Anin terbangun dan langsung tersadar bahwa ia sedang berada didalam pelukan seseorang, siapa lagi jika bukan Radit.
Anin melenguh pelan, perlahan ia membuka mata meski terasa makin berat. Ia hendak bergerak namun rasanya berat, seperti ada yang menahan tubuhnya.
Radit yang merasakan pergerakan gadis dipelukannya juga ikut merasa terusik. Matanya terbuka lalu sedikit menunduk untuk melihat Anin.
"kamu kebangun? Tidur lagi yah?" ujar Radit lalu kembali mengeratkan pelukannya dan memejamkan matanya.
Anin yang masih setengah sadar tidak menghiraukan perkataan Radit, ia terus mengucek matanya dan menatap pada arah jam dinding yang menunjukkan waktu sudah hampir malam.
Mata Anin melotot, rupanya sudah cukup lama ia tertidur. Reflek ia mencoba bangun namun gagal lagi karena badannya masih dalam pelukan erat lengan Radit.
Anin mendengus, bagaimana bisa ia tertidur dalam pelukan Radit. Seingatnya ia tadi hanya merebahkan dirinya pada sofa seberang Radit. Niatnya hanya sekedar berbaring sambil bermain ponsel namun malah ketiduran.
Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, Anin mencoba menyingkirkan lengan Radit yang mengukungnya dan berhasil. Hal itu juga ikut membuat Radit kembali terbangun dan menatap heran pada Anin.
Anin segara bangan dan berjalan kearah kamar mandi. Tidak lama kemudian gadis itu keluar dan melihat Radit juga sudah terbangun dan sedang serius dengan ponselnya.
"abang mending ke kamar mandi dulu, aku mau panasin makanan dulu biar kita langsung makan"
Sepeninggal Anin, Radit langsung menimpan ponselnya dan menuruti ucapan gadis itu agar membasuh wajahnya.
Tidak butuh waktu lama Anin memanaskan semua makanan yang ia masak tadi dan segera siap untuk mereka santap. Tepat setelah semuanya selesai Radit memasuki dapur dan mencium aroma harum dari makanan yang disediakan Anin. Perutnya langsung bergejolak lapar, tanpa basa-basi ia langsung mengambi tempat duduk dan menyendokkan nasinya sendiri yang juga langsung diikuti Anin.
Mereka makan tanpa banyak bicara, hingga tak terasa semua hidangan diatas meja itu hampir habis.
"enak banget Nin, apalagi setelah sekian lama gak makan masakan kamu" puji Radit setelah mengusap mulutnya dengan tisu.
Anin hanya menjawabnya dengan senyuman tipis. Gadis itu langsung saja membereskan sisa makanan mereka.
"gak usah Nin, nanti aku panggilin orang buat beres-beres"
"ck, cuma dikit ini kok bang" ujar Anin tanpa menghentikan kegiatannya.
Radit terdiam ditempatnya, matanya mengikuti setiap pergerakan gadis itu dengan lamat.
"kamu sekarang pasti udah makin mandiri banget" ujar Radit setelah sekian lama terdiam dan hanya memperhatikan gadis itu.
"ya kan harus, gak selamanya aku ngandelin orang, aku sekarang bahkan bisa keliling Jogja sendiri pake motor" ujar Anin bangga.
"are you happy?" tanya Radit lirih.
"ya??" Anin tidak mendengarnya begitu jelas.
"kamu pasti bahagia banget" ulang Radit.
"aku bersyukur, disini juga aku ketemu temen-temen yang baik dan cocok sama aku" jawab gadis itu lugas.
Anin menyelesaikan cucian piring terakhirnya lalu mngeringkan tanganya dan menghampiri Radit.
"abang, ini udah magrib, aku pamit pulang ya" ujar Anin melihat kerah jendela.
Radit memegang lengan gadis itu. Menahannya agar tidak melanjutkan jalannya menuju pintu keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Anin
ChickLitBercerita tentang Anin. Anin dan perasaannya Anin dan cintanya. Anin pada Raditya.