OIAM : Sembilan belas

272 78 1
                                    

“Loh, Papa tumben udah pulang?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Loh, Papa tumben udah pulang?”

San menyapa sang ayah, yang selalu setia dengan kacamata minusnya. Beliau duduk di depan televisi, seolah menunggu San untuk pulang. Ibunya baru aja datang dari arah kamar. Ia segera berseru, “Tuh, Pa! Cepet periksa anak kamu! Aku takut dia kena gangguan”

“HAH?! MAMA!” teriak San nggak terima. “Aku baik-baik aja tahu! Masih aja dibahas masalah sakit jiwanya!”

Tapi ayah San menatap sang anak dengan serius. Ia berdiri dan menghampiri si anak dan istrinya yang masih berdiri berhadapan. “Gejalanya apa?”

“PAPA?! SUMPAH PA, AKU BAIK-BAIK AJA!”

“BAIK-BAIK APANYA?! KAMU UDAH LAMA MAMA PERHATIIN SENYUM-SENYUM SENDIRI! JADI LEBIH RAJIN NGERJAIN PEKERJAAN RUMAH, RAJIN MAMA SURUH KE WARUNG, RAJIN BERANGKAT SEKOLAH DAN PULANG CEPET. APA MAMA GAK PANTES BUAT CURIGA?!”

“YA AMPUN, MAMA—”

“Kayaknya papa harus buatin resep buat kalian berdua. Tapi papa mau istirahat dulu, jangan ganggu.”

Ya, Papa capek. Tapi beruntungnya San dan ibunya udah berhenti saling berteriak. Beruntungnya juga para tetangga nggak ada yang protes.

“Ma, cukup ya? San tuh, ngga ada apa-apa. Tambah bagus dong kalau lebih produktif gitu? Mama kan, jadi untung. Terus masalahnya apa?”

Yang diberi pertanyaan mendecak. “Mama cuma khawatir kamu otaknya geser. Tapi beneran deh, kamu kenapa mama tanya? Jawab jujur.”

Mungkin memang saatnya San berbagi rasa. Ia seharusnya cerita lebih awal agar situasi seperti sebelumnya nggak terjadi. Maka dengan tarikan napas panjang, San mulai membongkar perasaannya. Pada seseorang. Yang biasa disebut, jatuh cinta.

“San suka sama cewek. Lebih muda. Sekolah di tempat yang sama kayak San, sekampung juga. Bu Timi juga kenal.”

Alis ibunya mengerut. “Siapa?!”

“y/n.”

Mata membulat menjadi reaksi. Jika begini, apakah sang ibu tahu siapa seseorang yang ia maksud?

“Ah, yang sekarang cuma tinggal sama ibunya aja kan?”

San sekarang yang mengerutkan alisnya. “Loh, emang ayahnya?”

Dari sini, sang ibu tahu, jika San belum mendengar apapun dari si pujaan tetangga rumah tentang keadaan keluarganya. Lantas ibu bercerita, dengan membawa sang anak untuk duduk nyaman di sofa pada sore hari itu.

◑▂◐


San selesai mendengar segala hal tentang keluargamu yang nggak pernah San tahu. Kamu sendiri nggak pernah cerita, oh! Mungkin beberapa kali. Tapi nggak pernah menyinggung tentang perceraian dan adikmu yang sekarang udah nggak lagi tinggal di satu atap yang sama bersama kamu.

Jujur aja, San merasa sungkan untuk tahu lebih dulu perihal ini dari orang yang bukan kamu atau keluargamu sendiri. Tapi ibunya bilang, cerita itu udah menyebar di kampung sejak lama. Tentang perceraian kedua orang tuamu karena adanya orang ketiga.

Ibu San bilang, ia juga dekat dan tahu betul gimana sifat ibu kamu. Bisa dibilang ibu San dan ibumu itu berteman akrab. Meskipun memang jarang melihat mereka berkumpul dan berbincang santai sebab pekerjaan ibumu yang selalu ketat. Namun dulunya, ketika kedua orang tuamu masih bersama, ibu San selalu menjadi orang yang paling tahu pertama kali ketika ibumu tengah dalam masa rapuhnya.

San menghela napasnya. Ia merasa kasihan padamu yang setiap harinya sejak adikmu pergi, selalu sendirian di rumah. Jika San tahu—atau mungkin lebih berani mengambil langkah, kamu pasti akan ia temani. Mengajakmu main ke rumahnya yang di sini ada ibunya pula. Kamu nggak perlu merasa beban, karena San bukan orang yang suka membuat sumpah palsu.

San udah bilang akan selalu ada buat kamu.

Matanya melirik ke arah sesuatu, sebuah amplop terakhir yang ia kirim tapi kembali lagi padanya. Ia bergerak untuk mengambil surat itu, membukanya kembali hanya untuk melihat. Tapi anehnya, isi surat itu berbeda.

Warna biru. Tanpa hiasan mencolok di setiap sisinya.

Kamu... ternyata mengirim sebuah balasan!

 ternyata mengirim sebuah balasan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thursday, 30 december 2021

(+) seneng banget setelah ini selesai! ><

helooow atiny and all!
thank you for your support comment and vote, i hope you like it and will be able to stay until the end!
🖤

Publish : monday, 3 january 2022

One In A Million • Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang