OIAM : Empat belas

340 86 5
                                    

San nggak mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

San nggak mengerti. Kenapa ia bisa segampang ini menyukai seseorang. Ah, mungkin aja bukan gampang. Karena jujur aja, San itu baru pertama kali naksir dengan seseorang. Wooyoung, si teman dekatnya itu juga tahu dan membenarkan perasaan itu.

Tapi San tahu betul gimana bedanya kehidupannya semenjak mengenal apa itu naksir ke seseorang. Ke si adik kelas yang awalnya karena perasaan bersalah dan khawatirnya yang tiba-tiba aja berganti ke suka dan ingin dekat.

Perasaan berbunga di hati, situasi di mana dia akan selalu menebar senyum lebar dan tatapan berbinar yang memuja. Seolah cuma orang itu yang jadi poros hidupnya. Entah kenapa, hanya dengan melihat orang itu aja bisa membuat harinya menyenangkan. Jauh beberapa kali lipat lebih menyenangkan dari sebelumnya.

Oh, San nggak sedang hiper bola, kok! Dia sungguhan merasakan itu. Meskipun bagi Wooyoung itu hal yang berlebihan dan... agak menjijikkan. Ia geli! Tapi berhubung dia teman yang paling pengertian sesemesta alam, maka ia memaklumi.

Bagi para penemu cinta pertama kali itu wajar tahu!

Tapi Wooyoung serius lelah dan bingung akan tingkah sang teman pagi ini. Wooyoung kembali lagi ‘dipaksa’ untuk menjadi penonton kegilaan Choi San yang buat geleng kepala.

“Gimana kalau dia beneran taruh kembali suratnya?! Gue harus gimana supaya bisa kirim surat lagi dong?! Nanti gue jadi makin susah komunikasi gimana?! Astaga, Uyong, tolong gueeeee!”

Wooyoung melihat datar laki-laki yang saat ini tengah memeluk lengan kirinya dan menyembunyikan wajah sok sedihnya itu di sana. Masih di dalam rumah, kamar Wooyoung, San ketika datang langsung memberikan sebuah curhatannya akan isi surat dan berakhir khawatir akan reaksi si adik kelas. Sedangkan Wooyoung sendiri hanya berkali-kali menghela napasnya. Agak kesal juga dipaksa mendengarkan curhatan dari sang teman.

“Ya resiko aja sih. Tapi dengan itu lo kan, jadi tahu isi hatinya apaan?” Wooyoung perlahan mencoba melepaskan pelukan San di lengannya. Wajah cemberut San menjadi sapaan retina matanya. Seketika Wooyoung mendelik, menjauhkan wajahnya dari San.

Ia menggeleng, tanda San nggak perlu khawatir soal itu. “Yang paling utama dalam deketin gebetan itu, ya buat gebetan lo nyaman sama semua usaha dan tingkah lo. Dengan dia nanti balikin surat lo yang tandanya dia nggak suka di kirimin begitu, ya lo harus usaha pakai cara lain. Kemarin siapa gue lihat yang pulang bareng, hah?”

San mengganti ekspresi sedihnya menjadi penuh senyum malu-malu. Dia menyibak rambut pirangnya ke belakang, menunjukkan bahwa ialah seseorang yang dimaksud Wooyoung. “Hehe, gue... sama dia.”

“Bagus. Pertahankan. Sebentar lagi dia pasti bisa nyaman sama lo. Tapi tetep ya, jangan maksa. Perlahan aja.”

San mengangguk. Ia senang punya teman yang tahu banyak hal seperti Wooyoung. Rasanya dia ingin memberikan hadiah padanya.

“Wooyoung, sini gue cium.”

“WOI! GELI AH! AYO BERANGKAT!”

San hanya bisa tertawa riang melihat Wooyoung yang dengan segera keluar dari kamar dan menuju luar rumah.

“Lucu banget. Tapi lebih lucuan y/n sih, hehe.”

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuesday, 21 december 2021

(+) yeay! update lagi hari ini! sebelumnya ada kesalahan dalam penyebutan si 'ibu' ya. harusnya pake 'mama' tapi udah aku ganti!

sampai ketemu di lain waktu! 🖤

helooow atiny and all!
thank you for your support comment and vote, i hope you like it and will be able to stay until the end!
🖤

Publish : tuesday, 21 december 2021

One In A Million • Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang