Hormon

414 33 1
                                    

Hari ini seperti ada yang berbeda di istana Daejojeon. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, tetapi masih terlihat seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Sangat sunyi. Hanya ada beberapa dayang yang berlalu-lalang tanpa suara.

Namun dari kejauhan, tepatnya di ruang tamu, terdengar suara seseorang berulang kali mengatakan "Aaaa".

Pemilik suara tersebut adalah Hong Yeon. Dengan semangkuk sereal warna-warni di tangannya, ia bersiap mengantarkan sendoknya ke mulut ratunya, Soyong, yang sedang bersandar lesu di sebuah sofa, di hadapannya.

"Ayolah Mama, bukalah mulut Anda. Sekali saja. Aaaa," Bujuk Hong Yeon yang entah ke berapa kalinya dan hanya dibalas dengan rengekan tak berdaya dari sang ratu. Tak lama kemudian, Hong Yeon pun ikut merengek.

Choi Sanggung yang sedang duduk di belakang mereka hanya bisa menggelengkan kepala dan menarik nafas panjang, melihat pemandangan di depannya itu. Ini semua karena janjinya untuk tidak mengomel dan berkata "Tidak boleh" lagi.

"Hmmm. Hormon ini benar-benar ya. Aku sangat ingin makan tapi di saat yang sama aku juga tidak nafsu makan," Seperti biasa, Soyong mengomel pada dirinya sendiri.

"Jungjeon Mama, jika Anda makan ini sekarang, tubuh Anda akan sehat. Jika sehat, Anda akan segera bisa mengandung seorang putra mahkota." Hong Yeon masih mencoba untuk membujuk ditambah dengan sedikit aegyo.

"Wah, berhasil kah?" batin Hong Yeon melihat sebuah senyum kecil terbit di wajah Soyong.

Tapi senyum itu rupanya tidak bertahan lama.

"Yah, Mama. Jika Anda tidak makan apapun, Anda akan jatuh sakit. Jika jatuh sakit, bagaimana Anda bisa menyambut kepulangan Jusang Jeonha besok?" Rengek Hong Yeon tidak sabar lagi karena Soyong benar-benar tidak mau makan.

Tak disangka, tiba-tiba Soyong mengambil alih mangkuk sereal di tangan Hong Yeon dan langsung menyendok isi mangkuk tersebut. Mata Hong Yeon berbinar melihatnya
"Rupanya Anda begitu merindukan Jusang Jeonha, ya?" Sambil menggoyang-goyangkan lengan Soyong, ia menggoda ratunya tersebut.

"Karena tadi kau bilang besok Jeonha akan pulang dan aku harus menyambutnya, 'kan? Nanti ikut aku ya, aku harus ke salon. Aku butuh sedikit touch-up. Oke?" ajak Soyong pada Hong Yeon dengan antusias.

"Choi Sanggung, nanti bantu pilihkan aku beberapa pakaian, ya?" komando Soyong dengan ceria pada Choi Sanggung yang sekarang sedang kebingungan dengan apa yang diucapkan ratunya itu. Sepertinya Hong Yeon salah bicara.

Sedangkan Hong Yeon, sang pelaku, yang tidak menyadari hal itu, hanya senyum-senyum polos.

"Mama. Mohon maaf. Tapi menurut jadwal yang saya ketahui, Jusang Jeonha dan Yeongpyeong-gun akan kembali dari Jeju dalam 3 hari kedepan." Ucap Choi Sanggung berusaha menghentikan kesalahpahaman yang sedang terjadi.

"Oh, begitu ya...," Ucap Soyong dengan lemah. Entah apa yang begitu ajaib dari ucapan Choi Sanggung hingga bisa membuat Soyong seketika kembali lesu. Diikuti oleh Hong Yeon yang juga memasang wajah sedih.

"Istana tanpanya, bagaikan mati lampu." Soyong kembali ke posisinya, bersandar lesu di sofanya. Tangannya meraih ponselnya yang berada di atas meja.

Lalu matanya tertuju pada sebuah gantungan berbentuk mahkota yang tergantung pada ponselnya itu.

Benda kecil itu adalah hadiah pemberian Wonbeom yang dibeli saat mereka berdua sedang menyamar di daerah Myeong-dong yang terkenal sebagai surganya street shopping.

"Ah, hormon ini muncul lagi, kan." Ucap Soyong saat matanya mulai berkaca-kaca.

"Apa aku harus menelponnya? Tidak ah, aku tidak ingin menggangu pekerjaannya, tapi...." Kini ia terjebak dalam sebuah dilema. Sedikit sebal juga karena tadi malam Wonbeom malah menelpon saat Soyong sudah terlelap.

The Royal Household (A Royal Living of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang