OIAM : Delapan

600 146 5
                                    

“Y/n! Kok sapunya tinggal satu? Mana yang satunya? Katanya lo yang minjemin siapa tuh, kakak kelas sebelas ya?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Y/n! Kok sapunya tinggal satu? Mana yang satunya? Katanya lo yang minjemin siapa tuh, kakak kelas sebelas ya?”

Kamu tersentak akan teriakan salah satu teman sekelasmu. Kamu jadi teringat. Sejak jum'at lalu, San belum juga mengembalikan sapu kelasmu. Ah, terpaksa kamu juga yang harus bertanggung jawab untuk memintanya.

“Ya udah, sekarang gue ambil.”

Teman perempuanmu itu tersenyum senang, memberikan jempolnya tanda puas. Kamu cuma bisa menghela napas dan berlalu. Naik ke lantai 3, tempat di mana kelas San berada.

Meskipun kamu nggak yakin San itu kelas mana dari 1-3, tapi kalau diingat lagi, waktu kejadian itu cuma kakak kelas 11 ipa 1 yang keluar. Dan kemungkinan, memang San ada di kelas itu. Kelas yang saat ini pintunya tertutup dengan suasana sepi.

Duh, ini udah ada orangnya nggak ya? Batinmu.

Dengan ragu kamu mendekat, mengangkat tangan kananmu untuk mengetuk pintu kayu di depanmu. Hening. Nggak ada sahutan terdengar. Kamu melirik ke arah rak sepatu, dan benar aja. Nggak ada satupun sepatu yang tersimpan di sana.

“Hahh...” kamu mengehala napas. Agaknya sedikit lega. Maka sepertinya kamu hanya perlu masuk ke dalam, lagi pula pasti nggak di kun—

Krieettt...

—ci?

Ah, pasti kebetulan!

Kayaknya tadi kesenggol tanganmu deh. Haha, iya! Iya bener nggak mungkin. Karena posisi tanganmu aja cukup jauh dari area pintu, bahkan kamu nggak menyentuh kenopnya sama sekali! Gimana bisa—!

“Oh? Cari siapa?”

Kamu segera berbalik, menghadap pada asal suara dan memberikan jarak. Matamu melotot terkejut, dan orang itu tertawa pelan akan reaksimu.

“Haha, aduh aduh maaf.. kaget ya? Sori sori,” ungkapnya.

Lelaki dengan surai hitamnya dan suara tawa khasnya itu membuatmu mengembuskan napas lega. Menggeleng pelan dan bertanya, “Kak Wooyoung, mau ambil sapu yang dipinjam kak San dong,” ungkapmu.

Wooyoung terlihat menimang dan menggumam sebelum mengangguk setuju. “Gue ambilin bentar ya? Emang San tuh, suka lupa kalau udah BuCin.”

Kamu tertawa, menunggu di depan kelas sementara Wooyoung masuk untuk mencari di mana letak sapunya berada. “Emang kak San lagi BuCin ke apa Kak? Haha,” sahutmu. Biar nggak canggung aja sih, sekalian nambah akrab boleh juga. Soalnya dari yang kamu amati, Wooyoung itu termasuk orang yang gampang diajak komunikasi. Seru juga kelihatannya.

“Ada deh, nanti kalau gue kasih tahu, lonya yang kaget. Haha. Oh! Ini nih, tuh kan, emang BuCin banget sampai di taruh di bawah mejanya. Gila.”

Wooyoung kembali ke arahmu membawa sapu milik kelasmu dan tersenyum menyodorkan barang itu padamu. “Makasih Kak,” jawabmu. Wooyoung mengangguk.

Hendak kembali ke kelasmu, namun satu hal yang sempat mengganggu pikiranmu di awal tadi muncul. Maka, kamu bertanya. “Kak, di kelas ini tuh, ada penunggunya ya? Kok tadi aku belum sentuh kenopnya, pintunya udah kebuka aja? Aneh nggak sih?” heranmu.

Tapi Wooyoung cuma tertawa pelan, terlihat menertawakanmu dengan pertanyaan yang konyol barusan. “Yaelah Dek, emang kenopnya yang rusak itu mah! Nggak usah takut, pantes tadi kaget lonya haha!”

Kamu mendecak, kurang suka akan tawa sang kakak kelasmu itu yang mengejek. “Dih! Orang akunya nggak tahu, songong banget sih!”

“Loh? Tengil juga lonya ya,” Wooyoung nampak terkesan dengan pembelaanmu. Kelihatannya.. kalian akan cepat jadi dekat dari yang seharusnya.

“y/n?”

Kamu menoleh, dan San ada di sana. Dengan tas ranselnya yang tersampir di salah satu pundak, dia melihatmu dan Wooyoung secara bergantian. Ekspresi wajahnya nggak bisa ditebak. Tapi kamu segera menyapanya.

“Halo, Kak San!”

San hanya tersenyum simpul, mengangguk singkat dan matanya terfokus pada satu objek. Sapu kelasmu. Seketika dia teringat, harusnya sapu itu udah dia kembalikan dari awal lalu. Tapi gara-gara sibuk memikirkan bagaimana caranya ia yang harus meletakkan surat-surat rahasianya padamu, ia jadi lupa.

Maka ia kembali menatapmu dengan senyumnya. “Maaf ya, aku lupa kembaliin.”

Kamu terkekeh pelan, “Ah, ngga masalah Kak. Kalau gitu, aku balik deh. Keburu diomelin anak kelas, hehe. Dah Kak Wooyoung, kak San!”

Anggukan telah kamu dapat dan San menghela napasnya begitu kamu melewati tubuhnya dan turun tangga ke lantai dua. Nggak ada basa-basi seperti biasanya, San melewati tubuh sahabatnya yang cuma bisa terheran sebab tingkah San yang aneh.

Tapi ketika dia telah paham situasinya, Wooyoung mendecak. Helaan napas beserta usakan kasar di rambutnya mengawali harinya saat itu untuk berusaha membuat San percaya bahwa dia nggak akan suka padamu, adik kelas incaran sahabatnya sendiri, Choi San.

Ah, dasar emang BuCin! Batinnya.

Ah, dasar emang BuCin! Batinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Monday, 17 may 2021

(+) hei! udah lama ya? haha! hope u like it! thank you yang udah nungguin, muah ♥

helooow atiny and all!
thank you for your support comment and vote, i hope you like it and will be able to stay until the end!
🖤

Publish : wednesday, 19 may 2021

One In A Million • Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang