PERAN TEMPUR!!!

962 40 10
                                    

Alarm dan lonceng kapal dibunyikan berulang-ulang, sementara melalui intercom, Palaksa Kapal meneriakkan "Peran Tempur!!! Peran Tempur!!! Awak kapal mengambil peran tempur!!!"

Dan dalam sekejab, 85 awak kapal langsung menuju locker penyimpanan perlengkapan, mengenakan perlengkapan sesuai deskripsi tugas masing-masing pada saat kapal dalam kondisi siap tempur.

Ada yang bekerja sama mengenakan seragam anti panas, yaitu mereka yang memiliki peran sebagai petugas pemadam kebakaran. Sebagian kelasi mengenakan helm taktis dan naik ke geladak untuk mengawaki senapan-senapan mesin yang terpasang di sisi-sisi kapal. Sementara hampir seluruh awak mengenakan jaket pelampung dan berlari dalam urutan yang rapi menuju stasiun tugas masing-masing.

Sementara di anjungan, Palaksa(1) didampingi Bosun(2) senior mengawasi pergerakan para awak kapal dalam menuju pos-nya masing-masing. Laporan melalui intercom terdengar baik dari perwira radar, juru mudi, maupun perwira senjata.

"Palaksa, laporan situasi?", Komandan kapal, seorang pria tegap pada usia pertengahan 40 tahunan, dengan tanda pangkat tiga buah melati hitam tersampir di topi biru-abu-abu-nya, bertanya kepada perwira yang lebih muda darinya. Ia baru saja mengenakan topinya kembali setelah mengalungkan jaket pelampung di lehernya.

Lawan bicaranya adalah seorang pria berusia pertengahan 30 tahunan, dengan pengenal pangkat sebuah melati hitam. Sejak tadi fokus mengawasi kinerja para awak dibawah koordinasinya.

"Pergerakan dari kedua kubu, nDan. Dari utara, kapal-kapal Battlegroup fregat Pakistan Alamgir, kekuatan 5 kapal. Dari selatan, Flotilla Talwar India juga meluncur dengan kecepatan tinggi", jawab Palaksa.

"OPS, berapa jauh posisi kapal Amerika?", tanya Komandan Kapal melalui radio komunikasi mereka.


Kabin Pusat Informasi Tempur (PIT) merupakan salah satu kabin yang tersibuk setelah anjungan komando. Letaknya memang tidak jauh dari anjungan, tetapi tingkat kesibukan yang ditunjang dengan peralatan-peralatan untuk monitoring sensor-sensor dan sistem komunikasi di kapal menjadikan pergerakan orang sangat padat ditempat itu.

"lebih dari 30 mil, Komandan, mungkin satu setengah atau dua jam baru mereka tiba disini", jawab Kepala Departemen Operasi yang saat ini sedang bertugas piket sebagai Perwira Operasi Taktis.

Perwira Taktis inilah yang bertugas menyaring semua informasi yang terdapat di ruangan PIT untuk disampaikan kepada pimpinan kapal yang sedang bertugas, baik itu Komandan maupun Palaksa.


"Terlalu lama. Perang terbuka pasti sudah pecah kalau kita menunggu dua jam sampai mereka tiba", ucap Komandan kapal setelah melihat ke arloji di pergelangan tangan kirinya. "Palaksa, naikkan kecepatan ke 20 knot, baringan 0-8-8"

"KECEPATAN DUA-NOL, BARINGAN NOL-DELAPAN-DELAPAN", ucap Palaksa, yang langsung diulang oleh juru mudi.

"KOM(3), kirim telegram ke Markas Satgas, 'potensi kontak kapal Pakistan dan India, koma, Indonav menuju lokasi, koma, kirim bantuan segera, titik'", perintah Komandan Kapal lagi, kali ini kepada Perwira Komunikasi.

"TELEGRAFIS, TO U.N. MARITIME TASK FORCE, NEWS POSSIBLE CONTACT OF PAKISTAN AND INDIA VESSELS, INDONAV CLOSING IN, REQUEST BACKUP, FIN", dilanjutkan Perwira Komunikasi menyampaikan perintah pada petugas telegrafis-nya.


Sebuah hentakan ringan terasa ketika dua buah baling-baling yang digerakkan dengan empat buah mesin diesel itu berputar lebih cepat dan menambah kecepatan kapal. Ketegangan segera terasa pada semua orang yang berada di anjungan.

"nDan, kedua kubu menurunkan kapal-kapal besar, kita dalam posisi lemah apabila terjebak ditengah kontak mereka", ujar Palaksa kepada komandan-nya.


Bima - BahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang