DIA DISINI... DENGAN???

190 17 12
                                    

Kesadaran Bima bagaikan ditarik kembali ke raganya, ketika dengan tepukan kuat di kedua lengannya, Panglima TNI merekatkan chevron Prajurit Taruna di seragam PDU Biru-nya.

Tidak diingatnya apa saja yang sudah dilaluinya, terutama beberapa hari terakhir, terhitung sejak mereka diberangkatkan untuk penilaian akhir Latganda berupa teknik dasar pertempuran, diakhiri dengan berjalan kaki sejauh 16 kilometer untuk kembali dari daerah latihan ke ksatrian Akmil kembali. Upacara penutupan dalam kondisi tubuhnya sudah terlalu lelah, hingga tidur yang bahkan tidak disadarinya.

Hampir saja pagi ini ia kena hukuman karena tidurnya yang berkepanjangan, hingga ia tidak sempat mempersiapkan seragam PDU birunya. Dan akhirnya dengan situasi yang sangat rush, Bima berhasil menyelesaikan persiapan upacara pelantikan Prajurit Taruna hari ini tepat waktu.


Upacara-pun selesai, dan Bima bisa melihat keluarga para prajurit taruna dan bhayangkara taruna mulai berdatangan memasuki lapangan upacara, dimana ratusan taruna baru itu masih berdiri dengan tegap.

Tidak diketahui bagaimana nasib rekan-rekannya yang lain. Yang jelas bisa Bima lihat adalah tujuh orang lain yang ada di barisan para perwakilan peserta pendidikan dasar terbaik bersamanya saat ini.

Bima begitu terkejut ketika seorang dengan papan pangkat dengan dua bintang emas dipundaknya itu berjalan mendekati Yudha. Seorang ibu dengan kebaya merah mencoloknya mengikuti langkah Sang Perwira itu.

'wedyan, Yudha anak jenderal ternyata'.


Pratar Nurhayati di sisi kanannya serta Pratar Wiwin di sisi kirinya juga sudah dihampiri oleh keluarga masing-masing.

Satu orang lain di sebelah kirinya adalah Pratar Rama, yang dihampiri sekeluarga penuh. Ada sosok ayah, ibu, dan sepertinya dua orang adiknya. Yang bisa Bima lihat dari keluarga itu, adalah mereka sama sekali tidak terlihat seperti dari golongan kurang mampu. Baju jas dan kebaya yang digunakan oleh kedua orangtua Rama sepertinya bukan merk sembarangan. Selain itu bisa dilihat dari smartphone yang dibawa oleh adik perempuan Rama, yang sangat terlihat logo buah tak utuh itu di casing belakangnya.

'yen sing iki, jelas anak'e wong sugih'.


Namun tidak lama kemudian, Bima segera harus mengambil sikap tegak dan memberikan hormat, ketika seorang perwira tinggi yang sudah pernah dilihatnya pada saat pemberangkatan dulu dari Surabaya, tiba-tiba menghampirinya.

Perwira berpangkat Laksamana Pertama itu berdiri dihadapannya dan membalas hormatnya, sebelum Bima mendengarnya bertanya, "keluargamu tidak ada yang datang, Kadet?"

"Siap", jawab Bima, "saya yatim-piatu, Gubernur. Tidak ada keluarga yang hadir"

"Wah, kalau begitu, Kau ikut aku saja. Ayo, kukenalkan dengan keluarga yang lain. Jangan minder, kita semua ini keluarga besar"

"Siap, terima kasih, Gubernur", balas Bima. Orang yang dipanggil 'Gubernur' itu adalah Gubernur Akademi Angkatan Laut, yang dikenali Bima sebagai Laksamana Pertama Sudarmo Sayidin. Entah apa yang membuat orang nomor satu di Akademi itu sampai menghampirinya.


Bima lantas berjalan mengekori kemanapun Laksma Sudarmo melangkah. Ketika Gubernur AAL itu berhenti sejenak untuk menyapa seseorang, Bima juga ikut berhenti. Beberapa kali diantaranya ia diperkenalkan dengan keluarga perwira TNI-AL serta matra-matra lainnya.

Bima sendiri tidak ingat siapa saja yang sudah ia temui, sampai akhirnya langkah Laksma Sudarmo berhenti didepan perwira lain yang juga sangat Bima kenali.

Bima - BahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang