Dua tahun kemudian.
Tahun ke-3 Lee Wonbeom menduduki takhta di bawah perwalian Ibu Suri Agung.
"Bagaimana, kau setuju untuk mengambil kesempatan itu?"
"Bukankah sejak dulu kau sangat ingin menjadi seorang ratu? Aku akan mengatur segalanya untuk memenuhi impianmu itu."
"Jika kau terpilih menjadi ratu, kau akan memiliki segalanya. Jadi, turuti saja perintahku dan tetap berada di pihakku."
Suara-suara itu terus memenuhi kepala Soyong setiap malam setelah pertemuannya dengan sang paman, Kim Jwa-geun, beberapa waktu lalu. Kini di kediamannya, Soyong sedang duduk bersandar pada sebuah sofa di kamar tidurnya, diam termenung. Semua ucapan pamannya itu tidak terdengar seperti sebuah tawaran maupun bantuan, melainkan sebuah ancaman.
Tahun ini, Wonbeom genap berusia 20 tahun. Menurut aturan yang berlaku, ia bisa segera memiliki seorang ratu. Kim Jwa-geun berusaha memanfaatkan kesempatan tersebut.
Ia memang pernah bermimpi untuk menjadi seorang ratu. Namun itu hanyalah sebuah impian, bukan sebuah ambisi. Namun, siapa sangka takdir mempertemukannya dengan sang raja yang kini adalah kekasihnya, secara tidak terduga yang kemudian menghidupkan kembali impian itu. Tapi bukan karena keinginan atas harta, takhta maupun kuasa, melainkan karena keinginannya untuk mendampingi sang raja dalam senang maupun susah. Itulah kewajiban seorang ratu.
Namun, lagi-lagi pamannya itu ingin memanfaatkan posisi anggota keluarganya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ia sedang mencari dinding pelindung yang lebih kuat setelah kakak perempuannya, yaitu Ibu Suri Agung dengan menaikkannya ke takhta ratu dan mengendalikannya.
Tangannya memutar-mutar ponselnya dengan gelisah. Soyong sadar jika tanpa pencalonan pun, ialah yang akan terpilih menjadi ratu negara ini karena sang raja, Wonbeom, telah memilihnya. Namun, jika itu berarti ia harus menusuk dari belakang calon suaminya sendiri, maka tidak ada yang lebih baik selain mengundurkan diri sekarang juga sebelum hubungan mereka mulai diumumkan secara resmi ke khalayak. Untuk saat ini, tidak ada siapapun yang mengetahui tentang hubungan mereka selain orang-orang terdekat mereka, yaitu Pangeran Yeongpyeong, Du-il, dan Hongyeon.
"Soyong-ah. Kau di dalam sana?" Tiba-tiba dari luar pintu kamarnya, terdengar suara sang ayah. Hal itu membuat Soyong menjadi semakin frustasi. Dengan ragu-ragu, Soyong bangkit dari sofa untuk membukakan pintu. "Ye, Abeonim. Aku segera datang."
Pintu kamar pun terbuka, menampilkan Tuan Kim Mun-geun dengan wajah yang sama gelisahnya dengan sang putri. "Soyong-ah. Ada satu hal penting yang ingin dan sebenarnya harus kubicarakan denganmu." Kata Tuan Kim Mun-geun sambil menggiring putrinya itu masuk ke dalam.
"Apa Tuan Kim Jwa-geun telah mengatakan sesuatu padamu?"
.
.
Sementara itu di istana. Di kediaman pribadi raja, Pangeran Yeongpyeong datang menghadap dengan membawa sebuah berita besar. "Jeonha. Kim Jwa-geun sudah mulai bergerak. Ia mengajukan kemenakannya, Nona Kim Soyong untuk maju sebagai calon ratu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Household (A Royal Living of Love)
Fanfiction[ON GOING] but [SLOW UPDATE] Alternative universe dari drama kesayangan kita semua, Mr. Queen! Sebuah cerita tentang kehidupan rumah tangga pasangan raja dan ratu gesrek nan random, Wonbeom dan Soyong, di zaman modern. Terinspirasi dari kerinduan a...