semakin di buat bingung dengan sikapnya. Hans akhirnya mengantar patricia ke kamarnya.

Hazel berlari menuju kamarnya. Dia menutup dan mengunci pintu lalu menghempaskan badannya di ranjang. Hazel kembali memikirkan kejadian itu.

"Kenapa aku bisa seceroboh itu, ada apa dengan ku?"

Hazel berusaha untuk memejamkan matanya.

- - - - -

Hans sedang berdiri di samping kolam renang belakang hotel. Sampai malam ini, hazel belum menampakkan dirinya. Hans masih ingin mendengar penjelasan darinya. Dia berfikir keras tentang kejadian tadi.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya, hans terkejut dan menoleh.

"Kau."

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya patricia.

Hans kembali menatap lurus ke depan.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Katakan."

"Aku ingin mengakhiri hubungan kita. Aku mau kita putus, patricia."

"Apa maksudmu?! kita baru saja jadian." Sambungnya menahan rasa sakit.

"Jika kau ingin tahu kejujuran, aku tak mencintaimu sama sekali. Jadi, lebih baik kita putus."

"Apa? tujuannya berarti hanya mempermainkanku saja. Dasar laki-laki biadab."

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi hans. Patricia berlari sambil menangis meninggalkan hans. Sedangkan hans memegang pipinya yang sakit.

"Damn it! ada apa dengan ku? aku tak pernah seperti ini sebelumnya, pasti semua gara-gara hazel."

Hans menggerutu seraya mengusap pipinya yang memerah.

Tanpa hans sadari, ada seseorang yang mengintipnya daritadi. Orang itu bertepuk tangan.

Hans menengok ke sumber suara dan terkejut melihat orang tersebut.

"Kau?"

ℳ o n s i e u r . [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang