Brum … brum … brum ….
Suara deru motor mulai terdengar bising di sekitar kediaman keluarga Adiputra. Deru motor yang cukup nyaring ini membuat seorang perempuan yang usianya dua puluh tahun ke atas itu langsung tersenyum dengan gembira.
Perempuan itu segera berlari kecil menuju cermin besar di dekat kamar mandi untuk sedikit menata dirinya sebelum bertemu dengan dua orang yang teramat ia rindukan.
Setelah itu si perempuan tadi berjalan tergesa-gesa hendak membuka pintu utama rumahnya. Akan tetapi belum sempat dirinya memegang gagang pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka lebar menampilkan dua sosok remaja.
“DARRA!!!” pekik perempuan itu langsung berlari ke arah seorang gadis yang terdiam kaku karena terkejuut akan pekikkan itu.
🕊🕊🕊
Darra tengah duduk di ruang kelaurga kediaman Adiputra. Dirinya menampilkan wajah yang senang, akan tetapi canggung juga secara bersamaan.
Di sampingnya ada seorang cowok yang duduk dengan santai. Ralat, kelewat santai maksudnya. Pasalnya, cowok itu duduk dengan seenaknya, dengan kaki yang di taruh di atas meja lalu punggung yang bersandar di sandaran sofa dengan mata terpejam.
Sangat tidak sopan memang. Padahal di depan Darra dan cowok itu sedang ada seorang perempuan yang usianya lebih tua dari mereka.
Hingga akhirnya sebuah bantal sofa melayang dan mendarat di wajah cowok itu dengan kerennya.
“Anjir!” pekiknya. Padahal cowok itu baru saja bermimpi sedang berkencan dengan Ariana Grande.
Seketika dirinya melotot ke arah seorang perempuan dengan rambut panjang ombre abu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakak perempuannya. “Resek banget sih, kak! Padahal gue mau pelukan sama Ariana Grande!”
Darra maupun kakak perempuan cowok itu langsung tertawa terbahak-bahak.
“Jangan banyak halu lo!” sahut Darra sambil memukulkan bantal ke bahu Revan.
“Bodoamat udah! Ciwi-ciwi emang ngga bisa ngertiin perasaan cowok!” sewot Revan yang langsung berdiri dan pergi meninggalkan dua orang perempuan yang sedang mentertawakannya.
“MULAI! LEBAYNYA KELUAR!” ujar Airys dengan suara lantang agar kedengaran oleh Revan dari lantai atas.
Sedangkan Darra hanya tertawa saja dari tadi. Memang seperti itu. Saat di rumah Revan dirinya akan mudah terpancing untuk terus merasa happy yang bawaannya ingin tertawa lepas.
“Kak Airys kapan sampai di Jakarta?” tanya Darra yang kini tak lagi tertawa, meski wajahnya masih tampak sumringah.
“Tadi, sekitar jam tiga sore.”
Darra manggut-manggut. Kemudian gadis itu kembali diam sambil matanya menatap ke jendela besar di depannya yang langsung terhubung ke sebuah kolam renang. Tidak tahu apa yang ada dipikiran gadis itu, initnya kini Darra sedang melamun.
“Kak kuliah di luar negeri itu enak ya?” tanya gadis itu tiba-tiba.
Airys yang tadi tampak fokus menatap televisi kini mengalihkan pandangannya menuju Darra. “Ada enak, ada enggaknya,” jawab Airys.
“Ngga enaknya itu apa?”
“Jauh dari orang tua. Hidup harus serba mandiri, terkadang kakak juga merasa kesepian di sana. Kalau kamu dapet temen baik, ya bagus. Tapi kalo kamu ngga punya temen, pasti bakal kerepotan banget. Untungnya kakak punya banyak temen di sana.”
Lagi-lagi Darra manggut-mangut dan kembali mengalihkan pandangannya ke depan menatap kaca besar di depannya.
“Kenapa? Kamu pengen sekolah di luar negeri juga?”
“Hehe … ngga tau, kak. Aku ngga yakin bisa sekolah di luar negeri.” Gadis itu tampak tidak percaya diri. Pasalnya sejak delapan belas tahun, dirinya tidak pernah berpisah dengan oraang tua. Jadi Darra tidak yakin jika dirinya bisa sekolah di luar negeri.
