OIAM : Dua puluh dua

321 81 2
                                    

San tiba-tiba jadi dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

San tiba-tiba jadi dingin. Entah karena pelukan darimu yang terlepas atau karena pertanyaanmu yang terdengar seperti sebuah pernyataan. Ia meneguk ludahnya, gugup. Kamu melihatnya dengan intens. Menunggu jawaban San.

“Kenapa... tanya itu?” lirihnya. Ia melirik ragu-ragu ke arahmu yang masih aja melihatnya.

“Jadi bener?” tekanmu.

Pendingin udara semakin menyengat kulit. San merasa semakin kedinginan secara perlahan karena nggak banyak bergerak dan hanya diam. Kamu terkekeh sekilas. Dibalik rak buku kawasan novel dan komik, kalian berdiri.

“Aku masih nggak boleh nyari tahu ya?”

San udah pasti pipinya memerah. Ia tersedak ludahnya sendiri, suara batuk yang buat San tambah malu terdengar cukup nyaring. Kamu cuma bisa melihat panuh kejut karena reaksinya yang nggak pernah kamu sangka akan begitu.

“Kak? Butuh minum?” Meskipun kamu menawari, kamu nggak punya air apapun untuk kamu berikan ke San. Niatnya sih, beli dulu di kantin. Tapi San menggeleng dengan segera sembari menutup mulutnya. Batuknya mereda, kamu lega.

“Kamu... sejak kapan tahu?”

Akhirnya pengakuan San kamu dengar. Senyuman terkembang indah di wajahmu. “Sebenernya belum tahu juga, tapi mama kemarin bilang—”

“LOH, KOK MAMA?”

Teriakan San buat kamu tersentak, San lantas segera menutup mulutnya, menyuruhmu untuk melanjutkan kembali. Kamu mendengkus, senyuman heran terpatri, tapi kamu menurut dan meneruskan. “Kakak udah tahu belum, kalau mama kita saling kenal?” San mengangguk berkali-kali. Masih ingin tahu kenapa bisa malah ibu kamu yang tahu lebih dulu?

“Nah, mama tanya, apa Kakak yang selama ini kirim suratnya? Soalnya... mama tahunya aku cuma deket sama Kak San doang.”

“...Emang kamu deket sama cowok lain?” Pertanyaan yang nggak kamu sangka malah keluar dari mulutnya. Kamu menggeleng dengan rasa ingin tahu tapi berujung masa bodoh. Apalagi San setelahnya langsung mengelus dadanya dan mengembuskan napasnya lega.

Nggak perlu tanya pun kamu tahu jawabannya.

“Bagus. Kamu cuma harus deket sama aku. Sama Wooyoung pun, nggak usah. Tapi karena dia temen aku, gapapa. Yang penting, kamu harus sukanya sama aku.”

Suara lembut dan senyuman cerianya yang lebar dan menenangkan kamu lihat. Di balik sunyinya perpustakaan dan dinginnya ruangan, pada balik rak berisi banyak buku yang tersusun, kamu akhirnya tahu dengan pasti. Si anonim pengirim surat merah muda dengan hiasan hati. Yang kamu percayai ditulis dengan tulus dan apa adanya.

San menundukkan kepalanya, ia tertawa pelan, menggaruk belakang kepalanya yang nggak gatal sama sekali. Pengalihan rasa gugupnya. Tapi senyuman indah itu nggak pudar dari wajahnya. Kamu masih terdiam, mencoba mencerna situasi dan apa yang San hendak lakukan.

“Aku... udah tulis semuanya di surat. Di tulisan kedua, aku udah lebih dulu bilang.” Ia mendongak. Menatapmu dengan sorot matanya yang penuh kebahagiaan, meskipun cuma menatapmu seorang. “Aku suka kamu.”

Saat itu, kamu nggak bisa menjawab apapun selain dengan senyuman mengembanh di wajah dan juga sorot mata yang sama, seperti San menatapmu dalam diamnya. Menganggumi dalam hatinya yang terus mengatakan jika, ia jatuh cinta.

Sebagai saksi mata gelap, keempat manusia yang menguping di balik rak lain itu tersenyum dan memekik girang. Tetap pada volume lirih, namun bahagia mereka terpancar jelas.

Hari itu, resmi. Menjadi harimu dan San, untuk memulai hubungan yang lebih dari sekedar teman dekat.

 Menjadi harimu dan San, untuk memulai hubungan yang lebih dari sekedar teman dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saturday, 1 january 2022

helooow atiny and all!
thank you for your support comment and vote, i hope you like it and will be able to stay until the end!
🖤

Publish : tuesday, 4 january 2022

One In A Million • Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang