Seminggu kemudian.
Suatu siang di sebuah kompleks arena olahraga istana, tepatnya di lapangan tenisnya, terlihat Soyong dalam balutan pakaian khas pemain tenis dan sebuah raket di tangannya. Tidak sendirian, ia ditemani seorang gadis yang terlihat seumuran dengannya.
"Hongyeon-ah. Kita istirahat sebentar, ya?" Ucapnya dengan ngos-ngosan pada gadis bernama Hongyeon yang ada di seberang garisnya.
"Baiklah, Ahgassi*. Saya akan pergi membeli minuman. Tunggu, ya." Balas Hongyeon yang dibalas isyarat lingkaran jari jempol dan telunjuk oleh Soyong.
*Ahgassi : Sapaan 'nona'Saat sedang berjalan menuju bangku di tepi lapangan, mata Soyong menangkap dua orang pemuda yang tidak asing, lengkap dengan seragam tenis dan raket, baru saja memasuki lapangan tersebut. Mereka adalah Du-il dan Wonbeom.
"Omo." Jantung Soyong tiba-tiba dibuat deg-degan begitu melihat salah satu dari mereka.
"Sapa. Tidak. Sapa. Tidak." Terjadi sebuah perdebatan internal antara kepala dan hati Soyong. "Haruskah aku menyapanya? Atau menghindar saja?"
"You want it, you get it. Kim Soyong, fighting!" Kali ini kepalanya lah yang menang.
Setelah beberapa tarikan nafas,
"Sunbaenim!" Sapa Soyong dengan ceria kepada seniornya itu sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Wah, lihat, siapa itu yang ada di sini." Goda Du-il pada Wonbeom dengan menyiku lengannya begitu mengenali siapa yang baru saja memanggilnya itu. "Tidak perlu kaget, di kampus kami, ia adalah anggota klub tenis." Lalu mereka pun berjalan mendekatinya. Diam-diam, sebuah senyum terbit di wajah Wonbeom. Doanya telah dikabulkan.
"Hai! Kim Soyongie. Sudah lama kau di sini? Bersama siapa?" Du-il membalas sapaan Soyong lalu membuka percakapan dengannya. Sedangkan Wonbeom hanya terdiam di sampingnya. Grogi.
"Hmm, lumayan lama. Aku kemari bersama sahabatku, tapi ia sedang pergi membeli minuman di luar. Kebetulan tadi ayahku pergi ke istana, jadi aku menumpang. Hmm, ngomong-ngomong, kita bertemu lagi." Jawab Soyong pada Du-il kemudian mencoba memulai percakapan juga dengan Wonbeom.
"Perkenalkan, Kim Soyong." Dengan ramah, Soyong memperkenalkan diri dengan tangan yang mengulur ke arah Wonbeom.
"Ah. Benar juga. Jeonha, bukankah Anda---" Du-il yang juga mencoba memperkenalkan Wonbeom pada Soyong, malah keceplosan menyebut Wonbeom sebagai "Yang Mulia Raja" dan membuat Soyong terkejut mendengarnya. Dugaannya selama ini ternyata tidak salah. Wonbeom yang mendengarnya hanya tersenyum-senyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Suasana awkward pun tak terhindarkan.
"Sudahlah. Karena kau sudah mengetahuinya, maka sekarang perkenalkan dirimu sekali lagi." Merasa tidak ada gunanya lagi untuk menutupi identitas sahabatnya itu, Du-il mengambil salah satu tangan mereka untuk disatukan dalam sebuah jabatan tangan.
"Kim Soyong."
"Lee Wonbeom."
"Senang berkenalan dengan Anda."
"Senang berkenalan denganmu."
Mereka sama-sama tersenyum dengan kikuk lalu mata mereka kembali bertemu. Kali ini dalam waktu yang sedikit lebih lama, begitupun dengan jabatan tangan mereka, belum lepas.
"Ehem." Du-il berdehem, membuyarkan momen tatap-tatapan Wonbeom dan Soyong.
"Ahgassi!"
Tak lama kemudian, Hongyeon pun kembali dari membeli minuman untuknya dan Soyong.
"Nah, itu dia sudah kembali. Hmmm, bagaimana kalau kita bertanding? Sudah pas, nih. Dua lawan dua."
.
.
.
Sejak saat itu, Wonbeom dan Soyong mulai mengenal satu sama lain, bertukar nomor telepon, lalu menjalin hubungan dekat. Hingga akhirnya, seiring waktu, sebuah pernyataan cinta terucap dari bibir Wonbeom.--------------------
Lanjut ke part 3 yaa😉
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Household (A Royal Living of Love)
Fanfiction[ON GOING] but [SLOW UPDATE] Alternative universe dari drama kesayangan kita semua, Mr. Queen! Sebuah cerita tentang kehidupan rumah tangga pasangan raja dan ratu gesrek nan random, Wonbeom dan Soyong, di zaman modern. Terinspirasi dari kerinduan a...