“Bisa kok, Ra. Apalagi nilai kamu bagus-bagus di sekolah.”
Darra tersenyum malu, “Ya nggak terlalu bagus juga kok, rata-rata,” ucapnya lalu terkekeh kecil.
Darra terkekeh membuat Airys pun ikut terkekeh. “Mumpung lagi di sini, mau lihat album fotonya Revan ngga?”
Mendapat tawaran dari Airys, Darra langsung mengangguk dengan antusias. Dirinya juga ingin melihat Revan di masa kecilnya.
Darra mungkin terlihat sering bermain ke rumah Ravan, akan tetapi gadis itu belum pernah melihat album-album foto sahabat laki-lakinya itu.
Airys segera bangun dari duduknya. Perempuan cantik itu melangkah menuju sebuah rak meja yang berpoles cat berwarna putih. Dirinya pun langsung membuka rak paling atas dan mengambil sebuah benda berbentuk persegi yang ukurannya cukup besar. Lalu dibawanya benda itu ke arah Darra yang duduk santai menunggu.
"Taraa!" seru Airys dengan senyum mengembang sambil menggerak-gerakkan album foto yang dipegangnya.
Darra langsung mengulurkan tangannya begitu saja untuk mengambil alih album foto yang dipegang Airys. Akan tetapi sebelum itu Airys mengatakan sesuatu.
"Peringatan! Di dalam album ini terdapat foto-foto imut yang dapat membuat orang terkapar karena melihatnya!" ujar Airys. "Jadi apakah kamu masih ingin melihat isinya?" tanyanya, yang tentu saja langsung diangguki dengan semangat oleh Darra.
Darra tidak peduli meski nanti dirinya akan terkapar seperti kata Airys, sebab jiwa kekepoannya sudah menjadi-jadi sekarang.
"Baiklah, jika itu maumu. Kuserahkan album foto ini kepadamu," ucap Airya dengan berdiri tegak lalu sedikit membungkuk dan menyodorkan si album foto, layaknya seperti memberi benda berharga kepada seorang ratu.
Tidak adiknya, tidak kakaknya sama-sama memiliki sifat yang konyol.
Sedangkan Darra malah tertawa terbahak-bahak, tetapi tak luput juga kedua tangan gadis itu mengambil album foto yang diberikan oleh Airys.
"Duh, kakak ada-ada aja, hahaha ...."
Airys hanya terkekeh lalu mengambil tempat duduk disamping Darra. "Udah stop ketawanya, karena ada yang lebih lucu setelah kamu lihat album ini," ujar Airys yang sudah bersiap-siap menunggu Darra membuka si album foto. Airys sangat penasaran sekarang, apa reaksi Darra saat melihat foto-foto di dalamnya.
Darra pun mengangguk dan perlahan membuka sampul album foto tersebut. Baru membukanya, kini mata Darra disuguhkan oleh satu lembar album kosong yang bertuliskan 'REVANNO MARCO ADIPUTRA' dengan gaya penulisan yang indah.
Lalu dibukanya lagi lembar kedua, di sanalah Darra menemukan beberapa foto yang menampakkan seorang bayi yang tengah tertidur lelap di atas ranjang.
Jujur saja melihat foto itu membuat Darra merasa gemas sendiri. Apalagi faktanya memang Darra penyuka anak kecil.
"Lucu 'kan dia?" tanya Airys sambil menaik-turunkan alisnya.
Tanpa harus berpikir, Darra langsung mengangguk dengan antusias. "Lucu banget! Ini bayinya boleh dibawa pulang ngga sih?" tanya Darra dengan berujar tidak seperti biasanya karena saking lucunya bayi difoto itu.
Tiba-tiba seseorang menyahut begitu saja, tapi sahutan itu bukan berasal dari mulut Airys, melainkan dari mulut seorang cowok yang berdiri di atas tangga dengan wajah yang menggambarkan habis bangun tidur.
"Apa? Lo mau bayi?!"
°
°
°
°
°
°
°Tbc...
See u guys!
Salam hangat,
Ayze🐰
17 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAN
Teen FictionSuatu cerita tentang remaja-remaja yang sedang memahami arti 'Cinta' yang sesungguhnya. Merasakan hal yang manis maupun pahit pasti akan mereka alami. Kebanyakan hari-hari yang mereka lalui terasa menyenangkan, namun dibalik itu akan ada hari di ma...