Anin (14) Persetujuan Anin

2.7K 212 2
                                    


'

'

'

Keesokan harinya, Anin menepati janjinya pada Radit. Ia bangun pagi hanya karena Radit mengatakan akan datang lebih cepat dari waktu yang ia suruh. Seharian itu mereka habiskan dengan berjalan-jalan mengelilingi dan menikmati suasana kota Yogyakarta.

Anin bahkan melupakan ketegangan diantara mereka dan itu cukup membuat Radit merasa bersyukur.

Anin bahkan dengan semangat membeli berbagai macam oleh-oleh untuk orang-orang di Jakarta, dari untuk keluarganya hingga keluarga Radit.

Setelah waktu mendekati sore, Radit akhirnya kembali mengantar Anin ke kostnya meski awalnya Anin yang ingin mengantar Radit di bandara.

Tapi pria itu kekeh karena tidak tenang jika setelah itu Anin ia biarkan pulang sendiri, terlebih jarak bandara dengan lingkungan Anin cukup jauh.

"Nin..." ujar Radit saat Anin hendak melepaskan genggaman tangan mereka.

"boleh abang minta kesempatan?" ujar pria itu menatap serius pada Anin.

"Maksud abang?"

"bukan untuk langsung menerima abang, tapi beri abang kesempatan untuk membuktikan ke kamu kalo abang serius sama kamu" ujar Radi penuh permohonan, Anin menggigit bibirnya, menimbang perkataan Radit.

"abang tau abang udah begitu dalam menyakiti kamu, tapi abang ingin tidak tau diri dengan mengarapkan kamu. Setelah itu semuanya terserah kamu, tapi tolong ijinkan abang berjuang" Anin menunduk dengan perasaan gamang, menatap pada genggaman tangan mereka yang semakin dieratkan Radit.

"abang tidak akan memaksa, abang terima kalo kamu menolak, tapi tolong jangan menjauhi abang, jangan bersikap asing pada abang" ujar pria itu melirih. Namun setelahnya ia menatap tak percaya begitu melihat Anin mengangguk pelan.

"kamu mau?" tanya Radit memastikan dan sekali lagi dijawab anggukan oleh Anin.

"terima kasih" bisik pria itu lalu membawa tubuh Anin dalam pelukannya. Hidungnya membaui aroma harum dari rambut gadis itu yang pasti akan makin ia rindukan.

"kalo begitu, bisa mulai dengan membuka blokiran kontak abang?" tanya pria itu masih sambil memeluk Anin.

Lagi-lagi Anin hanya mengangguk, entah kenapa tubuhnya melemas, bahkan tidak sanggup mengatakan apa-apa.

Radit menjauhkan tubuhnya dan mnatap gadis itu lekat, sementara Anin hanya menunduk.

"jaga diri baik-baik disini, abang datang lagi minggu depan" ujar pria itu lalu mengecup pelipis gadis itu lama.

Bahkan sampai Radit pamit dan menghilang dari padangannya Anin belum mengatakan apa-apa. Setelah itu entah kenapa matanya berkaca-kaca, kali ia tidak tahu apa penyebabnya.

Semantara Radit sendiri merasa langkahnya meringan setelah mendapatkan persetujuan Anin. Perasaannya kembali membaik bahkan membara hanya dengan membayangkan ia bisa kembali memperjuangkan gadis itu.

Rasanya semua beban dan kegundahan yang ia rasakan menghilangkan, ternyata memang gadis itu obatnya. Ia mengumpati dirinya yang selama ini begitu bodoh hingga membuat gadis yang disayanginya setengah mati itu menangis bahkan menjauh.

Selanjutnya ia merasa perjuangannya tidak akan mudah, namun yang jelas Radit sudah tau apa yang akan ia lakukan.



@@@@@@@@@



Love, AninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang