.
.
"lo kenapa sih akhir-akhir ini kayak suntuk terus?" Bayu memandang heran pada Radit yang sedari tadi hanya fokus pada laptopnya namun dengan raut yang masih tidak bersahabat.
"yang lain tuh jadi sungkan mau bahas ini itu ke lo, gue aja nih yang tahan banting" Bayu terus saja mengomel, pasalnya Radit menurutnya tiba-tiba saja menjadi seperti ini. Ditanyapun hanya menyahut seadanya.
"eh kampret! denger gak sih?" Bayu yang kepalang kesal karena tidak digubris akhirnya melemparkan pulpen yang ada ditangannya kearah Radit yang langsung dibalas decakan malas pria itu.
"ngomong makanya!"
"gue gak papa" ujar Radit seadanya.
"gue gak papa" Bayu mengulanginya dengan nada mengejek.
"udah kayak orang diputus cinta tau gak!"
"ohhh... atau emang lo lagi ada problem sama cewek lo, lagi marahan ya sama si Indira" ujar Bayu yakin seolah mendapat pencerahan atas sikap sang sahabat belakangan ini yang membuat warga kantor ikut resah.
Radit mendengus pelan, tidak tahu saja Bayu jika dirinya entah sudah berapa lama tidak berhubungan lagi dengan Indira.
Indira masih sering menghubunginya dan mengajak bertemu namun selalu ia tolak. Entahlah, Radit masih pelik dengan dirinya sendiri meski ia tidak yakin masalah apa yang kiranya membuat ia sepelik ini.
Dan itu membuatnya tidak bisa membagi diri dengan hal lain termasuk menghadapi Wanita yang kemarin sempat dekat dengannya. Radit heran sendiri kemana rasa antusias dan nyamannya yang dulu saat ia berinteraksi dengan Indira, wanita yang ia rasa mampu mengimbanginya.
Semuanya seolah menghilang menguap begitu saja. Radit bahkan tidak peduli jika Indiara menganggapnya pria brengsek atau apa.
Satu-satunya yang paling menguras pikirannya saat ini bahkan lebih dari pekerjaannya adalah Anin. Kepergian gadis itu benar-benar membuat Radit kelimpungan.
"yeh, malah ngelamun. bener kan tebakan gue?" Tanya Bayu lagi.
"gak" jawab Radit kian singkat.
"akh gak percaya gue, yang kayak gini ni pasti masalah cewek" Yakin Bayu.
"harusnya lo konsultasi ama gue, secara pengalam gue jauh diatas lo" Ujar Bayu Bangga.
"mana laporan hasil survey lapangan kita bulan lalu?" enggan menanggapi bualan Bayu juga menghindari pembahasan tentang dirinya, Radit akhirnya menanyakan terkait pekerjaan yang sudah lama ia abaikan. Setelah membaca beberapa berkas pekerjaannya hari ini, ia ingat masih ada beberapa data lapangan yang belum mereka bahas lebih lanjut.
"hah?" heran Bayu.
"yang lu olah datanya, hasil dari kita ke Bandung"
"Ooohh"
"ck, sana ambil, sekalian kita bahas aja!" ujar Radit.
"duh Dit, gue lupa dah naronya dimana" Radit menggaruk pelan kepalanya sembari mencoba mengingat.
"yaudah lu print ulang, atau bawa aja laptop lu"
"ck, masalahnya kemaren itu gue ngerjainnya pake PC, nah kan lo tau PC di ruangan lagi diperbaiki"
"nunggu PC nya diperbaiki aja lah Dit" ujar Bayi lagi.
"gak bisa, ini barusan pak Jamal nanyain, gue juga baru ngeh kita sama sekali belum lanjut bahas yang itu"
"duh, bikin susah aja sih" keluh bayu, mereka memang mengesampingkan proyek di Bandung ini karena jangka waktunya masih lama, tapi ternyata mereka terlalu terbawa suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Anin
ChickLitBercerita tentang Anin. Anin dan perasaannya Anin dan cintanya. Anin pada Raditya.