OIAM : Lima belas

300 84 1
                                    

“Hei, y/n!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hei, y/n!”

San memanggil. Meskipun jadwal pulangnya lebih dulu, dia akan dengan senang hati menunggu sampai kamu pulang. Ada gazebo di pinggir lapangan, lengkap dengan colokan, dan juga sambungan internet—yang sayangnya sih, nggak terlalu bagus koneksinya. Tapi itu udah cukup buat dia habiskan waktu sembari menunggu kamu yang baru aja datang dengan tas ransel di punggung.

“Loh, Kak San? Kenapa nggak pulang?”

Bukan kamu yang menghampiri, San yang beranjak dari duduknya dan tersenyum lebar. Nampak sedikit malu-malu juga. Grogi dia.

“Aku udah bawa dua helm. Mau bareng?”

Raut penuh kajut itu nggak San prediksi. Tapi itu cukup lucu untuk dia lihat. “Simpen uang ngojek kamu dan bareng aku aja. Kita kan sekampung, hehe, nggak perlu khawatir!” San berusaha menegaskan, siapa tahu kamu merasa nggak enak dan berakhir menolak ajakannya.

Tapi untungnya, kamu mengangguk. “Ya udah, kalau Kakak maksa, hehe.”

San tertawa. Ah, beruntung kamu tipe yang suka bercanda juga. Membayangkan kalian bercanda bersama dan saling membagi cerita aja udah buat San berbunga. Gimana kalau, ah udahlah, jangan kepikiran jauh dulu!

“Oke, deh! Tapi tunggu bentar ya? Aku mau ambil sesuatu dulu, kamu duduk di gazebo aja.”

Kamu kembali mengangguk. Bergerak ke arah gazebo dan mulai menyamankan diri sementara San memperhatikan sebelum segera berlari ke arah kelasnya. Atau lebih tepatnya, kelasmu. Memeriksa apakah ada sebuah surat yang masih tersimpan di sana. Kalau iya... gimana ya?

“Oh?” San di dalam kelas yang telah sepi itu terdiam beku. Meraba sesuatu yang jarinya dapatkan dan mengeluarkan tangannya dari dalam kolong. Raut sendunya terlihat. ”Jadi nggak suka ya?” lirihnya, menatap sedih surat merah muda darinya yang terlipat rapi seperti sebelum ia kirimkan pada sang tertuju.

Sekarang... San bingung harus berekspresi seperti apa nanti saat ketemu kamu. Semoga aja San bisa sembunyikan rasa kecewanya. Seenggaknya sampai kamu tiba di rumah dengan selamat.

Ia mengembuskan napas beratya. Mengangguk yakin dan berusaha menyemangati dirinya dengan menepuk keras dadanya.

“Ya, San. Lo pasti bisa!”

Senyum lebar ia pasang. Sebelum dengan cepat kembali bergegas untuk menemuimu yang telah menunggu di gazebo. Ia harap kamu nggak kepanasan di sana.

“Harus traktir es nggak ya?”

◑▂◐

Kamu tersenyum setelah memberikan helm milik San. Tepat di depan rumah, San telah mengantarkanmu dengan selamat. “Makasih buat tumpangan sama esnya Kak!” Dapat bonus pula. Siapa yang nggak senang?

San mengangguk, dia juga ikut senang kalau kamu senang. “Kalau gitu, aku pulang ya? Dadah~”

“Dadah! Hati-hati!”

Astaga, San ingin tertawa aja karena dengar kata ‘hati-hati’ dari kamu. Padahal jarak rumahmu dan dirinya aja nggak sejauh itu.

“Ya ampun, dia beneran lucu. Argh!”

San sungguhan gila. Bahkan dia sampai lupa kalau sebelumnya sempat sedih karena kamu nggak lagi mau di kirimi sepucuk surat seperti biasa. Ah, ya udahlah ya, mumpung dia lupa. Semoga aja nanti pas ingat, kecewanya nggak balik. Karena udah dapat hadiah senyuman dan kelucuan dari sang gebetan!

“Besok jemput dia nggak ya?”

San dan segala angannya, apa besok dia akan mulai jemput kamu juga untuk ke sekolah?

San dan segala angannya, apa besok dia akan mulai jemput kamu juga untuk ke sekolah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wednesday, 22 december 2021

(+) kira-kira, aku juga bisa selesaiin ini ngga ya? berapa chapter lagi enaknya (||●'◡'●)))

helooow atiny and all!
thank you for your support comment and vote, i hope you like it and will be able to stay until the end!
🖤

Publish : saturday, 1 january 2022

One In A Million • Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang