It's Okay, My King

499 29 8
                                    

Setelah tragedi tteokbokki sore kemarin, sang pelaku, Wonbeom, tiba-tiba menjadi banyak diam hari ini. Bahkan, saat Soyong mengajaknya bicara, ia hanya menjawab singkat-singkat saja dengan kepala menunduk. Ia merasa tidak enak pada Soyong karena telah merusak selera makan istrinya itu. Namun, Soyong yang merasa hal itu bukanlah masalah, sama sekali tidak peka.

Sore itu saat langit sudah mulai menggelap, terlihat Wonbeom berjalan memasuki pelataran istana kediamannya bersama Sangseon yang dengan setia mengantarnya sampai pintu depan.

"Jeonha, saya yakin Jungjeon Mama tidak akan marah pada Anda karena hal kecil seperti itu, percayalah." ucap Sangseon dengan suara pelan begitu salah seorang dayang membukakan pintu untuk Wonbeom.

"Hmm, semoga saja benar begitu, Sangseon." balas Wonbeom sambil memegangi tengkuknya dan tersenyum ragu-ragu.

"Baiklah, Jeonha. Saya pamit undur diri." ucap Sangseon sekali lagi sambil menunduk memberi hormat sebelum kembali ke kediamannya sendiri.

"Ne. Sampai jumpa, Sangseon." Kemudian mereka pun berpisah dan Wonbeom pun mulai memasuki pintu Daejojeon. Sambil berjalan, tangannya melonggarkan dasi yang menggantung di lehernya dengan kasar.

Beberapa langkah setelah memasuki istana tersebut, sampailah Wonbeom pada bagian ruang tamu. Langkahnya terhenti begitu ia mengedarkan pandangannya ke salah satu sudut ruang tersebut dan dilihatnya Soyong sedang duduk santai di atas sebuah sofa beludru berwarna biru tua. Tangan kanannya sibuk membolak-balik halaman sebuah majalah yang menutupi wajahnya, sehingga ia tidak menyadari kehadiran Wonbeom di sana.

"Jungjeon, aku pulang." ucap Wonbeom seperti biasa dengan seceria mungkin dari tempatnya berdiri. Namun, tidak ada jawaban. Bahkan sang lawan bicaranya sama sekali tidak melihat ke arahnya. Hal itu ditangkap Wonbeom sebagai sebuah pertanda tidak baik. Overthinking pun menyerang.

Dengan hati-hati, Wonbeom memberanikan diri berjalan mendekat hingga sebuah senyum simpul terbit di wajahnya begitu melihat sepasang headphone kecil terpasang di perut istrinya itu. Di ujungnya tersambung sebuah alat pemutar musik digital milik Soyong yang ia ingat di dalamnya berisi instrumen musik klasik.

"Oh? Jeonha. Anda sudah kembali. Ai-ya, lihat, Ahba Mama sudah----" Soyong terkejut melihat Wonbeom tiba-tiba sudah berada beberapa langkah di sampingnya. Dengan sedikit bersusah payah, ia berusaha bangkit dari tempat duduknya sambil memegangi pinggangnya. Berniat untuk memberi salam. Namun, segera dihentikan oleh Wonbeom dengan menangkap tangan dan punggungnya begitu melihat istrinya itu hampir jatuh terduduk.

"Tidak, tidak. Kau duduk saja. Jangan sering-sering bergerak dengan tiba-tiba, Jungjeon." ucap Wonbeom dengan kepanikan terpancar dari suaranya yang lembut sambil mendudukkan kembali istrinya itu.

"Hihi, ye, Jeonha." balas Soyong sambil terkikik merasa malu. Kemudian tangan kirinya merangkul lengan kanan Wonbeom. Menariknya untuk turut duduk di sebelah Soyong.

"Bagaimana pertemuan hari ini, Jeonha? Semuanya berjalan lancar 'kan?" ucap Soyong membuka pembicaraan dengan tangan yang masih melingkar pada suaminya.

"Ah, ne. Semuanya berjalan dengan baik. Bahkan, pihak investor ingin segera melaksanakan proyek usulan kabinet kami pada bulan depan." jawab Wonbeom sambil tersenyum penuh kemenangan yang membuat Soyong ikut tersenyum sumringah melihatnya. Senyumnya begitu tulus tanpa paksaan atau perasaan lain di baliknya. Saat itu pula Wonbeom merasa jika ucapan Sangseon benar.

 Saat itu pula Wonbeom merasa jika ucapan Sangseon benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jungjeon. Hmm, soal kemarin aku minta maaf, ya. Kau tidak jadi makan tteokbokki karena kecerobohanku." Dengan memberanikan diri, Wonbeom memanfaatkan momen mereka untuk meminta maaf atas ke-sok-tahuannya kemarin yang justru dibalas tatapan bingung oleh sang lawan bicara.

"Eh? Animnida*, Jeonha. Apa yang sedang Anda bicarakan? Tidak apa-apa, kok. Sungguh." sahut Soyong sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda tidak setuju.
*Animnida: bentuk formal dari "tidak"

"Jeonha, lagipula, itu adalah pertama kalinya Anda memasak. Jadi, wajar saja kalau tidak bisa sempurna dalam satu kali coba. Kegagalan adalah bagian pasti dari percobaan. Gwaenchanayo, hm?" imbuh Soyong sambil tersenyum selebar mungkin untuk meyankinkan suaminya itu kalau ia sama sekali tidak apa-apa. Selain itu, masih ada Daeryeong Suksu yang akan memasakannya untuk Soyong, 'kan?

"Fyuh, syukurlah...Terima kasih, Jungjeon." Wonbeom menghembuskan nafas penuh kelegaan sambil memegangi dadanya dan sedikit membanting tubuhnya pada sandaran sofa. Ia merasa sangat bersyukur karena Soyong adalah wanita yang penuh pengertian. Karena terlalu senang, Wonbeom secara refleks mengusap-ngusap kepala Soyong, hampir mengacak-acak rambutnya.

Cup.

Sebuah kecupan singkat yang mengejutkan mendarat di bibir Wonbeom.

"Jungjeon," Wonbeom mendekatkan wajahnya pada Soyong yang segera menutup kedua matanya hingga akhirnya mereka berdua bertemu lagi dalam sebuah kecupan panjang.

Cukup lama bertahan dalam posisi tersebut, Wonbeom mulai memperdalam tautan mereka. Dengan lembut mereka menyalurkan perasaan masing-masing. Namun, saat Wonbeom akan meraih pinggang Soyong untuk membawanya lebih dekat, tiba-tiba tautan mereka terlepas saat perut mereka saling bertabrakan.

"Omo,"

Mereka pun saling berpandangan sebentar sebelum akhirnya saling menertawakan kecerobohan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Royal Household (A Royal Living of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang