[Side Chapter] Hati yang Diragukan

294 29 4
                                    

"Jeonha, ini berkas-berkas yang Anda minta."

"Baik. Taruh saja di situ."

Pagi itu seperti biasa, Huijeongdang yang merupakan ruang kerja Wonbeom, dipadati lalu lalang orang-orang yang berkepentingan dengannya. Bersama itu, tumpukkan kertas-kertas yang harus ia baca berdatangan.

"Jeonha, Nyonya Jo Hwajin datang menemui Anda."

Di tengah-tengah seriusnya membaca salah satu berkas, seorang kasim yang berjaga di depan pintu ruangan tersebut mengumumkan kedatangan kakak iparnya, Hwajin.

"Oh? Gunbuin*? tumben sekali." Batin Wonbeom mendengar kedatangan kakak iparnya tersebut.
*Gunbuin: Gelar untuk istri pangeran.

"Persilakan ia masuk," Perintah Wonbeom pada kasimnya. Hwajin pun segera berjalan masuk menghadap sang raja.

"Jusang Jeonha," Sapa Hwajin memberi hormat yang juga dibalas sang lawan bicara dengan hormat.

"Apa yang membawamu kemari, Gunbuin? Sepertinya ini pertama kalinya kau kemari. Hahaha" Wonbeom membuka pembicaraan dengan ramah.

"Benar sekali, Jeonha. Huijeongdang bukanlah tempat yang seharusnya saya datangi. Namun hari ini, ada sesuatu yang harus ditanyakan sehingga mengharuskan saya kemari." Tegas Hwajin yang dibalas dengan tatapan bingung dari Wonbeom menerka-nerka.

"Begitu rupanya. Apakah itu yang ingin Gunbuin tanyakan?" Tanya Wonbeom penasaran.

"Tidakkah Anda keterlaluan untuk mengirim Yeongpyeong-gun sebagai delegasi ke sebuah wilayah konflik?" Jawab Hwajin langsung ke poinnya.

"Tidakkah Anda keterlaluan untuk mengirim Yeongpyeong-gun sebagai delegasi ke sebuah wilayah konflik?" Jawab Hwajin langsung ke poinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, itu rupanya. Sepertinya kau salah paham, aku mengirim hyungnim ke sana karena aku percaya padanya untuk mengatasi konflik tersebut. Sekarang ini, hanya hyungnim yang bisa aku percaya untuk itu." Jelas Wonbeom pada kakak iparnya itu.

"Tapi wilayah itu kini jadi sangat berbahaya. Tidakkah Anda khawatir sesuatu bisa terjadi kakak Anda?" Sambung Hwajin penuh emosi tertahan.

"Hwajin-ah." Kali ini Wonbeom berbicara tanpa atribut-atribut kehormatan dan menurunkan volume suaranya.
"Ini semua harus aku lakukan demi kepentingan negara, dan juga, ini semua adalah otoritas dan kewenanganku sebagai raja. Aku sudah tahu apa yang seharusnya dilakukan atau tidak."

"Oh? Tak kusangka jika kau adalah orang yang kejam." Begitupun dengan Hwajin.

" Begitupun dengan Hwajin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Royal Household (A Royal Living of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang