OIAM : Delapan belas

284 80 2
                                    

Liburan sekolah hampir tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Liburan sekolah hampir tiba. Yang tandanya, ujian juga sebentar lagi datang. Kamu terus terang aja nggak khawatir akan itu. Karena pastinya kamu akan bisa lewati waktu ujian dengan tenang. Ah, belajar? Udah sering. Jadi belajar lagi sebelum ujian itu nggak perlu. Waktu ujian itu dibuat untuk berpikir hal yang ringan aja, nggak perlu memaksa diri supaya bisa hapalin materi dari bab satu sampai terakhir untuk bisa ngerjain soal.

Ya, bagi orang yang suka belajar dan selalu belajar seperti kamu itu pastinya akan santai aja. Beda lagi kalau setiap harinya kamu orang yang nggak pernah mengulang materi dan mencoba memahami materi selanjutnya, pasti akan kesulitan waktu ujian datang. Terima kasih pada ibu yang selalu memaksamu untuk tetap belajar di rumah meski di sekolah udah delapan jam duduk mendengarkan materi.

Pemahaman itu lebih penting daripada menghapal.

Tapi di saat begini kamu justru bosan. Dua minggu lagi ujian dilaksanakan. Artinya, udah empat bulan ini kamu sendirian di rumah setiap pulang sekolah. Sunoo udah pindah ke rumah ayah. Ayah bahkan ambil Sunoo lebih cepat, yang katanya Sunoo akan sekolah umum saat SMP malah sekarang adikmu itu udah masuk di SD kelas 5.

Seharusnya waktu kalian ada lebih banyak. Tapi ayah seolah sengaja memutus itu. Di sore yang sejuk sekarang, perasaanmu ikut mendingin. Perlahan membekukan ekspresimu sedingin es. Enggan tersenyum. Bahkan bernapas aja nggak minat.

Kamu rindu Sunoo. Tapi kamu takut egois. Kamu nggak mau paksa adikmu itu untuk tetap tinggal di sini dan jalani sekolah rumahnya. Sunoo rindu teman. Kamu mengerti.

Tapi kamu lebih rindu ketika keluargamu baik-baik aja. Ketika ibu tetap jadi ibu yang mudah tersenyum dan ayah tetap jadi ayah yang suka bercanda. Ketika Sunoo yang bosan memaksamu bermain bersama dan kamu yang bisa memeluk kedua orang tuamu dengan bahagia.

Panas. Matamu panas. Kamu nggak suka sensasi itu. Kamu seharusnya nggak berpikir tentang mereka. Sepertinya kamu harus lebih banyak belajar... atau tidur hari ini.

Sayang ya, nggak ada lagi surat yang bisa kamu baca.

◑▂◐

“Kamu kelihatan lesu, belum makan... atau sakit?” tanya San hati-hati.

Kamu yang tengah memasang helm tersenyum simpul. Menggeleng pelan dan menatapnya. “Udah makan kok, Kak. Kakak percaya kalau aku belum makan emangnya?”

San menelengkan kepalanya. “Ya emang apa yang bisa buat aku percaya kalau kamu udah makan? Bau mulut?” candanya. Tapi kamu malah terkesan. Bukan seperti kebanyakan orang. Kakak kelasmu ini berbeda.

“Aku pikir Kakak bakal bilang soalnya aku gendut.”

Sekarang San yang terdiam sesaat. Ia mendelik, nampak nggak terima. “Berisi atau enggaknya seseorang bukan jadi acuan kalau dia udah makan. Aku nggak suka sama mereka yang kebiasaan ngomong jelek begitu. Kamu nggak mau marah?”

Tangan digenggam, ia menatapmu dengan sorot seriusnya. Tapi begitu lucu untuk dilihat sebab alisnya yang bertaut serta bibir yang cemberut itu jadi objekmu. “Aku nggak masalah kok, Kak. Toh, kenyataannya begitu.”

San menghembuskan napasnya. Ada perasaan lega yang keluar, tapi raut nggak terima tetap bertahan. “Kenyataan atau enggak, kamu punya hak buat protes. Kalau kamu nggak suka, bilang ke mereka nggak suka! Kalau kamu dicap ‘si baper’, mending pukul aja langsung. Aku dukung kamu!”

Lagi-lagi, tatapan serius itu. Kamu benar-benar mau tertawa keras saking uniknya si kakak kelas penginjak kakimu ini.

“Kak San, tenang ya? Aku jagonya berantem! Jadi Kakak nggak perlu khawatir.”

San tahu kamu hanya menanggapi ucapannya dengan bercanda. Padahal San serius akan selalu dukung kamu apapun yang terjadi. San akan selalu percaya ke kamu. Dia akan selalu ada, kapanpun kamu butuh dia.



“Aku sayang kamu, y/n. Jadi bahagia selalu, ya?”

San dan aksi nekatnya yang pertama. Mampu membuatmu terdiam kaku dan membisu. Ucapan San berarti banyak untukmu. Beserta sebuah pelukan hangat yang juga mampu membuat matamu memanas.

 Beserta sebuah pelukan hangat yang juga mampu membuat matamu memanas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thursday, 30 december 2021

helooow atiny and all!
thank you for your support comment and vote, i hope you like it and will be able to stay until the end!
🖤

Publish : sunday, 2 january 2022

One In A Million • Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang