OIAM : Tujuh belas

273 74 1
                                    

Kamu terpaku di depan teras rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamu terpaku di depan teras rumah. Selepas ibu dan adikmu pergi, kamu juga menyusul. Hendak memesan ojek dengan aplikasi yang ada di ponsel, namun senyum San membuatmu terhenti.

“Loh, Kak? Kenapa di sana? Nggak berangkat?”

Masih dengan senyumnya, San menjawab. “Jemput kamu. Mulai sekarang aku mau antar jemput kamu aja setiap hari biar aku nggak sendirian kalau di jalan. Gapapa?”

Kamu bukan tipe yang sering menolak hal baik. Tapi kamu serius khawatir kalau San terlalu baik begini. Padahal kalian juga baru kenal. Nggak sengaja pula. Apa San masih merasa bersalah akan insiden tempo dulu?

“Kak, aku beneran nggak masalah kok. Lagian Kak San juga nggak sengaja injek kaki aku, jadi nggak perlu sampai antar jemput segala,” jelasmu penuh hati-hati. Ada raut khawatir di wajahmu. Kamu nggak tega kalau ada seseorang yang terlalu merasa bersalah ke kamu cuma karena hal sepele. Kamu bukan anak yang penuntut dan balas dendam kok. Jadi San nggak perlu sampai menyusahkan diri untuk mendapat maafmu.

“Loh? Siapa bilang ini gara-gara kecelakaan itu? Ini keinginan aku sendiri kok, y/n. nggak dapat paksaan dari apapun atau siapapun! Serius deh! Lagian, kita searah. Sekampung. Bukannya lebih hemat kalau bareng aku aja?”

“Tapi, Kak...”

“Aku nggak mau telat, loh. Kamu mau coreng prestasi tanpa terlambat Choi San, ya? Ayo berangkat, keburu macet terus bel! Nih, pasang helm!”

Ya, jika begini kamu mana bisa menolak. Sepertinya... nggak masalah kalau kamu juga kasih iuran untuk San beli bahan bakar sepedanya. Balas budi itu perlu.

“Kalau gitu, aku bakal bayarin bensin Kakak setiap minggu. Gimana?”

San rupanya cukup tahu, kalau kamu adalah tipe orang yang suka timbal balik. Gapapa, San menghargai prinsipmu. Lantas ia mengangguk. “Sepuluh ribu setiap minggu. Itu udah cukup, kok.”

Maka resmi. Mulai hari ini, kamu dan San akan berangkat bersama setiap hari. Dengan San yang menerima upah setiap minggunya darimu. Simbiosis mutualisme yang bagus. San suka. Iya, suka karena secara nggak langsung bisa lebih dekat ke kamu.

◑▂◐

San pulang dengan senyuman cerah di wajahnya. Oh, tentu jangan tanya kenapa dia begitu. Udah beberapa hari berlalu. Meskipun ia nggak lagi menulis surat untuk dikirim, ia tetap bisa bahagia. Beberapa hari ini rutinitas baru telah ditambahkan. Selain mengaggumi senyum dan tingkah menggemaskan si pujaan, memastikan adik kelas kesayangannya itu aman dari ketika berangkat ke sekolah hingga pulang adalah sebuah keharusan. Kewajiban Choi San selain belajar sekarang bertambah.

Jujur, ia menyukai itu. Kegiatan dan perasaan baru yang ia rasakan. Menyenangkan.

Sang ibu bahkan sampai heran. Kenapa anak lelaki satu-satunya itu akhir-akhir ini jadi semakin gila? Tapi senangnya adalah, San nggak lagi susah untuk dimintai tolong pergi belanja perlengkapan dapur yang hampir habis. San akan dengan senang hati dan wajah riang gembira mengangguk untuk segera berangkat ke warung bu Timi.

Bahkan ia pernah lupa membawa uang dan juga menghapalkan apa aja yang akan ibunya beli.

Sangat berubah drastis. Ibu San heran, sungguh.

Tapi, kalian tentu bisa menebak apa alasannya.

Lantas sang ibu yang tengah memasak di dapur untuk makan malam bertanya, “Kamu perlu mama periksain ke dokter nggak?” ketika sang anak tengah mengambil air minum dingin di lemari es.

San menoleh bingung. “Emang aku sakit apa?”

“Sakit jiwa.”

Untuk pertama kalinya, dalam beberapa hari ini, San akhirnya berhenti memamerkan senyumnya dan menatap sang ibu datar.

“Jangan sampai aku suruh bu Timi gulung tikar ya, Ma.”

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thursday, 30 december 2021

(+) humornya nyampe ngga? xixi

helooow atiny and all!
thank you for your support comment and vote, i hope you like it and will be able to stay until the end!
🖤

Publish : sunday, 2 january 2022

One In A Million • Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang