Hormon 3.0

254 27 9
                                    

Keesokan paginya di Daejojeon, seperti biasa, para dayang terlihat sibuk berlalu lalang menyiapkan hidangan untuk sarapan pasangan raja dan ratu penghuni istana tersebut. Di atas sebuah meja makan yang panjang, tersusun berbagai macam hidangan mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup. Semuanya harus sudah disajikan dengan sedemikian rupa sebelum raja dan ratu mereka datang. Tidak lupa, Choi Sanggung bersama seorang dayang senior lainnya, melakukan tugas mereka untuk memeriksa keamanan hidangan-hidangan tersebut sebelum Wonbeom dan Soyong menyantapnya.

Tak lama kemudian, setelah semuanya sudah siap, dari pintu kamar tidur, terlihat Wonbeom dan Soyong keluar dari sana dan segera menuju meja makan. Semua dayang yang berada di sana segera undur diri meninggalkan mereka berdua untuk menikmati sarapannya dengan tenang.

Di tengah-tengah momen, beberapa kali Wonbeom merasa Soyong yang berada di seberang mejanya, menatap ke arah dirinya yang sedang fokus pada makanan di piringnya. Dalam hatinya, ia agak takut jika istrinya itu akan berulah lagi.

Tak lama kemudian, Wonbeom menengadahkan kepalanya, menghadap ke arah Soyong dan mendapati istrinya itu sedang tersenyum-senyum senang sambil memotong-motong daging panggang yang ada di piringnya. Kini Wonbeom yang berbalik menatap Soyongd dengan menaikkan satu alisnya.

"Jungjeon. Kurasa baru kemarin kau datang padaku dan menangis seperti bayi, lalu sekarang kau sudah bisa tersenyum-senyum begitu. Hm?" ucap Wonbeom membuka pembicaraan. Ia ingin memastikan bahwa istrinya itu tidak punya rencana untuk mengacau seperti kemarin.

"Eh?" yang ditanyai pun segera meghentikan kegiatannya lalu menunduk malu-malu,

"Semuanya berkat kata-kata Anda yang telah menenangkan hati saya, Jeonha." ucap Soyong dengan kedua tangan menyentuh dada, berlagak tersanjung.

"Benar begitu, ai-ya*?" ucap Soyong melanjutkan dengan tangan kanan yang kini memegang perutnya, seakan sedang berbicara dengan bayinya.

*Ai : Anak

Tanpa sadar, tingkahnya itu membuat Wonbeom sedikit membulatkan matanya, tidak habis pikir. Tangannya yang sejak tadi sibuk dengan sendok dan garpu pun terhenti sejenak. Alih-alih menerima jawaban yang melegakan,

"Jadi, rupanya ia sedang berbahagia menyambut kematianku sekarang?" gerutu Wonbeom dalam batinnya. Kini raut mukanya berubah cemberut. Dengan kepala sedikit menunduk, ia kembali melanjutkan makannya. Pantas saja hari ini Soyong bersemangat sekali memilih-milih hanbok. Pikirnya.

Sedangkan Soyong yang sama sekali tidak peka, melanjutkan kegiatan makannya dengan lahap dan masih sesekali melemparkan senyum pada Wonbeom yang ada di seberangnya. Kini ia beralih pada hidangan penutup, yaitu puding labu yang akhir-akhir ini menjadi makanan favoritnya karena Ibu Suri Agung mengatakan bahwa makanan tersebut baik untuk kesehatan wanita hamil.

Melihat pemandangan tersebut, Wonbeom yang tadinya sedikit merajuk, kini pun ikut tersenyum. Ia menyerah. Mengalah pada rasa kesalnya. Bagaimanapun juga, kebahagiaan Soyong adalah prioritasnya. Apalagi sekarang istrinya itu sedang mengandung buah cinta mereka. Dengan bijaksana, Wonbeom berpikir dan menyadari jika tingkah Soyong barusan adalah bentuk usaha untuk menjadi seorang pendamping yang baik bagi pewaris takhtanya kelak. Sebuah hal yang baik, bukan?

 Sebuah hal yang baik, bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Royal Household (A Royal Living of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang