Sembilan buah bus berwarna abu-abu memasuki gerbang utama Akademi Militer di Magelang. Bus-bus itu baru saja menempuh perjalanan beberapa jam dari Surabaya, dan sore ini tibalah mereka di tujuan akhirnya.
Dengan rapi, bus-bus itu terparkir berjejer di pinggir sebuah lapangan besar, dan selanjutnya turunlah ratusan pemuda-pemudi berpakaian putih dan bercelana hitam.
Bima terlihat diantara ratusan orang yang diperintahkan berbaris di lapangan itu. Sementara di sisi sebelah timur mereka, terlihat sekitar seratusan orang lain dengan berpakaian sama, putih hitam, berdiri didepan bus-bus berwarna biru tua.
Tas yang mereka bawa berisi perlengkapan pribadi mereka dalam pendidikan ini, diletakkan didepan mereka masing-masing. Dan bagi Bima sendiri, tidak banyak yang bisa ia bawa. Toh ia juga tidak memiliki banyak benda berharga dirumahnya. Hanya telepon seluler-nya yang cukup berharga baginya, dan itupun saat ini sedang dititipkan di ksatrian Akademi Angkatan Laut, Surabaya, ratusan kilometer jaraknya dari tempat ini.
Tidak lama kemudian, keramaian di lapangan bertambah dengan hadirnya bus-bus berwarna abu-abu kecoklatan. Garis merah marun dan tulisan besar Akademi Kepolisian sudah menjelaskan siapa rombongan yang baru hadir. Setelah rombongan itu-pun turun dari bus dan dibariskan, baru kemudian datanglah rombongan besar berikutnya, yang terbesar diantara rombongan lain yang sudah lebih dahulu bersiap di lapangan itu.
Sekitar seribuan pemuda saat ini berada dalam lapangan, semuanya dengan pakaian putih hitam dan kepala hampir plontos. Kecuali beberapa puluh pemudi di ujung barisan yang terlihat masih berambut, walaupun potongan rambut mereka semuanya hampir mirip seperti potongan rambut Bima di masa-masa sekolahnya dulu.
Seorang berseragam loreng dengan kaos lengan panjang dengan tulisan kuning jelas di bagian punggungnya bertuliskan 'PELATIH' menyuruh mereka untuk membentuk 4 baris. Dan ketika protokol memerintahkan pembagian peleton pelatihan, satu-per-satu banjar berisikan empat orang diperintahkan untuk menuju nomor peleton yang sedang dibacakan.
Bima ternyata berada di banjar ke-11, dan ketika nama peleton 11 disebutkan, ia beserta 3 orang lain dari barisan matra laut mengambil barang bawaan mereka dan berpindah ke barisan peleton baru tersebut.
Peleton ini benar-benar berisi campuran semua matra. Kalau Bima tidak salah ingat, selain 4 orang dari matra laut, termasuk dirinya, ada 11 orang dari matra darat, 5 orang dari matra kepolisian, dan hanya 2 orang dari matra udara.
'hebat juga mereka yang dari matra udara, walau paling sedikit, tapi nampaknya cukup percaya diri', pikir Bima memberi penilaian awal atas dua rekannya itu.
"Peleton Sebelas... ini barak kalian. Jaga kebersihannya, jaga keamanannya. Kurang bersih, kalian bersihkan, ada masalah, kalian amankan! Pakaian, Perlengkapan, jaga kebersihannya!"
22 orang remaja yang segera mengemban titel baru, yaitu Calon Prajurit/Bhayangkara Taruna menjawab serempak, "SIAP!!"
"bereskan barang-barang kalian, dalam waktu 10 menit, sudah bersiap di depan asrama. Kita segera mulai latihan pertama", seru seorang pelatih lagi.
Dan sepuluh menit kemudian, peleton berseragam putih-hitam, serta berkepala plontos itu sudah kembali rapi didepan asrama mereka dengan latihan baris berbaris.
---
Kemarin sore, seperangkat seragam dan perlengkapan berwarna hijau-hijau telah diberikan, dan pagi ini, seluruh calon-calon taruna ini sudah kembali berbaris, kali ini sesuai urutan peleton masing-masing. Baris-berbaris yang mereka latihkan kemarin sore hingga malam hari, hanya untuk persiapan pagi ini. Dan pagi inilah, mereka memasuki tahap pertama dari rangkaian pendidikan mereka untuk empat tahun kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bima - Bahari
Adventuredi laut ia kehilangan orang yang dihormatinya, dan dilaut pula ia menemukan jati dirinya. Dan cerita ini memuat kisah hidupnya dalam menemukan passion-nya, jiwanya, dan jati dirinya sendiri.