"abang... kita nonton yuk!"
"abang... anterin aku ke toko buku"
"abang... jemput dong"
"abang... temenin aku belajar"
"abang... aku OTW ke kantor abang"
"aku sayang abang"
Dan masih banyak bla bla lain yang berasal dari mulut cerewet gadis kecil itu yang mengaung dalam pikiran Radit.
Saat ini suara-suara manja yang biasa gadis itu lemparkan kepadanya terus berputar dikepalanya dan itu rasanya menyebalkan.
Akhir-akhir ini Radit merasa jengah, bahkan sampai muak jika mengingat perjodohan mereka. Bagi Radit gadis itu sudah seperti adik sendiri, sedari kecil selalu menempeli keluarganya terutama dirinya.
Keluarganya sangat menyayangi gadis itu termasuk dirinya, tentunya hanya sebatas saudara, karena keluarganya hanya memiliki dua putra.
Kehadiran gadis itu memberikan warna tersendiri apalagi bagi ibunya. Sang ibu bahkan tampak lebih menyayangi gadis itu ketimbang Radit atau bahkan adiknya, Rafa.
Menikah dengan gadis itu adalah salah satu beban pikiran yang menghantui dirinya hampir sepekan ini.
Demi tuhan, Radit baru berusia 25 tahun dan gadis itu bahkan masih SMA, oke, sebentar lagi lulus SMA.
Tapi tetap saja mereka masih muda, terutama gadis itu. Orang tuanya merencanakan pernikahan mereka setelah gadis itu lulus sekolah, yang artinya sebentar lagi.
Radit makin menghela napas gusar memikirkan hal itu, tidak mengerti dengan jalan pikiran mereka sampai munculnya rencana pernikahan ini.
"sial!" makinya sambil mengusap wajah.
Radit masih belum siap menikah, terlebih dengan gadis itu, dia merasa tidak memiliki perasaan lebih pada gadis itu, hanya menyayanginya sebagai saudara.
Dia tau gadis itu memang menggilainya, ia bahkan sudah bosan mendengar pernyataan sayang gadis itu padanya yang ia anggap angin lalu. Radit juga yakin bahwa gadis itupun hanya sekedar menyayanginya sebatas saudara.
Ia merasa gadis itu gagal paham akan perasaannya dan menganggap itu perasaan cinta, gadis itu hanya sedang mengalami masa pubertas dan mengaguminya.
Kilas balik pembicaraan tentang perjodohan itu kembali membayangi kepalanya. Hanya karena melihat gadis itu yang terus menempelinya, orang tuanya berencana menikahkan mereka agar segera halal.
Menurut Radit itu alasan konyol, padahal harusnya para orang tua bisa melihat, hanya gadis itu yang menempelinya, bukan Raditya.
Dan reaksi girang gadis itu terhadap rencana orang tuanya membuat ia makin merasa geram. Apa gadis itu tidak mau melanjutkan sekolah dan mimpinya? Pikir Radit muram.
"abang.... Aku datang bawa makan siang"
Sebuah suara menyentak Radit dari lamunannya, ia kemudian mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.
Kemudian Radit menghela napas berusaha meredakan kegusaran dan kemarahannya melihat gadis itu dengan entengnya langsung masuk dan duduk disofa sembari meletakan bawaannya dimeja, bahkan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Apa dia gak bosan nempelin gue mulu, batin Radit yang saat ini sedang merasa kesal.
Ya, itu adalah gadis yang menjadi sumber masalah Rafit saat ini, Anindya Melati atau biasa disapa Anin. Gadis manja anak dari sahabat baik kedua orang tuanya, yang sedari kecil selalu menempelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Anin
ChickLitBercerita tentang Anin. Anin dan perasaannya Anin dan cintanya. Anin pada Raditya.