💚💚
💚
Anin merebahkan dirinya di kasur setelah ia kabur dari dapur. Mendengar keresahan ayahnya juga pembicaraannya dengan Amira tadi mau tak mau membuat Anin kembali memikirkan semuanya.
Sikap dingin Radit padanya akhir-akhir ini memang mengganggunya.
Sedari kecil ia selalu menempeli Radit dan keluarganya. Ia sudah paham betul dengan sifat Radit. Ia tahu, Radit memang orang yang lumayan kaku, tapi pria itu juga tidak terlalu pendiam, masih bisa berbicara lepas dan cukup luwes menanggapi suatu obrolan apalagi dengan orang-orang yang dikenal baiknya.Radit juga amat penyayang pada keluarganya, dan ia tahu, Radit juga menyayanginya, meskipun sepertinya hanya sebatas itu.
Anin melihat Radit dari kecil, tumbuh dengan Radit disekelilingnya. Selalu Radit yang ada di matanya sampai tidak mampu melirik pria-pria lain, dan saat menyadari perasaan berdebarnya untuh Radit, ia makin gencar menempeli pria itu.
Dilihat dari sikapnya, Radit memang tidak memiliki perasaan apapun padanya, atau hanya belum pikirnya selalu membantah.
Anin tahu Radit adalah orang yang susah jatuh cinta, dan ia merasa itu hal baik baginya, selama belum ada gadis yang dicintai Radit, Anin merasa peluangnya masih cukup besar.
Ia selalu merasa bersyukur sampai saat ini Radit belum memiliki kekasih, bukannya selama ini Radit tidak pernah menyukai seorang gadis atau bahkan tidak pernah berkencan, pria itu dulu hanya terlalu memprioritaskan pendidikannya.
Anin merasa perjodohan ini adalah jalan besar baginya untuk semakin meraih cinta Radit. Ya, itulah alasan kuatnya menerima rencana pernikahan ini diumurnya yang masih sangat muda, ia terlalu mencintai Radit.
Alasan itulah yang memperkuat tekadnya meski dengan mengabaikan beberapa hal. Anin merasa jika tidak mengambil kesempatan ini, ia takut pria itu akan semakin sulit ia gapai.
Parahnya pria itu akan bertemu gadis lain yang mampu membuat pria itu jatuh cinta, memikirkannya saja sudah membuat mata Anin berkaca-kaca. Apa ia egois dengan menerima rencana pernikahan ini?, Anin hanya ingin berjuang.💚💛💚💛💚💛
Anin melangkah riang memasuki lift yang akan mengantarnya ke lantai tempat ruangan Radit berada, ia datang cukup telat dari waktu biasanya karena lama menunggu bus, sebab motornya masih berada di bengkel, ia berharap Radit belum pergi karena ia sudah mengirim chat akan segera datang.
Radit adalah seorang arsitek yang bisa dikatakan cukup sukses diusianya cukup muda. Setelah menempuh pendidikan diluar negeri, Radit tidak langsung pulang melainkan bekerja selama hampir 2 tahun di perusahaan luar untuk mendapatkan pengalaman. Setelah dirasa cukup, Radit pulang dan kemudian join dengan konsultan arsitek bersama sahabat dan senior seprofesinya yang kini sudah berjalan hampir 1 tahun.
Konsultan Radit belum memiliki gedung sendiri, mereka menyewa salah satu lantai gedung perkantoran.
Masih merintis namun sudah cukup dikenal mengingat tender-tender besar yang mereka menangkan juga permintaan-permintaan jasa pribadi lainnya.Keluar dari lift, Anin memasuki bilik kantor Radit dan melihat suasan cukup sepi, tidak ada orang dimeja resepsionist, mungkin sedang pergi makan siang, pikirnya.
Mendekati pintu ruangan Radit, Anin melihat pintunya tidak tertutup rapat, terdapat cela sekitar empat jari. Ketika hendak mendorong pintu itu, Anin tersentak dengan suara umpatan dari dalam, seketika Anin terdiam dan menghentikan gerakannya.
"sialan!" maki Radit gusar dari dalam sana.
"lo gila ya, ngumpatnya malah ke gue" kesal Bayu disampingnya, mereka berdua duduk disofa membelakangi pintu ruangan Radit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Anin
Genç Kız EdebiyatıBercerita tentang Anin. Anin dan perasaannya Anin dan cintanya. Anin pada Raditya.